Senin, 06 April 2015

Si Durhaka Alqamah.



Si Durhaka Alqamah.

Kendatipun dibanyak pendapat kisah ini dikategorikan  lemah, namun mengandung pelajaran yang penuh makna. Cerita seorang pemuda ‘ Alqamah’ namanya, seorang pemuda yang hidup zaman Rasululloh Saw, ia dikenal sangat rajin ibadahnya, suka bersedekah, sholat, puasa dsb disamping dikenal juga sebagai pemuda yang penuh semangat, rajin dan kerja keras.
Di saat ia sakit dan dalam keadaan naza’ menghadapi sakaratul maut, ia mengalami kesulitan, tidak bisa mengucapkan la ilaha illallah, meskipun sudah dibimbing dengan mentalqininya. Ketika disampaikan mengenai keadaannya,  Rasulullah Saw, kemudian mengutus Ammar bin Yasir untuk mendatangi orang tuanya (ibunya) yang sudah berusia lanjut.
Rasulullah Saw berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuinya.’”
Ketika utusan itu  sampai di rumah ibunya Alqamah,  ia sampaikan mengenai keadaan anaknya, ia (ibunya) tidak mau datang dan memaafkannya, ia sangat sakit saat anaknya mengambil baju yang sudah dipakainya, yang kemudian diberikan kepada istrinya. Ia masih ingat saat anaknya Alqamah melarang kue yang ada dirumahnya sampai ia disuruh menungga sampai istrinya pulang dari pasa, dan ketiga ia masih ingat saat ia mengutus orang untuk meneui Alqamah, saat ia tidak makan karena kehabisan persediaan, tapi jawaban Alqamah  yang ia punya hanya cukup untuk persediaan rumahnya, kalau nanti ia dapat rezeki baru akan ia kirimkan. Lantaran sakit hatinya itu ibunya-Alqamah, tidak mau datang. Sampai beberapa kali utusan rasululloh menyampaikan ia tetap tidak mau datang, sampai akhirnya disampaikan bahwa Rasulullah-lah yang akan datang menemuinya, baru ia mau datang dengan berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.”
Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah.
Sesampainya di rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?” Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.” Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?” Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.”

Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhny,a kemarahan sang ibu telah  enghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.” Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.” Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?” Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”
Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya,” Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”.
Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibu
Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.”

Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.” Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga.
Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allaoh tergantung pada kemarahannya.”
Kisah ini adalah teladan yang memberikan pelajaran kasih sayang seorang ibu yang tiada batasnya. Walaupun pernah tersakiti oleh perbuatan anaknya, namun kasih sayangnya tak pernah luntur dan hilang, bahkan rasa ibanya dan cintanya kepada anaknya telah menghapuskan sakit hatinya.

Maka sekecil apapun peran seorang ibu adalah merupakan kebaikan yang nilainya jauh lebih besar dari dunia dan seisinya. Kisah ini sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi siapa yang selalu menyakiti dan mendurhakahi orang tuanya terutama ibunya. Sekali lagi walaupun banyak yang meragukan kisah dalam hadits ini sebagai kisah yang diada-adakan dan pelakunya adalah sosok yang dibuat-buat, (lemah) namun isi dari cerita ini menggambarkan hal yang harus dilakukan bagi setiap manusia untuk selalu berbuat baik kepada orang tua dan jangan mendurhakainya sebagaimana perintah Allah Swt berlepas dari itu semua ada yang kita bisa petik sebagai pelajaran berharga.




Tidak ada komentar: