Untuk Rezeki akhirat
Banyak cara yang dilakukan
orang untuk mencari rezeki, ada yang
bekerja di kantor, berdagang, bertani, pelayanan jasa dst, kesemuanya
diperbolehkan dan diperintahkan untuk kehidupan dunia, meskipun yang utama
diperintahkan untuk menuju akhirat, sebagaimana difirmankan dalam Qs Al Qosos :
77 ‘Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi. (QS. Al-Qashas: 77)
Berdasarkan ayat di atas, muslim yang baik seharusnya
aktivitas akhirat, lebih banyak dari pada aktivitas dunia. Dengan kata lain,
orientasi akhirat, lebih dominan dari pada orientasi dunia. Dalam kenyataannya
prinsip yang diajarkan pada ayat di atas dibalik. Orientasi dunia, jauh lebih
dominan dari pada orientasi akhirat. Bahkan sampai amal ibadah yang seharusnya
dilakukan untuk akhirat, turut dikorbankan untuk mendapatkan dunia. Qorun dan
Tsa’labah merupakan contoh pelajaran yang diriwayahkan Al Qur’an, agar muslim
selalu sadar akan hakekat hidup dan bekal yang sesungguhnya dicari.
Lebih tegasnya lagi Alloh firmankan dalam Qs Hud :
15-15 ‘siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka akan Kami
berikan imbalan amal mereka di dunia dan tidak dikurangi. Mereka itulah
orang-orang yang hanya akan mendapatkan neraka di akhirat dan terhapuslah
segala yang telah mereka lakukan dan batal perbuatan yang telah mereka
lakukan.” (QS. Hud: 15 – 16).
Agar rezeki mendapatkan kehalalan dan tidak melenceng
dari syariat, maka mencarinya tidak sekedar berusaha, tapi diiringi dengan
do’a. Dan doa yang dianjurkan adalah dengan sholat duha. Sabda Rasululloh Saw “Dalam diri manusia terdapat 360 ruas tulang,
wajib bagi semua orang untuk mensedekahi setiap ruas tulangnya.” Para sahabat
bertanya: “Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Nabi Allah?” Beliau
bersabda: “Menutupi ludah di masjid dengan tanah, menyingkirkan sesuatu dari
jalan (bernilai sedekah). Jika kamu tidak bisa mendapatkan amalan tersebut maka
dua rakaat Dhuha menggantikan (kewajiban)mu.” (HR. Abu Daud, dan Ahmad )
Dalam
hadist lain diantaranya di sampaikan ““Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
mengutus sekelompok utusan perang, kemudian utusan ini membawa banyak harta
rampasan perang dan pulangnya cepat. Kemudian ada seorang berkata: “Wahai
Rasulallah, kami tidak pernah melihat kelompok yang lebih cepat pulang dan
lebih banyak membawa ghanimah melebihi utusan ini.” Kemudian Beliau menjawab: “Maukah aku kabarkan keadaan yang lebih
cepat pulang membawa kemenangan dan lebih banyak membawa rampasan perang? Yaitu
seseorang berwudlu di rumahnya dan menyempurnakan wudlunya kemudian pergi ke
masjid dan melaksanakan shalat subuh kemudian (tetap di masjid) dan diakhiri
dengan shalat Dhuha. Maka orang ini lebih cepat kembali pulang membawa
kemenangan dan lebih banyak rampasan perangnya.”(HR. Abu Ya’la dalam
Musnadnya no. 6559, Ibn Hibban dalam Shahihnya no 2535, dan dishahihkan
al-Albani dalam Shahih Targhib wat Tarhib 664)
dalam Hadists Qudsi,“Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau
malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku
cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim dan Thabrani)
Rasulullah Saw. bersabda: “Shalat Dhuha itu shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah
orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta
bangun karena panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim)
“Barangsiapa yang masih berdiam diri di mesjid atau tempat shalatny setelah shubuh karena melakukan I’tikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun bnyaknya melebihi buih di lautan.” (HR. Abu Daud)
Jika diperhatikan, hadis di atas tidak secara tegas menunjukkan bahwa shalat dhuha membuka kunci pintu rezeki. Hadis ini hanya menjelaskan janji Allah bagi orang yang shalat 4 rakaat di pagi hari, baik shalat subuh, qabliyah subuh atau shalat dhuha, akan dicukupi di akhir hari. Itupun dengan syarat, shalat 4 rakaat di waktu pagi itu dilakukan ikhlas untuk Allah, bukan karena tendensi untuk dunia. Karena Allah berfirman, ”laksanakan untuk-Ku 4 rakaat..” kata untuk-Ku menunjukkan bahwa itu harus dilakukan dengan ikhlas. Namun jika tendensinya untuk dunia, untuk melancarkan rezeki, berarti shalat ini dikerjakan bukan murni untuk mengharap ridha Allah. Tapi untuk yang lainnya, yang dihiasi dengan kepentinga dunia semata.
“Barangsiapa yang masih berdiam diri di mesjid atau tempat shalatny setelah shubuh karena melakukan I’tikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun bnyaknya melebihi buih di lautan.” (HR. Abu Daud)
Jika diperhatikan, hadis di atas tidak secara tegas menunjukkan bahwa shalat dhuha membuka kunci pintu rezeki. Hadis ini hanya menjelaskan janji Allah bagi orang yang shalat 4 rakaat di pagi hari, baik shalat subuh, qabliyah subuh atau shalat dhuha, akan dicukupi di akhir hari. Itupun dengan syarat, shalat 4 rakaat di waktu pagi itu dilakukan ikhlas untuk Allah, bukan karena tendensi untuk dunia. Karena Allah berfirman, ”laksanakan untuk-Ku 4 rakaat..” kata untuk-Ku menunjukkan bahwa itu harus dilakukan dengan ikhlas. Namun jika tendensinya untuk dunia, untuk melancarkan rezeki, berarti shalat ini dikerjakan bukan murni untuk mengharap ridha Allah. Tapi untuk yang lainnya, yang dihiasi dengan kepentinga dunia semata.
---------------mr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar