Minggu, 29 Oktober 2017

runtuhnya Islam

Ustadz Afifi Abdul Wadud mengungkapkan fakta tentang berkurangnya jumlah umat Islam yang ada di beberapa negara termasuk Indonesia. Bahkan, dia mengkhawatirkan runtuhnya Islam Andalusia, bisa terulang di Indonesia.

Beberapa negara seperti, Philipina dulu 100 persen penduduknya adalah muslim, saat ini hanya tinggal 2 persen. Dulu penduduk Singapura 93 persen muslim, sekarang hanya tinggal 15 persen. Dan saat ini, sekitar 1 juta muslim di Myanmar sedang bernasib tragis.

"Dulu Indonesia, 95 persen penduduknya adalah Muslim. Saat ini hanya 80 persen, lima tahun lagi tinggal berapa persen?" ungkap Ustadz Afifi yang juga merupakan lulusan Al-Madinah International University (MEDIU) itu.

Pemimpin Muslim terakhir di Andalusia Spanyol Abdillah Muhammad bin Al Ahmar, keluar dari istana kerajaan dengan hina. Malam itu, Andalusia telah jatuh ke tangan kerajaan Katolik setelah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih dari 800 tahun.

Dia meninggalkan istana dengan hati pilu, dadanya sesak. Hingga sampai di sebuah bukit yang cukup tinggi. Dari sana dia menatap Istana Al Hambra, dia menangis tersedu-sedu hingga jenggotnya basah kuyup dengan air mata.

Melihat hal itu, ibunya berkata, Menangislah! Menangislah seperti perempuan! Karena kau tidak mampu menjaga kerajaanmu sebagaimana laki-laki perkasa.

Andalusia memiliki luas wilayah 700 ribu kilometer persegi. Kalau pada masa sekarang Andalusia itu meliputi sebagian besar wilayah Spanyol, lalu seluruh wilayah portugis, dan sebagian besar wilayah Selatan Perancis.

Islam pertama kali masuk ke Andalusia pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia. Ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal, dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.

Dalam bukunya Kebangkitan Islam di Andalusia, Ahmad Mahmud Himayah memberikan informasi berkenaan dengan Islam di Andalusia. Ada tiga catatan besar mengenai sebab keruntuhan peradaban Islam di Andalusia.

Pertama, perpecahan umat Islam pada saat itu. Kedua, cinta dunia dan takut mati kaum muslimin khususnya anggota keluarga kerajaan Islam Andalusia. Ketiga, memudar atau hilangnya peran ulama pada saat itu

Rabu, 25 Oktober 2017

Luhut Panjaitan

Kedok Luhut Panjaitan!



YTH Bapak Jenderal (Purn) Luhut B Panjaitan, selaku Tokoh Batak

Awalnya berat bagi saya untuk menulis surat terbuka ini. Beragam respons akan muncul tidak terkecuali bernada negatif, apalagi Bang Luhut, (saya sapa Bang karena kebiasaan saya menyapa beliau) saat ini sedang begitu fokus dalam mendukung Calon Presiden Joko Widodo.

Surat ini saya tulis berawal dari sebuah pertemuan tokoh-tokoh Batak, (tempat pertemuan sangaja tidak saya sebut). Dalam pertemuan tersebut Bang Luhut banyak menyampaikan mengenai konstelasi politik saat ini. Terutama peran warga Kristen Batak dalam Pilpres.

Dengan bersemangatnya Bang Luhut menyampaikan kedekatannya dengan Joko Widodo, bahkan kedekatan itu dimulai sejak Jokowi masih di Solo. Saking dekatnya, Bang Luhut punya kerjasama bisnis dengan anak Jokowi.

"Saya dan Jokowi kawan lama, sejak dari Solo, kami berbisnis furniture, bersama anaknya Rakabuming dengan perusahaan RAKABU,” jelas Bang Luhut dengan suara yang begitu lantang.

Selain itu, dalam kesempatan tersebut Bang Luhut juga menyatakan bahwa Jokowi adalah masa yang tepat bagi orang Kristen Batak untuk berkuasa kembali.  “Jika Jokowi menang akan ada dua sampai tiga menteri orang Kristen Batak,”kata Bang Luhut memberi garansi betapa pentingnya kemanangan Jokowi di Pilpres ini.

Sejauh itu saya merasa masih biasa-biasa saja. Namun hal mengganjal pun muncul saat Bang Luhut menyampaikan strategi pemenangan Jokowi, yakni dengan menggerakan isu minoritas.

"Kita harus membangun ketakutan di kalangan etnis Tionghoa, menyebarkan informasi jika Prabowo didukung oleh Islam garis keras, sehingga minoritas bisa bersatu, Kristen Batak, di Jawa, di timur Indonesia, Tionghoa,” jelas Bang Luhut saat itu.

Bahkan Bang Luhut menegaskan rencana tersebut sudah mendapat persetujuan dari Ephorus HKBP. “Semua pendeta-pendeta kita akan bergerak ke arah itu. Aktivis Kristen di PDIP juga sudah kita gerakkan. Ada Maruar Sirait, Adian Napitupulu dan Masinton Pasaribu,” terang Bang Luhut.

Selain itu, Bang Luhut juga menyebut ada nama Sekjen PGI, Gomar, tokoh-tokoh Batak seperti TB Silalahi, Ruhut Sitompol sudah bersepakat untuk itu. Dan tak kala penting Bang Luhut, dari kalangan kharismatik sudah ada James Riady dan dari tokoh Katolik ada mantan Direktur CSIS Harry Tjan Silalahi.
Selain menyebut nama-nama tokoh di atas, Bang Luhut juga menyebut bahwa Jokowi telah memanuhi janjinya saat Gubernur DKI, dimana terbukti menempatkan banyak Kadis dari orang Batak di DKI.

"Hampir 10 Tahun kita tidak berkuasa, hanya dengan cara ini kita orang Batak atau Batak bisa berkuasa kembali, menjadi Dirjen, Menteri dan penguasa di BUMN. Bahkan jika Jokowi Presiden orang Batak yang akan menjadi salah seorang juru bicara,” kata Bang Luhut lagi.

Bahkan Bang Luhut saat itu menyayangkan sikap Sudi Silalahi yang hanya mementingkan diri sendiri selama berkuasa bersama SBY. Sehingga tidak ada lagi orang Batak yang berkuasa.

Bang Luhut yang saya Hormati

Abang ketika itu menyatakan bahwa kita harus menggerakkan semangat minoritas, sentiment agama harus dinaikkan kepada orang Timur, orang Kristen Tapanuli (Batak), orang Kristen Jawa dan Tionghoa. Sehingga semuanya punya satu pilihan yakni Joko Widodo.

Omongan Abang tersebut mungkin bagi sebagian orang Batak sangat menarik. Tapi bagi saya selaku orang Kristen Batak, sangatlah tidak pantas. Karena Abang berupaya mendorong isu yang sesungguhnya belum tentu baik dengan orang Kristen sendiri.

Abang meminta kami mengembangkan isu bahwa Prabowo akan memberlakukan Syariat Islam jika terpilih sehingga memunculkan rasa takut pada minoritas. Abang sendiri tentu tahu, bahwa Prabowo memiliki ibu, adik dan kakak yang seorang Kristiani. Sementara Jokowi? Tentu sangat tidak mungkin Prabowo melakukan hal seperti itu.

Saya sangat sedih Abang memanfaatkan isu agama seperti itu untuk kepentingan politik. Abang mungkin lupa, bagaimana Abang menyingkirkan Rektor Universitas Nomensen, Medan, Amudi Pasaribu yang alasannya hingga sekarang tidak jelas selain rasa tidak suka Abang. Selain untuk kepentingan diri Abang dan klien Abang.

Amudi Pasaribu kini menjadi korban ambisi pribadi Abang. Menjadi korban kepentingan pribadi Abang di Universitas Nomensen.

Saya melihat Abang sangat keterlaluan memangfaatkan isu agama, sementara Abang sendiri juga bertarung untuk diri Abang pribadi, untuk kepentingan Abang yang Abang buat seolah-olah untuk kepentingan orang Kristen.

Bang Luhut yang saya Hormati

Isu minoritas yang Abang kemas dengan cara kurang tepat ini sangatlah tidak pantas. Abang mengemas ini demi kepentingan kekuasaan semata. Agama Abang jadikan dalil sebagai jalan untuk memecah belah dan menaikkan Jokowi sebagai Presiden idaman Abang.

Sebagai seorang Batak Kristen, saya sungguh menyesalkan tindakan dan pilihan Abang ini. Karena untuk Jokowi Abang membenarkan seluruh cara yang sesungguhnya tidak pantas.

Semoga surat terbuka ini Abang baca. Dan orang-orang memahami seperti apa kepentingan kekuasaan abang saat ini. [***]

Rosiana Borupaung
Penulis aktif di jejaring komunitas warga Kompasiana.

Buku










Minggu, 15 Oktober 2017

poto dr fb