Minggu, 05 April 2015

Seandainya bisa kembali lagi



Seandainya bisa kembali lagi
Dalam hadist Rasulullah Saw, disabdakan bahwa jika saja manusia tahu apa yang dipertanggungjawabkan di akhirat saat amaliahnya sedikit, ia memohon minta kembali lagi ke dunia, walaupun sesaat untuk melakukan kebajikan dengan amaliah yang baik dan banyak. Kalau saja ia punya uang banyak, ia ingin mengamalkan semuanya sampai tidak tersisa dengan bersedekah, infak, berjariah dst. Ia  tahu kalau yang demikian jalan yang terbaik dan tidaklah merugi, bahkan sebaliknya membawa kebaikan padanya. Sementara saat didunia ia selalu menghematnya – sayang, kalau uang yang ia usahakan dengan susah payah dengan begitu saja disedekahkan. Walaupun ia tahu apa yang ia dapatkan itu merupakan titipan saja, yang sewaktu-waktu bisa saja diambil kembali, atau harus dipertanggung jawabkan untuk apa saja dipergunakan.
Penyesalan tersebut baru disadari ketika tidak ada lagi punya  kesempatan, sedetikpun Alloh Swt tidak mengabulkannya, penyesalan tinggallah penyesalan dan harus dipertanggung jawabkan, bukankah seruan kebajikan sudah banyak disampaikan selagi masih hidup. Hanya saja ia lalai untuk melaksanakannya. Allah SWT Ta’ala berfirman,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (٩٩)لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (١٠٠)
“Hingga apabila telah  datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al Mukminun: 99-100)
Ibnu Katsir menafsirkan, Allah Ta’ala menceritakan keadaan orang kafir dan orang-orang yang meremehkan perintah Allah Ta’ala, ucapan mereka ketika itu adalah permintaan kembali ke dunia agar memperbaiki apa yang mereka rusakkan/lalaikan selama hidup
 Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ
“Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid).”
 Ibnu Batthal rahimahullah berkata, Hadits ini temasuk yang paling agung mengenai keutamaan mati syahid dan pengkhususan serta motivasi. Mereka berangan-angan agar terbunuh sampai sepuluh kali karena mereka mengetahui hal tersebut diridhai Allah dan bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Karena ini bentuk penghinaan diri dalam rangka menegakkan dan menolong agama Allah maka tidak ada lagi puncak selain jihad dan tidak ada amal kebaikan yang lain (yang lebih) berupa penghinaan diri selain jihad.”
Kesemuanya ingin kembali ke dunia setelah ia tahu bahwa apa yang disampaikan Al Qur’an dan Al Hadist melalui Rasulullah Saw, merupakan kebenaran yang mutlak dan hakiki. Dan iapun mengakuinya, hanya saja lalai dan tidak  atau kurang menyakininya yang dilandasi keimanan yang kurang. Firman Alloh SWT dalam hal ini “Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), "Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin [as-Sajdah/32:12], Dan Alloh SWT berfirman
أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا


Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami [Maryam/19:38]

Maksud perkataan ini, sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Katsîr rahimahullah, "Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia untuk melakukan amal shaleh, sesungguhnya kami sekarang telah yakin bahwa janji-Mu adalah benar dan perjumpaan dengan-Mu adalah benar."


 mereka tidak berharap dikembalikan ke dunia untuk menjumpai keluarga dan kaum kerabat,anak atau istrinya yang sangata ia sayangi,  akan tetapi ia kembalikan ke dunia untuk melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla. Beramal dan beribadah sebanyak-banyaknya sebagai bekal di akhirat.

Mereka juga menyesali perbuatan mereka dengan cara menyalahkan diri mereka sendiri, seraya mengatakan ;

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ


Andaikata kami dahulu mau mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala [al-Mulk/67:10]

Ini menunjukkan betapa besar penyesalan mereka atas tingkah laku buruk mereka ketika di dunia. Akan tetapi, pada saat itu, penyesalan mereka sudah tidak berguna lagi. Ibarat nasi yang telah menjadi bubur. Andaikata penyesalan itu sebelum siksa berada di depan mereka (yaitu pada waktu mereka hidup di dunia), maka penyesalan itu akan bermanfaat bagi mereka. Mereka akan selamat dari siksa pada hari itu
Begitulah keadaan mereka pada hari Kiamat, malang tak dapat ditolak, mereka akan mengalami penderitaan siksa yang amat pedih akibat perbuatan mereka di dunia. Semoga Allâh Azza wa Jalla melindungi semua muslim dunia, dari semasa Rasulullah Saw hidup ila yaumil kiyamah. Dan termasuk Orang-orang shalih ingin segera di bawa ke kuburannya setelah meninggalnya.
إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهَا الْإِنْسَانُ لَصَعِقَ
Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para laki-laki di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk orang shalih (semasa hidupnya) maka dia berkata, “Bersegeralah kalian (membawa aku)!” Jika ia bukan orang shalih, dia akan berkata, “Celaka, kemana mereka hendak membawanya ?” Jeritan jenazah itu akan didengar oleh setiap makhluk kecuali manusia. Seandainya manusia bisa mendengarnya, tentu mereka akan pingsan.
Hadist senada disampaikan Dari Abu Said, al Khudri, Rasulullah saw bersabda, Apabila jenazah telah siap, kemudian dipikul oleh kaum laki laki di atas punggungnya, apabila dia jasad yang shalih, akan berkata, Dahulukanlah aku, dahulukanlah aku. Apabila tidak shalih, dia, Celaka, ke mana mereka hendak pergi? Suara itu didengar oleh siapapun kecuali manusia, dan seandainya saja mereka dapat melihat, pastim akan goncang. (HR. al Bukhari dan an Nasai)

dia berharap tidak kembali ke dunia dan berharap kiamat segera tiba,
sebab mereka melihat derajatnya yang begitu mulia di jannah. Dia ingin
segera masuk ke dalam kenikmatan yang kekal. Rasulullah saw telah menceritakan kepada kita saat seorang mukmin ditanya oleh dua malaikat di dalam ubur,Tiba tiba terdengar suara yang memanggil dari langit, hamba-Ku benar, maka persilahkan dia menempati tempat tidurnya di Jannah, pakaikanlah pakaian Jannah, bukakanlah baginya pintu menuju Jannah. Kemudian arwahnya datang beserta bau harum, kuburnya diluaskan sejauh mata memandang, lalu datang seorang laki laki berwajah tampan, berpakaian bagus dan harum, dia berkata: saya datang memberi kabar gembira untukmu, ini adalah harimu yang telah dijanjikan. Dia berkata: Siapakah kamu? Laki laki itu berkata: Saya adalah amal shalihmu. Dia berkata: Ya Rabbku bangkitkanlah hari Kiamat, ya Rabbku bangkitkanlah hari Kiamat, sehingga saya dapat kembali menemui keluarga dan hartaku(HR. Abu Dawud, al Hakim, Ibnu Khuzaimah)



sebaliknya orang-orang kafir atau munafiq, akan berdoa: Wahai Rabbku, janganlah Engkau bangkitkan hari Kiamat. Sebab dia tahu apa yang akan terjadi setelah alam kubur itu lebih dahsyat dari apa yang tengah dialaminya.


Tidak ada komentar: