Selasa, 26 Agustus 2008

Dilema Sholat Jum'at di Milan

Dilema Sholat Jum'at di Milan

20080825140341
Para Muslim di Milan mengeluh, menemukan tempat untuk menyelenggarakan ibadah Sholat Jum'at bukanlah pekerjaan mudah.Muslim di Utara Italia itu hanya memiliki waktu satu bulan untuk menemukan tempat baru sebagai ganti Masjid Milan untuk Ibadah rutin hari Jum'at itu. Alasannya warga kota--setelah dipicu oleh salah satu partai sayap kanan, koalisi pemerintah, Lega Nord--protes karena saat ibadah, jama'ah meluber hingga ke trotoar dan jalan umum.

"Kita diijinkan untuk menggunakan stadion olahraga hingga akhir September, "ujar Ahmed, warga kota Milan dan aktivis Muslim seperti yang dilansir oleh IslamOnline.net. "Setelah itu, kita harus segera menemukan tempat lain," ungkapnya

Dilema tersebut sebenarnya telah muncul lebih dari sebulan lalu, ketika pemerintah kota menyuruh Pusat Kebudayaan Islam, dengan masjid (dulunya berupa garasi) yang biasa mengakomodasi 4.000 Muslim setiap Sholat Jum'at selama 20 tahun, untuk pindah ke luar kota. Keputusan tersebut muncul setelah warga Milan lain memprotes akibat jalan yang macet dan gangguan lalu lintas ketika jamaah menggunakan jalan umum.

Sejak saat itu, para Muslim diijinkan untuk menggunakan stadion olahraga di Milan. Namun seperti halnya penyewa stadion lain, untuk ibadah ini, mereka harus membayar sejumlah €5,000 perminggu, 4.000 euro ditanggung pemerintah kota dan sisanya oleh para Muslim. Pemerintah kota mengatakan jika stadion dapat dipakai hanya 4 kali seminggu dan setiap orang akan diminta bayaran setiap kali masuk. Kabar buruknya tempat tersebut pun hanya dapat digunakan hingga akhir September..
.
Kota Milan sepertinya telah terpengaruh oleh tekanan berlebihan dari golongan sayap kanan," ujar Ali Abu Shwaima, kepala Pusat Islam Milan.

Beberapa tekanan tersebut muncul seperti protes penduduk di kota Genoa pada akhir bulan lalu karena Muslim berencana mendirikan Masjid di kota. Menurut klaim para pemrotes, rencana itu bersifat ofensif karena letak masjid berdekatang dengan gereja. Sebagain besar warga di Kota Colle di Val d'Elsa, juga melihat rencana pendirian masjid sebagai simbol ''okupansi''

Lega Nord atau Liga utara, partai sayap kanan yang memiliki empat menteri dalam pemerintah Italia saat ini, termasuk Menteri Dalam Negeri, memang dikenal antipati dan anti-kompromi terhadap kaum Muslim. Mereka sendiri berencana untuk meluncurkan undang-undang baru yang membatasi bangunan masjid. Berada di bawah undang-undang tersebut, pendirian menara masjid bakal dilarang dan masjid boleh dibangun bila berjarak sedikitnya satu kilometer dari gereja terdekat.

Berdasar sensus tidak resmi, Italia saat ini memiliki populasi Muslim sekitar 1,2 juta, termasuk 200 ribu yang penduduk asli yang berpindah agama.Islam ialah agama terakhir dengan keyakinan monoteisme yang masuk di koridor kekuasaan Roma. Tidak seperti, Yahudi, Budha, dan beberapa aliran Kristen lain, Islam belum diakui secara resmi oleh negara.mr-republika

Tidak ada komentar: