Jumat, 29 Agustus 2008

Populasi Paus Punggung Bungkuk Mulai Pulih

Populasi Paus Punggung Bungkuk Mulai Pulih


20080812144401
Paus punggung bungkuk, makhluk yang senantiasa diburu dalam empat dekade lalu kini "memasuki tahap pemulihan" dan tak lagi dianggap beresiko tinggi untuk punah, begitu ujar sebuah organisasi lingkungan Kamis (7/8) di Jenewa, Switzerland.

The International Union for Conservation of Nature (IUCN) — pembuat Daftar Merah' spesies terancam punah setiap tahunnya — juga meng-upgrade status paus kanan Selatan dari status sebelumnya yaitu "mudah diserang". Paus kanan memperoleh namanya dari pemburu hiu yang menganggap spesies bagus untuk diburu, karena mereka mengambang setelah dibunuh.

"Punggung bungkuk dan paus kanan Selatan berhasil beregenerasi kembali dan menghasilkan jumlah populasi cukup menggembirakan setelah mereka dilindungi dari perburuan komersial," ujar Randall Reeves, ahli Mamalia Laut dari organisasi konservasi.

"Ini merupakan koservasi besar yang sukses, dan jelas menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk memastikan hewan laut raksasa tersebut dapat bertahan," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip oleh situs berita Associated Press, Minggu (10/8) lalu.

Bill Perin, ahli lain yang tergabung dalam organisasi IUCN mengatakan jika populasi paus punggung bungkuk sempat turun hingga ke angka terendah, tak kurang dari ribuan, hingga akhirnya spesies tersebut dilarang dalam perburuan komersil di tahun 1966. Kini populasi paus itu telah meningkat sedikitnya 60.000. Masih menurut Perrin, jika rata-rata pertumbuhan berada angka cukup sehat, 5 % setiap tahun di Pasifik Utara.

Sementara paus kanan yang berada di seputar pantai selatan Argentina, Afrika Selatan dan Australia juga mengikuti jejak saudara mereka di Utara, berjuang untuk memulihkan diri dari kepunahan.

Saat ini, menurut Perrin, jumlah paus kanan Atlantik Utara sepanjang kawasan pesisir Timur tak lebih 300 spesies. Perburuan memang dilarang, tapi banyak yang tetap terluka dan terbunuh akibat tertumbuk kapal atau terkena peralatan penangkapan ikan massal.

IUCN yang bermarkas di Swiss mengatakan jika banyak hewan laut besar lainnya juga dekat kepunahan. Keseluruhan, sekitar seperempat dari jenis spesies tersebut terancam dan lebih dari 10 jenis yang masuk dalam daftar kritis punah.

Lumba-luma Irrawaddy Asia Tenggara yang berenanga di kawasan Teluk Persia hingga pantai Utara Jepang, lumba-lumba Franciscana Amerika Selatan, dan lumba-lumba vaquita Teluk Mexico, California ialah beberapa yang masuk dalam daftar tersebut.

Memang ada penurunan perburuan paus dan mamalia laut lain di akhir dekade ini, menurut IUCN, namun kecelakaan yang berakibat pembunuhan akibat peralatan penangkap ikan menjadi ancaman terbesar spesies-spesies tersebut

Daftar Merah kini terdiri sekitar 41,00 jenis spesies dan subspesies di seluruh dunia. IUCN sendiri beranggotakan lebih dari 1000 organisasi baik pemerintah maupun non pemerintah dengan ahli relawan sejumlah hampir 11.000 di lebih 160 negara.mr-republika

Tidak ada komentar: