Jumat, 29 Agustus 2008

Mengambil Manfaat dari Jambore Kebangsaan

Mengambil Manfaat dari Jambore Kebangsaan

Arief Turatno
Ketua Lembaga Pemantauan dan Pengembangan Daerah/LPPD


Jambore Kebangsaan usai beberapa hari lalu, tepatnya berlangsung pada 14-18 18 Agustus. Ada banyak manfaat dari kegiatan yang diprakarsai Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Depdagri bekerja sama dengan Pemprov Papua Barat dan unsur lainnya.

Ini bagian dari upaya pemerintah menanamkan semangat kebangsaan sekaligus meningkatkan rasa cinta Tanah Air, kewajiban bela negara bagi segenap komponen bangsa khususnya generasi muda. Itu penting mengingat bangsa ini tengah dilanda berbagai masalah.

Jambore Kebangsaan cukup mampu memompa semangat kebangsaan dengan berbagai cara. Jambore menjadi ajang temu segenap komponen bangsa, baik mahasiswa, kelompok lintas agama, LSM, dan banyak unsur lainnya. Kebinekaan yang mengacu persatuan kesatuan menjadi kajian utama.

Ternyata pemilihan Manokwari sebagai tempat kegiatan mempunyai maksud khusus, terutama karena Papua Barat merupakan provinsi termuda di Indonesia. Di lokasi itu pula terjadi pengenalan budaya karena peserta dari 33 provinsi ambil bagian.

Melihat fakta yang ada, ternyata peserta menyadari arti penting pertemuan itu. Ada rasa rindu, ada rasa ingin tahu, dan ada rasa ingin belajar satu sama lain. Ternyata itu memang menjadi tujuan kegiatan tersebut, seperti yang pernah diungkapkan oleh Dirjen Kesbangpol Depdagri H Sudarsono.

Saling pengertian menjadi barang yang mahal saat ini. Ironisnya, bangsa ini sedang menghadapi banyak masalah, bahkan sudah muncul seperti gunung es. Jika persoalan itu dibiarkan, bangsa ini akan makin tenggelam.

Ada banyak manfaat dari kegiatan nasional tersebut. Pertama, dapat kita rasakan adanya pengenalan kepada Tanah Air. Dengan mengenal atau mengetahui bagian-bagian dari Tanah Air, kelak akan menimbulkan rasa cinta, rasa sayang, dan berbagai macam rasa lainnya. Kedua, sebagaimana dikemukakan di atas, dari kenal kemudian timbul cinta dan kasih sayang. Dengan kasih sayang ini kita nantinya akan rela dan bersedia berkorban untuk bangsa dan negara.

Ketiga, dari rasa cinta, sayang kemudian muncul sikap pengorbanan. Pengorbanan kita perlukan untuk memperbaiki nasib bangsa ini.

Keempat, pengorbanan itu sendiri. Pengorbanan tersebut jangan diartikan secara sempit, tetapi harus diartikan secara luas. Misalnya, kita rela berkorban untuk mendahulukan kepentingan orang lain daripada kita sendiri, kelompok ataupun golongan. Sikap pengorbanan akan mendorong kita kepada kemajemukan. Kita sadar bahwa bangsa ini terdiri dari berbagai macam ras, etnis, agama, suku, bahasa, dan lain-lainnya. Karena itu, tanpa adanya rela berkorban kita sulit menerima kemajemukan.

Kelima, adanya upaya mempertahankan yang kita cintai. Kalau itu tidak kita pertahankan, pasti akan direbut pihak lain. Dalam konteks mempertahankan yang kita cintai inilah maka muncul pemahaman “bela negara”.

Sekarang memang perjuangan dan mempertahankan negara tidak lagi diartikan sebagai perjuangan fisik atau bersenjata. Namun, yang kita lakukan adalah perjuangan ideologi, isme, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Keenam adalah perjuangan. Meskipun kita telah merdeka, perjuangan belum selesai. Perjuangan masih panjang, yakni perjuangan dan kejuangan dalam memberantas segala macam ketertinggalan, kesenjangan yang dapat kita lakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Untuk meningkatkan SDM dapat kita lakukan dengan meningkatkan mutu pendidikan, belajar mengajar, dan sebagainya.

Mereka mungkin tidak akan pernah tahu kekurangan masing-masing manakala tidak pernah melakukan pertemuan semacam itu. Kita mungkin juga tidak mungkin pernah paham apa yang diinginkan oleh saudara-saudara kita yang jauh ada Timur, Barat, Tengah, dan lain-lain.

Jambore Kebangsaan membuka mata kita bahwa Indonesia tidak hanya Jawa, Madura, dan Bali atau Sumatra. Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Indonesia adalah Jawa, Batak, Minangkabau, Bali, Sunda, Manado, Bugis, Makassar, Ambon, Papua, dan masih banyak daerah lainnya.

Potensi dari keberagaman itu terungkap. Namun, persoalan dan pertanyaannya adalah mengapa kita yang kaya raya ini sampai terperosok menjadi negara miskin dari sebelumnya sebagai negara berkembang? Mengapa kita yang memiliki daratan dan lautan yang luas harus terseok-seok dalam menghadapi persaingan global dunia?

Jawabannya, acara semacam itu mesti harus sering diadakan. Melalui acara tersebut, kita dapat saling mengisi kekurangan, sekaligus mengetahui apa yang mesti kita butuhkan. Jamboree tersebut bagian dari perjuangan.

Perjuangan sangat mahal nilainya. Perjuangan bagi semua anak bangsa sangat mahal. Perjuangan memerlukan banyak sekali pengorbanan. Misalnya, pengorbanan untuk tidak mau menang sendiri karena jumlah yang lebih besar. Sikap toleransi dan bergotong-royong adalah bagian dari pengorbanan itu sendiri.

Usulan mengambil tempat yang berbeda dengan kegiatan yang sama itu patut mendapat perhatian. Bisa saja mungkin acara mendatang digelar di Sabang atau daerah di luar Jawa lainnya.

Pemilihan tempat secara bergilir juga memiliki makna dan nilai strategis.
Dengan begitu konsep untuk berkorban demi kepentingan yang lebih banyak atau lebih besar sudah tertanamkan lebih awal. Selain itu, pemilihan tempat secara bergilir untuk mendorong kita lebih mengenal tanah tumpah darah ini.

Yang lebih penting untuk mengokohkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Jambore Kebangsaan secara tidak langsung telah menorehkan citra yang baik kepada para peserta. Citra ini tentu diharapkan mampu mengubah pandangan negatif selama ini. Misalnya, mereka yang belum pernah datang ke tanah Papua, mungkin sebelumnya berpikir tanah tersebut sangat sangar, sangat menakutkan, atau sederet pernyataan serupa lainnya.

Ternyata setelah mereka datang ke tanah Papua dan menyaksikan sendiri, bukan berdasarkan isu, rumor, atau cerita miring lainnya dari tangan kedua ataupun ketiga. Semua citra buruk itu segera sirna digantikan oleh kekaguman, betapa cantiknya Indonesia. Betapa eloknya tumpah darah kita.

Karena cantik dan elok, maka sebaiknya jangan kita kotori dengan segala macam hal buruk. Harapan semacam itu antara lain yang mencuat dari para peserta dan tokoh masyarakat.

Banyak nilai positif yang luar biasa dari penyelenggaraan tersebut. Beragam dialog mampu memperkaya pandangan mereka.

Dialog yang terjadi secara spioradis maupun dalam ajang dialog resmi sebenarnya sebuah solusi untuk mengatasi persoalan bangsa. Apa yang muncul dari benak para peserta adalah wujud pemikiran orsinal bagi kelanjutan kehidupan berbangsa dan bertanah air di republik ini.

Tidak ada komentar: