Senin, 18 Agustus 2008

Nasionalisme dan Islamisme

Nasionalisme dan Islamisme
OLEH: Moch Arif Makruf
Alumni Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Di era globalisasi sekarang ini, segala macam bentuk ideologi dunia dengan cepat menyebar keseluruh pelosok dunia dalam hitungan detik. Penemuan-penemuan teknologi baru yang serba modern telah menyulap sebuah dunia yang luas menjadi sejengkal. Sebuah negara yang belum mempunyai konsepsi yang kokoh ataupun sama sekali belum mempunyai konsepsi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi terombang-ambing oleh derasnya perkembangan ideologi dunia.

Negara-negara maju yang telah mempunyai semua sumber daya berusaha menaklukan dunia. Mereka bukan hanya akan menjajah secara ekonomi maupun militer tetapi akan memberikan sebuah wacana baru dalam memahami sebuah dunia yang modern. Kemajuan-kemajuan dunia yang tidak merata di seluruh dunia melahirkan pendominasian-pendominasian. Titik paling akhir dari semua ini adalah penjajahan ideologi suatu negara terhadap negara lain.

Kemajuan teknologi barat yang hampir menguasai segala bidang melahirkan resistensi dari berbagai ideologi dunia untuk mengamankan kepentinganya dengan melakukan kerja sama lintas negara. Sikap persatuan antar negara berkembang menjadi sesuatu yang mutlak untuk dilaksanakan dalam mengatasi sebuah kejutan budaya yang diakibatkan oleh globalisasi dunia dalam satu warna. Ketergantungan akan kemajuan dunia adalah sebuah kebutuhan yang tidak mungkin ditunda lagi. Tetapi menyerahkan sebuah budaya atau karakter suatu bangsa adalah menghilangkan sebuah citra suatu bangsa yang dengan sendirinya akan menghilangkan wajah suatu bangsa dalam kehidupan Internasional.


Sebuah bingkai nasionalisme akan menjadi sebuah batas yang harus ditarik secara tegas sebagai sebuah benteng terakhir dari cagar budaya dalam menghadapai derasnya globalisasi. Memperkuat posisi kedalam dahulu sebelum ikut memberikan sumbangan kepada dunia internasional mengenai sebuah pertarungan Ideologi dunia menjadikan suatu bangsa memiliki sebuah pondasi yang kuat untuk tidak terseret dalam pertarungan ideologi dunia yang merugikan kepentingan nasional.


Indonesia yang baru saja melaksanakan sebuah bentuk demokrasi yang baru pada tahap selanjutnya akan membentuk sebuah budaya baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia telah kembali pada tahun 1900-an, di mana nasionalisme sedang mencari bentuknya. Dalam era globalisasi ideologi-ideologi dunia dengan cepat akan datang silih berganti dengan membonceng pada kesenian, ekonomi maupun militer untuk menguji nasionalisme bangsa Indonesia.


Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan terbesar di dunia merupakan sebuah daya tarik bagi ideologi Islam dunia. Lepasnya bayang-bayang Pancasila mengakibatkan ideologi Islam dunia memasuki wilayah Indonesia tanpa selesksi. Banyak sekali kepentingan-kepentingan negara-negara di dunia yang berideologi Islam untuk menarik Indonesia dalam masalah politik dengan sentiemen agama Islam. Jika tidak waspada, bingkai wilayah yang merupakan batas-batas nasonalisme menjadi dunia tanpa batas lagi dalam era globalisasi.


Sebuah bingkai nasionalisme Indonesia yang mencari bentuk baru, akan mengalami benturan dan akomodatif terhadap kepentingan nasional. Serbuan ideologi besar dunia yang seringnya diwakili oleh kepentingan barat dan Islam jangan sampai mengakibatkan kehancuran nasionalisme. Nasioalisme yang telah dibina lama dengan semangat Proklamasi 1945 yang sangat menghargai pluralisme terutama dalam beragama tidak boleh hancur hanya karena sebuah kejadian dunia yang direspon secara reaktif.


Sebuah permasalahan-permasalahan dunia Islam yang dapat diberitakan secara cepat keseluruh dunia berkat kecanggihan teknologi, diharapkan tidak membuat rakyat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam bersiakap reaktif. Terjebak dalam percaturan dunia dengan drama aksi dukung mendukung yang bersifat politis,hanya akan berbahaya terhadap rasa nasionalime bangsa Indonesia. Perasaan minoritas umat beragama lain haruslah dihormati dan lebih diperhatikan sebagai salah satu pemilik syah negeri ini.


Permasalahan yang dihadapi negara Iran, Palestina dan Lebanon yang telah diperlakukan tidak adil oleh Israel maupun dunia yang diwakili PBB dengan mencoba menarik Indonesia dengan sentimen keagamaan harus ditanggapi secara hati-hati. Pencarian dukungan oleh ormas-ormas Islam maupun oleh parpol Islam kepada rakyat Indonesia yang sebagaian besar beragama Islam adalah sebuah upaya menarik umat beragama Islam Indonesia ke dalam permasalahan dunia Islam di luar bingkai nasionalisme.



Muatan sentimen agama harus dihindari, dengan mengarahkan kepermasalahan keadilan agar rakyat Indonesia di luar agama Islam merasa terwakili dalam memutuskan permasalahan yang berhubungan dengan negara di Timur Tengah yang bernuansa ideologi Islam. Sebab muatan politis yang dibawa ormas Islam dan parpol Islam bisa mempengaruhi dan melahirkan sebuah keputusan negara. Di mana rakyat Indonesia yang tidak semuanya beragama Islam dipaksa untuk mematuhi sebuah keputusan yang bersandar kepada sebuah agama bukan kepentingan nasional..


Hubungan antara ormas-ormas Islam di Indonesia terhadap permasalahan-permasalahan politis dengan negara yang berideologi Islam harus dipindahkan dalam hubungan bingkai keagamaan. Di mana hubungan ini harus dibina antara ulama Indonesia dengan para ulama di seluruh dinia untuk saling memahami posisi masing-masing ulama dalam bingkai-bingkai negara.


Hubungan ideologi-ideologi dunia dengan Indonesia harus dilihat sebagai sebuah semangat untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bagian dari bangsa-bangsa di dunia. Bukan membiarkan nasionalisme terseret dalam ideologi-ideologi yang bertebaran di seluruh dunia.

Menjaga bingkai nasionalisme dalam keadaan dunia yang terbuka lebar, transparan atau telanjang adalah perjuangan yang berat jika dikaitkan dengan rakyat Indonesia yang pluralistik dan negara Indonesia yang baru menjalani sistem demokrasi baru serta pencarian bentuk nasionalisme baru. Pancasila yang telah dilihat sebelah mata menambah sebuah permsalahan baru dengan banyaknya alternatif Ideologi baru yang mudah dicari dengan berbagai macam bentuknya dalam era globalisasi.

Bingkai nasionalisme harus dijaga dengan menjadikannya sebuah dogma yang harus dipegang oleh seluruh rakyat Indonesia dan berbagai aliran di Indonesia. Di dalam bingkai ini semua akan diperlakukan sama.mr-batampos

Tidak ada komentar: