Rabu, 01 April 2015

Hati-hati dengan hutang



Hati-hati dengan hutang

Hari ini kedatangan saudara, disamping dalam rangka silaturrahim idul ditri 1435 H, ia juga menceritakan masalah hutang-piutang yang sedang dihadapinya. Saya tentu tidak perlu menceritakan bentuk hutang piutang yang bagaimana yang sedang dihadapinya. Hanya saja hutang merupakan salah satu masalah yang harus mendapatkan perhatian, tidak boleh dipandang main-main, karenanya syariat meminta untuk mencatatnya setiap kali kejadian. Hutang juga yang membuat Rasulullah Saw, menunda menyolati mayat orang yang meninggal,  karena  hutangnya belum diselesaikan, dan Rasululloh Saw, meminta keluarganya untuk menyelesaikannya dahulu. Dan karena hutang juga seseorang tertahan ketika akan masuk surga, bahkan orang tidak akan masuk surga karena dosanya sama dengan durhaka kepada orang tua, ketika ia berhutang tapi tidak punya niat untuk membayarnya. Meski ia mempunyai uang tapi tidak ada niatan menyelesaikannya, dan itu memang disengaja dan sudah menjadi niat untuk tidak melunasinya. 

Seseorang memang sulit untuk bebas dari beban hutang, karena sulitnya menghindar dari hubungan muamalah dengan sesamanya, salah satunya adalah transaksi jual beli. Karena pada proses jual beli tidak selalu dilakukan secara tunai, di saat seseorang tidak punya uang padahal ia sangat membutuhkannya, maka iapun meminjam uang untuk bisa memenuhi kebutuhannya, inilah yang kemudian disebut dengan utang. Namun sekali lagi hati-hati dengan hutang. Rasulullah saw bersabda: “Berhati-hatilah dalam berutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari ” (HR. Baihaki)

Namun apabila manusia yang berutang tidak mau memperhatikan atau tidak mau membayarnya, maka hal itu akan membawa keburukan bagi dirinya, apalagi dalam kehidupan di akhirat nanti. Hal ini karena utang yang tidak dibayar akan mengurangi nilai kebaikan seseorang yang dikakukannya di dunia, kecuali bila ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk membayarnya.

Rasulullah saw bersabda: “Utang itu ada dua macam, barangsiapa yang mati meninggalkan utang, sedangkan ia berniat akan membayarnya, maka saya yang akan mengurusnya, dan barangsiapa yang mati, sedangkan ia tidak berniat akan membayarnya, maka pembayarannya akan diambil dari kebaikannya, karena di waktu itu tidak ada emas dan perak ” (HR. Thabrani).

Mereka merupakan orang yang masuk dalam kategori bangkrut, bukan karena miskin, bukan juga karena tidak sholat, tidak menunaikan zakat atau pergi haji ke baitulloh, tapi karena tidak mau  membayar hutang, yang oleh Rasululloh Saw, diakhirat kelak akan dibayar dengan amal baiknya, sehingga ia tidak mempunyai kebaikan lagi. Tahukah kalian siapa yang bangkrut itu, tanya Rasululloh Saw. Lalu para sahabat kerkata ‘ bagi kami bangkrut itu ialah orang yang kehilangan hartanya dan seluruh miliknya. Tidak kata Rasululloh Saw, yang bangkrut itu ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala puasanya, pahala zakatnya dan hajinya, tetapi ketika pahala-pahala itu ditimbang datanglah orang mengadu’ ya Alloh dahulu orang ini pernah menuduhku berbuat sesuatu padahal aku tidak pernah melakukannya. Kemudian Alloh SWT menyuruh orang yang mengadukannya itu untuk membayar orang yang mengadu tersebut. kemudian datang orang lain lagi yang mengadu ‘ ya Alloh SWT hakku pernah diambil dengan sewenang-wenang, lalu Alloh SWT menyuruh lagi membayar dengan amal salehnya kepada orang yang mengadu itu. Setelah itu datang lagi orang yang mengadu sampai seluruh pahala sholat, haji dan puasanya itu habis dipakai untuk membayar orang yang pernah haknya dirampas, yang pernah disakiti hatinya, yang pernah dituduh tanpa alasan yang jelas. Semua ia  bayarkan sampai tidak ada yang tersisa lagi pahala amal salehnya. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Alloh SWT  memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu. Kata Rasululloh Saw selanjutnya ‘ itulah orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang yang rajin beribadah tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati mereka.

Ancaman Alloh SWT bagi yang berhutang tanpa niat membayarnya bagaiman dosa durhaka kepada orang tua. Yang dosanya termasuk yang tidak diampuni, sama halnya musyrik menyekutukan Alloh SWT.  Jangan membenci orang tuamu, barang siapa yang mengabaikan kedua orang tua, maka dia kafir. Hr. Muslim. Keridaan Alloh SWT tergantung keridaan orang tua, dan murka Alloh SWT tergantung  kepada murka kedua orang tua. Hr Al Hakim. Terhapusnya semua amal yaitu syirik kepada Alloh SWT dan durhaka kepada orang tua. Hr Tabrani. Sesungguhnya aroma surga itu tercium dari jarak perjalanan seribu tahun, dan demi Alloh SWT tidak akan mendapatinya barang siapa yang durhaka dan memutuskan silaturrahim. Hr. Tabrani.

Dari itu, jangan main-main dengan hutang piutang, bila mempunyai rezeki segerakan untuk menyelesaikannya. Agar tidak terlalu lama sehingga sayang untuk membayarnya, atau mengabaikannya untuk menundanya kembali, atau lupa baik jumlah besarannya, atau justru lupa akan hutangnya itu. Dengan menyegerakannya Alloh SWT akan menambah dan memudahkan rezeki selanjutnya. Karena itupun tanda suatu syukur mendapatkan rezeki.
------------mr

Tidak ada komentar: