Jumat, 29 Agustus 2008

Revitalisasi Peran Dai dalam Pembinaan Umat

Revitalisasi Peran Dai dalam Pembinaan Umat

Dr Muhammad Idris
Sekjen IKADI


Keagungan dan keluhuran martabat dakwah Islam tidak hanya dilihat dari pengagungan Alquran terhadap dakwah. Tetapi, ketinggian dan keluhurannya dilihat pula dari definisinya, yaitu menyampaikan Islam kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk komitmen dengan Islam pada setiap kondisi.

Dengan kata lain dakwah adalah segala bentuk aktivitas kebajikan yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip Islam dalam rangka membawa manusia kepada kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dakwah bukan sekadar kebaikan individu atau amal saleh suka rela, bahkan lebih dari itu, dakwah merupakan hak orang lain yang harus dipenuhi, seperti tercantum penjelasannya dalam hadis muttafaq ‘alaih: ''Din (Islam) adalah nasihat, bagi Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, pemimpin umat dan umat pada umumnya.''

Nasihat untuk umat pada umumnya mengajak kepada kebaikan, mengajarkan agama, membantu mereka, membimbing untuk saling mencintai di jalan Allah (Syarh Muslim, Imam an-Nawawi 2/37). Sebagaimana Rasulullah SAW menjelaskan, hak seorang Muslim atas Muslim lainnya, antara lain jika diminta nasihat maka harus memberi nasihat.

Dakwah juga merupakan mediator taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, seperti tersirat dalam firman: ''Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku, aku dan orang yang mengikutiku senantiasa berdakwah (untuk kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku bukan termasuk orang-orang musyrik.'' (QS Yusuf: 108).

Dakwah sebagai mediator taqarrub kepada Allah karena menjalankan dakwah berarti menjalankan perintah Allah dan mengikuti tuntunan Rasul-Nya. Lebih dari itu dakwah merupakan jejak langkah para nabi dalam menebarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan kepada manusia.

Peran dai dalam membina umat
Ada beberapa peran penting dai. Pertama, tabligh, yaitu peran menyampaikan Islam di internal dan eksternal umat Islam. Pada tataran internal dai berupaya melakukan sosialisasi Islam kepada kaum Muslimin, yang bertujuan semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas informasi Islam yang diterima kaum Muslimin. Pada tataran eksternal, dai sebagai pengemban misi rahmatan lil 'alamin sejatinya mampu menembus kantong-kantong daerah terbelakang yang belum dan atau kurang informasi tentang Islam.

Dai tidak membatasi dakwah hanya pada wilayah di Indonesia karena juga dituntut untuk ikut bertanggung jawab membuka lahan-lahan dakwah di Asia Pasifik, seperti Laos, Kamboja, Vietnam, Korea, Selandia Baru, dan khususnya negara-negara Asia Tenggara. Kedua, tau'iyah, yaitu peran mengembangkan wa'yu Islami (kesadaran Islami) kepada umat terhadap tanggung jawab dan peran hidup bagi setiap Muslim agar mampu mengekspresikan diri selaku Muslim serta mengaktualisasikan keislamannya.

Dengan kesadaran yang tinggi dan kemampuan ekspresi dan aktualisasi Islam diharapkan selanjutnya mampu memberikan kontribusi positif bagi kehidupan bernegara, yakni membangun potensi umat di Indonesia, bahkan membangun bangsa dan negara, termasuk memelihara integrasi bangsa dan negara. Ketiga, taujih, yaitu peran mengarahkan potensi umat yang telah sadar untuk memberikan kontribusi kepada umat agar potensi tersebut lebih efektif dan efisien.

Peran taujih juga mencakup upaya mengarahkan orientasi umat agar dapat dikerahkan, dikoordinasi, dikonsolidasi, dan dimobilisasi untuk mencapai berbagai kebaikan (al-khoirot). Potensi umat yang di-taujih ini dimaksudkan agar tidak terakumulasi pada lembaga-lembaga yang tidak Islami atau pada organisasi dakwah yang tidak jelas prinsip dan orientasinya. Demikian dimaksudkan agar potensi tersebut tidak menjadi mubazir atau overlapping dalam menangani permasalahan-permasalahan umat.

Keempat, irsyad, yaitu peran bimbingan terhadap potensi umat yang telah di-taujih agar selamat dari mun’athofat (jalan berliku-liku) yang penuh dengan jebakan-jebakan dan selamat dari inhirof (penyimpangan) karena iming-iming dan rayuan menggoda untuk menjerumuskan dakwah dan pembelanya.

Peran irsyad ini dikemas dalam program pertemuan rutin para dai dalam rangka memelihara pemikiran dan meningkatkan wawasan keislaman, mengarahkan emosi, menguatkan mental dan meningkatkan kualitas ketakwaan dan spritualitas dai.

Terakhir adalah himayah, yaitu peran memelihara dan menjaga eksistensi dan kemampuan dakwah Islam dalam melaksanakan misinya. Peran advokasi ini mencakup upaya-upaya pemeliharaan dai terhadap nilai-nilai dakwah dari upaya tahrif (penyimpangan). Memelihara umat dari upaya-upaya tajzi'ah (sektarianisme) yang dapat mengakibatkan umat terpecah dalam sekte-sekte dan memelihara ajaran Islam dari upaya-upaya tasywih yang dapat menimbulkan isa'atu sum'atul ummah (memperburuk citra umat).

Revitalisasi dan kebersamaan
Vitalitas dakwah ialah kekuatan yang dimiliki dakwah sebagai sebuah upaya terstruktur dalam mengemban amanat hidup dan kehidupan, yaitu wujudnya kesejahteraan dan keadilan di seantero dunia. Vitalitas dakwah tidak dapat dipisahkan dari perhatian dai pada isu-isu global dan masalah globalisasi sebab misi utama dakwah Islam adalah rahmatan lil 'alamin, yaitu melakukan dakwah dengan pendekatan psiko-sosial, dakwah dengan pola-pola bernuansa taisir (kemudahan) bukan ta'sir (menyulitkan apalagi membingungkan), dakwah bernuansa pencerahan bukan menambah masalah baru, dakwah dengan sikap-sikap pluralis dalam bermuamalah.

Dakwah Islam di era globalisasi memerlukan kaidah-kaidah ilmiah dalam rangka tetap menjaga orisinalitas dakwah Islam dengan tidak mengenyampingkan aspek-aspek modernitas. Di antaranya kaidah-kaidah yang terkait dengan ats-Tsawabit Wal-Mutaghoyyirot, Fiqh al-Aulawiyyat, Taqdimul Ahamm minal-Muhimm, atau al-Ihtimam Bi Qodhoya ad-Da'wah.

Ada sebuah ungkapan hikmah yang berbunyi kapan bangunan berdiri sempurna jika kau membangun, tetapi orang lain menghancurkannya. Jika ada seribu orang membuat bangunan. Cukuplah satu orang saja untuk menghancurkannya. Bagaimana jika hanya Anda yang membangun. Namun, seribu orang yang berupaya merusak.

Sebuah kata-kata hikmah yang dapat dijadikan kaidah dalam merealisasi harapan berdirinya bangunan dakwah Islam yang kokoh dari terpaan badai, indah dipandang, nyaman hidup di dalamnya, penghuninya hidup harmonis menikmati hidangan seraya berseru kompak subhanallah.

Kita menjadi kuat karena ada saudara dan kawan-kawan yang ikut serta melaksanakan aktivitas menuju satu tujuan demi kemaslahatan bersama. Ibarat sapu lidi, jika diurai satu-satu, maka akan dengan mudah dipatahkan, lain halnya jika disatukan dalam satu ikatan, ia akan menjadi kuat, sangat sulit dipatahkan.

Adalah keniscayaan hidup bersama, adalah kenikmatan wujudnya kebersamaan itu, mengemban beban berat menjadi ringan saat dijunjung bersama, demikian pesan wahyu Ilahi: ''Bekerjalah kalian, karena Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman akan melihat kerja-kerja kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Sang Pemilik), yaitu Yang Maha Tahu segala yang nyata dan yang sembunyi, kemudian Allah akan meminta pertanggungjawaban kerja usaha kalian.'' (QS At-Taubah: 105).

Ikhtisar:
- Dakwah sebagai langkah untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
- Banyak sekali peran dai, terutama pengembang misi rahmatan lil 'alamin.
- Dakwah Islam di era globalisasi memerlukan kaidah ilmiah dalam rangka tetap menjaga orisinalitas dakwah.

Tidak ada komentar: