"Saya pernah mendengar seorang ulama berkata bahwa merdeka itu berarti beribadah. Apakah maksud beliau, Tuan? Apa kaitannya merdeka dengan ibadah? Saya rasanya akan lebih mudah mengerti bila beliau berkata bahwa merdeka berarti bebas dari kewajiban iba-dah," kata seorang murid dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Mendengar pertanyaan muridnya itu Abu Qubaisy tersenyum. Tapi murid yang bertanya, demikian juga dengan murid-murid yang lain, tampak menjadi keheran-heranan melihat mahaguru yang mereka kagumi dan hormati itu tersenyum.
"Kalian jangan lupa, dalam salah satu firman-Nya yang sering dikutip orang, Allah Swt menyatakan bahwa Dia tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Dengan demikian orang yang merdeka akan bebas beribadah kepada Allah Swt. Tidak ada yang bisa menghalanginya. Kukira itu yang dimaksud oleh ulama yang kata-katanya didengar temanmu itu," jelas Abu Qubaisy yang serta merta menghapus tanda tanya dari hati para muridnya.
"Betapa bodoh saya rupanya. Selama ini saya mengira orang-orang yang bebas dan merdeka itu adalah mereka yang tidak salat, tidak puasa, dan boleh berbuat semaunya sesuai dengan kata hatinya," komentar seorang murid yang direspons beberapa temannya dengan anggukan kepala.
"Ya. Kelihatannya orang-orang yang seperti kaugambarkan itu adalah orang yang bebas dan merdeka. Bisa berbuat sekehendaknya. Tapi sebenarnya bukan. Mereka bukan berbuat sesuai dengan kata hati nuraninya, tapi kata hawa nafsunya. Karena nurani adalah hati yang terang, hati yang ada Allah di dalamnya. Nurani itu berasal dari kata nur yang berarti cahaya. Dan cahaya dari segala cahaya adalah Allah," kata Abu Qubaisy membuat muridnya mengangguk-angguk.*mr-rubrikasi.h.terbit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar