Istri mengurus orang tuanya
Banyak orang tua –dari istri, yang belum sepenuhnya tahu akan kedudukan
anak perempuannya setelah menikah, ia masih menganggap anaknya merupakan bagian
darinya dan tidak boleh lepas meninggalkannya. Meskipun ia sudah berkeluarga
dan tinggal bersama suaminya. Ia masih mengharapkan anaknya selalu berada di
rumahnya, setidaknya saat ia membutuhkannya, misalnya saja saat ia sudah
semakin tua, ia ingin anak perempuannya yang mengurusnya, kendatipun ia sudah
bersuami dan sudah pula punya anak dan tinggal di rumah yang terpisah.
Keadaan semacam ini tentu saja
tidak sepenuhnya benar, karena saat anak perempuannya menikah-bersuami, maka
tanggung jawabnya adalah kepada suaminya, itu yang utama. Seterusnya ia juga
bertanggung jawab kepada mertuanya sebagai pengabdian kepada suaminya yang
harus birrul walidaini kepada orang tuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menjelaskan dan menegaskan kewajiban wanita dalam menunaikan hak suami setelah
berkeluarga.
”Seandainya aku akan
memerintahkan seorang untuk bersujud kepada selain Allah, tentulah aku
perintahkan wanita bersujud kepada suaminya. Demi (Allah) Dzat yang jiwa
Muhammad di tangan-Nya, tidaklah seorang wanita menunaikan hak Rabb-nya sampai
dia telah menunaikan hak suaminya. Walaupun suaminya meminta dirinya
(berhubungan suami istri) di atas pelana onta, ia tidak boleh menolaknya.” HR. Ibnu Majah
Kata di atas onta yang dimaksud adalah kiasan yang
serius, bahwa istri benar-benar harus patuh kepada suaminya, sampai digambarkan
diatas ontapun tidak boleh menolaknya. Yang demikian itu dikarenakan banyaknya
hak suami yang wajib dipenuhi oleh istri
untuk membalas kebaikan suaminya. Dalam hadits ini terdapat ungkapan
hiperbolis-tenakanan yang menunjukkan wajibnya istri untuk menunaikan hak
suaminya karena tidak diperbolehkan bersujud kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan kata lain, perempuan yang sudah menikah berkewajiban
mendahulukan hak suami daripada oarng tuanya. Seorang istri tidak boleh keluar
dari rumah kecuali dengan izin suami meskipun diperintahkan oleh bapak atau
ibunya dan orang tuanya tidak boleh melarang anak perempuannya untuk menaati
suami, sesayang apapun dia.
Namun demikian, bukan berarti anak perempuan tidak
boleh berbakti pada orang tuanya, hanya saja perlu dibicarakan sebaik-baiknya
untuk kebaikan bersama sehingga ada persetujuan dari suami. Apalagi bila orang
tua yang dimaksud tidak mempunyai anak lagi, atau anaknya berada di tempat yang
jauh yang tidak memungkinkan merawatnya karena tdak bisa meninggalkan
pekerjaannya. Keadaan demikian membuat orang tua menjadi terlantar, tidak ada
yang mengurusnya. Dalam hal ini suami perlu juga memahami bahwa kebahagiaan
rumah tangganya sangat tergantung juga dengan kebahagiaan sang istri. Membantu
mertua merupakan salah satu upaya membahagiakan istri yang akan berdampak
positif terhadap keutuhan dan kebahagiaan rumah tangganya. Apalagi sejak awal
pernikahan, bukan saja mengikatnya
berdua saja dalam keluarga, tapi juga mengikat dua keluarga besar dalam ikatan
keluarga dan persaudaraan. Berbuat baik kepada mertua untuk kepentingannya yang bersifat baik dan
positif merupakan satu amalan shalih yang bisa menjadi sebab kemudahan rezeki
dan hidup. Sikap baik suami terhadap istri dan keluarganya juga merupakan salah
satu bentuk nyata dari ketakwaan kepada Allah dan ketakwaan kepada Allah akan
menjadi sebab datangnya kemudahan dalam berkeluarga yang bahagia-sakinah
mawaddah warohmah.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupi (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.” QS. At-Thalaq: 2-3
Namun barang kali perlunya orang tua tahu, akan
kondisi dan tanggung jawab anak perempuannya setelah menikah, begitu juga
dengan suami atau istri, Seperti di ringkasan
di bawah ini.
Ø Ada suami yang lupa bahwa ibu atau orang tuanya lebih utama dari istrinya
Ø Ada istri yang lupa bahwa suami lebih utama dari ibu atau orang tuanya
Ø Ada bapak/ibu yang lupa bahwa anak perempuan mereka perlu mengutamakan
suaminya dari pada dirinya
Ø Ada istri yang lupa bahwa suami perlu mengutamakan ibu-orang tuanya
melebihi istrinya
Ø Ada anak lelaki yang lupa bahwa tanggung jawab menjaga ibu-orang tuanya
berada dibahunya buka pada anak perempuannya
Ø Ada anak perempuan yang lupa bahwa
dia lebih terikat kepada suami dari pada ibu bapaknya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar