Selasa, 07 April 2015

DOKTRIN SELIBAT



DOKTRIN SELIBAT

Doktrin Selibat yaitu doktrin suci yang dilakukan Roma untuk para imam di gereja termasuk biarawatinya, atau dengan istilah lain yaitu hidup tidak kawin (membujang) sepanjang hayat bagi para imam, diakon dan biarawati. Tujuanya adalah untuk lebih mencintai Tuhan dengan lebih bebas.

Namun sayang doktrin ini pada akhirnya banyak menuai kemaksiatan, karena banyak diantara para imam dan biarawati di gereja melakukan perbuatan zina dengan dalil yang dibuat-buat, seperti keharusan biarawati melayani imam sebagai wakil tuhan dst. Diakui atau tidak peraturan Selibat telah menyingkirkan hal-hal yang baik dari gereja dan gembala-gembala yang sehat, dan mengakibatkan banyak imam dan biarawati jatuh ke dalam dosa. Jadi jelaslah bahwa peraturan Selibat merupakan kesalahan manusia yang melarang kebutuhan dasar biologis  manusia yang hakiki. Dan gereja Katolik Roma telah melarangnya meski tidak sesuai dan bertentangan dengan ajarannya sendiri.

Menurut Bibel, doktrin Selibat  tidak sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, di mana tuhan memerintahkan supaya pria dan wanita bersatu dan beranak-cucu. Dan itu semakin tidak relevan dengan tradisi menikah, poligami dan beranak cucu yang dilakukan oleh para nabi dalam Bibel, diantaranya

1. Salomo (Nabi Sulaiman) adalah orang benar yang sebelum kelahirannya telah dinubuatkan Tuhan sebagai orang yang menjunjung tinggi kemuliaan Tuhan, hingga Tuhan mencintainya dan memberi gelar “anak Tuhan” yang bermakna “hamba Tuhan” Tapi untuk menjadi manusia yang taat dia tidak berselibat, melainkan juga menikahi wanita, bahkan ia mengoleksi 1.000 istri yang terdiri dari 700 istri nikah resmi dan 300 gundik nikah sirri (1 Raja-raja 11:1-8).

2.    Nabi Yakub, menjadi orang yang diberkati Tuhan, sukses berada dalam Kerajaan Sorga (Kerajaan Allah) bersama dengan Abraham, Ishak dan semua nabi Allah (Matius 8:11, Lukas 13:28), juga bukan karena berselibat. Yakub  menikah bahkan berpoligami dengan empat istri: Lea, Rahel, Bilha dan Zilpa (Kejadian 29:16-32 sd 30:25).
3.    Nabi Nuh sukses menjadi teladan umat, orang yang benar tak bercela dan shaleh di hadapan Tuhan (Kejadian 6:9), meski ia tidak berselibat. Nuh hidup menikah dan setelah berumur lima ratus tahun, ia dikaruniai empat orang anak yaitu: Sem, Ham dan Yafet (Kejadian 5:32).
4.    Nabi Musa juga menikah menurunkan dua orang anak yaitu: Gersom dan Eliezer (I Tawarikh 23:14-15). Nabi Harun juga mencintai Eliseba dan menikahinya hingga melahirkan empat orang anak (Keluaran 6:22-23).
Demikian selibat yang diterapkan Roma, meski banyak mengalami kegagalan, sekali lagi karena terbukti bahwa Maraknya pelecehan seksual di gereja Katolik adalah fenomena yang unik tapi menarik. Di gereja banyak pelaku selibat yang terjatuh dalam dosa zina di lingkungan gereja yang digembalakannya. Tapi Roma tetap mempertahankannya,  dengan dalih tujuan selibat adalah untuk lebih mencintai Tuhan dengan lebih bebas.
Selebihnya Roma banyak mengambil argumentasi yang mempertahankan selibat, diantaranya dengan mengatakan bahwa dalam Islam pun dikenal hidup selibat. Sebagai contoh  Al-Qur'an membicarakan dengan penuh hormat Bunda Maria, Perawan Utama. Qs 21:91: “Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.”
Membenarkan Selibat dengan mengklaim Nabi Yahya AS sebagai seorang peselibat berdasarkan Al-Qur'an surat Ali Imran 39 adalah kekeliruan yang besar. Karena makna “hashur” yang disandang Nabi Yahya dalam ayat tersebut berarti dapat menahan hawa nafsu, bukan pantang menikah atau berselibat. Jika sampai akhir hayatnya Nabi Yahya tidak pernah menikah, bukan berarti beliau itu seorang yang Selibat, tapi karena beliau meninggal terbunuh ketika belum sempat menikah.


Meski dipoles sedemikian rupa, kebatilan doktrin Selibat tidak akan bisa disembunyikansemakin hari semakin banyak terkuat perbuatan dosa yang dilakukan para imam gereja dan biarawati. Dan Secara tegas Islam mengharamkan hidup selibat (pantang kawin), karena Allah SWT melarang keras perbuatan tersebut: “...Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya....” (Qs. Al-Hadid 27).

Ayat ini secara lantang menolak doktrin pantang kawin untuk beribadah kepada Tuhan, karena selibat (tabatthul/rahbaniyah) adalah doktrin yang mengada-ada dan tidak pernah diperintahkan oleh Allah SWT. Karenanya, tak seorang nabi pun yang menganut ideologi Selibat (pantang menikah), sesuai dengan firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan” (Qs Ar-Ra’d 38).
-------------mr
Ø  Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh) nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. Qs 21:91
Ø  Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang shaleh." Al-Qur'an surat Ali Imran 39
Ø  Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. Qs. Al-Hadid 27
Ø  Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu). Qs 13 Ar-Ra’d :38

Tidak ada komentar: