sangatlah mencengangkan ketika yahudi membabi buta menyerang jalur gaza
tanpa ampun, peringatan dari berbagai negara diacuhkannya, tidak ada satupun
yang didngar untuk melakukan gencatan senjata, begitu juga dengan Amerika.
Mereka bukan saja membunuh para militan palestina yang selalu bersebrangan dalam
hal penyelesaian konplik, tapi juga anak-2 dan kaum perempuan.
Apa yang disampaikan duta besar palestina untuk Indonesia Fariz N Mehdawi sangatlah memprihatinkan, pada Senin (14/7/2014).
Beliau menyampaikan
bahwa Media tidak selalu bisa menunjukkan apa yang
sebenarnya terjadi di Palestina. Apa kondisi Gaza yang tidak terlihat di media?
Yang tidak kita lihat, orang selalu tertarik dengan angka. Kita sudah berhitung berapa angka martir di sana. Sudah lebih dari 200 orang, dan bangunan yang hancur juga sudah mencapai 200 lebih, lebih dari 5.000 warga tidak bisa tidur tadi malam. Ada lebih dari 1.000 orang terluka, jauh melebihi kemampuan fasilitas kesehatan kami. Masalah dengan kamera adalah tidak mampu menunjukkan bagaimana gambaran besarnya. Contohnya, menggambarkan Gaza. Gaza hanyalah sebidang tanah kecil. Lebar 10 kilometer dan panjangnya 35 kilometer. Jadi, hanya sekitar 350 kilometer persegi, jauh lebih kecil dari Jakarta. Itulah Gaza. Saat dimasuki 45.000 personel pasukan Israel, yang menguasai darat, laut, dan udara, ditambah lagi 2.000 pesawat tempur F-16 atau F-17 yang menjatuhkan bom di daerah kecil dengan penduduk 1,8 juta, maka di mana pun bom itu dijatuhkan, pasti warga yang jadi korban.
Seperti Anda ingin memukul seseorang yang botak, di mana pun anda memukulnya, pasti akan mengenai kulit kepalanya. Lalu, kondisi ini dibuat seakan terlihat seperti ada perang antara dua pasukan yang seimbang. Bukan itu keadaannya. Di Gaza, yang ada hanyalah penduduk sipil. Kami tidak ada tentara. Kami bahkan hampir tidak memiliki pasukan kepolisian untuk keamanan internal. Kami tidak memiliki pasukan yang bisa bertempur melawan tank dan persenjataan berat dari pasukan Israel, pasukan terbesar dan terbaik ke-4 dunia.
Bagaimana kami di Gaza bisa bertempur melawan pasukan sebesar itu? Jadi menunjukkan bahwa yang terjadi di Gaza adalah perang, itu tidak adil. Ini adalah pembantaian oleh pasukan yang sangat canggih dari negara Israel, melawan populasi sipil, yang bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya. Tidak ada cukup air di Gaza, pasokan listrik tidak memadai, bahkan warganya tidak bebas untuk keluar masuk dari Tepi Barat ke Gaza. Mereka semua hidup dalam kondisi yang sangat berat, ditambah lagi aksi militer.
Yang tidak kita lihat, orang selalu tertarik dengan angka. Kita sudah berhitung berapa angka martir di sana. Sudah lebih dari 200 orang, dan bangunan yang hancur juga sudah mencapai 200 lebih, lebih dari 5.000 warga tidak bisa tidur tadi malam. Ada lebih dari 1.000 orang terluka, jauh melebihi kemampuan fasilitas kesehatan kami. Masalah dengan kamera adalah tidak mampu menunjukkan bagaimana gambaran besarnya. Contohnya, menggambarkan Gaza. Gaza hanyalah sebidang tanah kecil. Lebar 10 kilometer dan panjangnya 35 kilometer. Jadi, hanya sekitar 350 kilometer persegi, jauh lebih kecil dari Jakarta. Itulah Gaza. Saat dimasuki 45.000 personel pasukan Israel, yang menguasai darat, laut, dan udara, ditambah lagi 2.000 pesawat tempur F-16 atau F-17 yang menjatuhkan bom di daerah kecil dengan penduduk 1,8 juta, maka di mana pun bom itu dijatuhkan, pasti warga yang jadi korban.
Seperti Anda ingin memukul seseorang yang botak, di mana pun anda memukulnya, pasti akan mengenai kulit kepalanya. Lalu, kondisi ini dibuat seakan terlihat seperti ada perang antara dua pasukan yang seimbang. Bukan itu keadaannya. Di Gaza, yang ada hanyalah penduduk sipil. Kami tidak ada tentara. Kami bahkan hampir tidak memiliki pasukan kepolisian untuk keamanan internal. Kami tidak memiliki pasukan yang bisa bertempur melawan tank dan persenjataan berat dari pasukan Israel, pasukan terbesar dan terbaik ke-4 dunia.
Bagaimana kami di Gaza bisa bertempur melawan pasukan sebesar itu? Jadi menunjukkan bahwa yang terjadi di Gaza adalah perang, itu tidak adil. Ini adalah pembantaian oleh pasukan yang sangat canggih dari negara Israel, melawan populasi sipil, yang bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya. Tidak ada cukup air di Gaza, pasokan listrik tidak memadai, bahkan warganya tidak bebas untuk keluar masuk dari Tepi Barat ke Gaza. Mereka semua hidup dalam kondisi yang sangat berat, ditambah lagi aksi militer.
Sebagian
besar korban mereka adalah anak-anak
yang tidak tahu agresi, begitu dengan ibu-ibu mereka yang sedang melindunginya,
telah menjadi korban kekerasan pasukan kuat yahudi. Hizbut tahrir menyampaikan
bahwa Penargetan kaum perempuan dan anak-anak dalam perang ini di Gaza adalah
jelas. Israel membunuh mereka di mana-mana; di rumah-rumah mereka, di
jalan-jalan, di sekolah-sekolah, di rumah sakit-rumah sakit, dan bahkan di
pantai. Mereka dibunuh saat mereka sedang makan, saat sedang tidur dan saat
mereka sedang bermain. Setiap anak dan setiap wanita yang mampu memiliki anak
adalah target bagi mereka … Rudal-rudal yang tidak membedakan antara batu,
pohon dan manusia; mereka membunuh dan menghancurkan semuanya, sehingga darah
dan bagian-bagian tubuh tercampur dengan kotoran dan batu-batu dengan pemandangan
yang begitu mencolok dan menyakitkan, sehingga media tidak bisa mengabaikannya
atau melupakan kebiadaban mereka karena begitu banyaknya korban… bagian-bagian
tubuh lembut anak-anak tersebar yang merupakan pembunuhan massal…seluruh
keluarga tewas di bawah reruntuhan … Puluhan ribu orang mengungsi dari
rumah-rumah mereka, mencari keamanan yang hilang di seluruh bagian Gaza … dari
satu bagian ke bagian yang lain untuk berlindung, melarikan diri dari satu
kematian ke kematian yang lain dan dari satu kehancuran ke kehancuran yang
lain!
Di zaman Rasulullah Saw, anak-2 dan perempuan termasuk yang dihormati,
tidak boleh dicelakai dalam peperangan, apalgi dibunuh, kini yahudi tanpa punya hati nurani
menghabisinya. Bahkan dalam beberapa pernyataan memang sengaja akan membunuh
anak-2 dan ibu-ibu agar generasi terputus dan selanjutnya tidak ada perlawanan
yang berarti.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَمُحَمَّدُ بْنُ
رُمْحٍ قَالاَ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ ح وَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ
حَدَّثَنَا لَيْثٌ :عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ
أَنَّ اِمْرَأَةً
وُجِدَتْ فِي بَعْضِ مَغَازِي رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَقْتُوْلَةً فَأَنْكَرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَتْلَ
النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Muhammad
bin Rumhkeduanya berkata; telah mengabarkan kepada kami Al Laits. (dalam
riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin
Sa’id telah menceritakan kepada
kami Laits dariNafi’ dari Abdullah :
Bahwa dalam salah satu peperangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah ditemukan jasad seorang wanita, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pun melarang pembunuhan wanita dan anak-anak. Shahih Muslim
حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ وَأَبُوْ أُسَامَةَ قَالاَ
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:
وُجِدَتْ اِمْرَأَةٌ مَقْتُوْلَةً
فِي بَعْضِ تِلْكَ الْمَغَازِي فَنَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr dan Abu Usamah keduanya
berkata; telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin
Umar dari Nafi’ dari Ibnu Umar dia berkata: Seorang
wanita didapati telah terbunuh di suatu peperangan, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melarang untuk membunuh wanita dan anak-anak. Shahih Muslim.
Demikian apa yang terjadi di
gaza, dunia sedang menyaksikan
kembalinya zaman jahiliyah, dimana perempuan dan anak-anak diinjak-injak tidak
dihargai layaknya manusia ciptaan yang kuasa. Lebih jahiliyah dibanding masa
jahiliyah itu sendiri. Allah Ta’ala
berfirma dalam surat At-Takwir,
وَإِذَا الْمَوْؤُودَةُ سُئِلَتْ. بِأَيِّ ذَنبٍ
قُتِلَتْ
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur
hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh.” (Q.s. At-Takwir: 8—9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar