Senin, 18 Agustus 2008

Desa Wisata, Asyik dan Mendidik Sudah Sabtu lagi. Mau liburan ke Mana?

Desa Wisata, Asyik dan Mendidik Sudah Sabtu lagi. Mau liburan ke Mana?

20080728135526

NETIZEN--Akhir pekan, bisa dipastikan menjadi saat yang disukai untuk bermain dan melepaskan diri dari rutinitas. Anak-anak apalagi, tak mau hanya menghabiskan waktu libur seharian di rumah. Lalu kemana?

Kami termasuk yang tidak suka jalan-jalan di mall atau pertokoan. Jika tak ada agenda membeli suatu keperluan, buat apa ke sana? Window shopping sering membuat kita lapar mata, membeli barang yang sebenarnya tidak benar-benar diperlukan. Bukan refreshing jadinya, tapi malahan menguras dompet.

Ada sebagian keluarga yang menginginkan tempat bersantai sekaligus mendidik bagi putra-putri mereka. Di mana? Di Jogja, ada kawasan wisata yang dinamakan Taman Pintar. Ini sebuah taman bermain edukatif yang sengaja dibuat sebagai salah satu tujuan wisata, terutama bagi anak-anak dan keluarga. Sayangnya, tempat ini sering tampak sangat penuh dan terasa kurang nyaman. Hal ini tampak jika hari libur tiba. Posisinya yang di dekat pasar besar membuat pengunjung dari berbagai kota bertemu di area yang cukup sempit.

Jika anda ingin tempat main keluarga yang mendidik, sekaligus menyegarkan fisik dan tidak membebani kantong, ada banyak tempat wisata alam di sekitar Jogja. Selain Kaliurang yang sudah lama pupuler, kini berkembang pula "Desa Wisata".

Seperti namanya, kawasan wisata ini berupa area pedesaan yang memiliki kekhasan tertentu. Ada yang punya pemandangan indah, kebun buah dan sebagainya. Desa wisata adalah alternatif tempat berlibur yang sehat, mendidik, sekaligus murah meriah. Insyaallah pulang dari sana kita jadi segar dan happy , tetapi tidak menguras kantong.

Salah satu desa wisata di Jogja adalah desa wisata Sambi. Tepatnya desa wisata Ledok Sambi. Ledok, artinya tempat yang lebih rendah. Memang untuk mencapai arena wisata ini kita perlu berjalan menyusuri jalan menurun, dari perkampungan hingga mencapai tepian Kali Kuning yang mengalir ramah. Area wisata ini terletak di dusun Sambi, Kecamatan Pakem, antara Yogyakarta dan Kaliurang.

Untuk mencapainya juga sangat mudah. Cukup menyusuri jalan Kaliurang dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum jalur Jogja-Kaliurang, sampai di kilometer 19,5. Di sana ada papan petunjuk untuk belok ke kanan kira-kira 100 m, sampai di dusun Sambi.

Masuk dusun itu, kita langsung bertemu dengan suasana desa khas Jogja: rumah-rumah berhalaman luas, pohon-pohon rindang, dengan aktivitas penduduk dan properti khas desa seperti gardu ronda dan kentongannya.

Tersedia lahan parkir di kebon kosong di bawah pepohonan, serasa parkir di halaman rumah nenek. Dari tempat parkir, kita bisa masuk melalui gerbang sederhana yang terbuat dari bambu. Berjalan masuk ke area wisata, kita akan dipandu pagar bambu yang diikat dengan ijuk. Setelahnya, tersedia anak tangga batu. Tak terlalu curam dan cukup aman untuk anak-anak. Tentu sebaiknya dengan pengawasan orang tua. Di gerbang tangga menurun itu terdapat tulisan, Rp. 3000/ Orang. Wah, murah nih..!.

Turun dari tangga, kita disambut oleh kolam ikan. Saat ini kolam sedang tidak penuh. Di kejauhan tampak bentangan rerumputan dan hutan desa dengan pohon-pohon sengon, nangka, lamtoro dan kelapa. Suara cicit burung menguatkan kesan alam yang asri.

Menyusuri jalan setapak di antara kolam, kita akan bertemu dengan kelokan sungai berbatu. Sungai ini merupakan anak kali Kuning yang tidak terlalu lebar, hanya sekitar 2-3 m lebarnya. Inilah uniknya, dengan permukaan air setinggi telapak kaki hingga lutut, akan menampakkan batu-batu kecil yang bisa diinjak. Melihat sungai kecil ini, putri kami langsung berteriak, " Hore… main air…….!

Desa wisata ini dikelola secara profesional. Pengelolaannya berangkat dari kegiatan para pencinta alam dan instruktur outbond. Menurut penjelasan Pak Didik, salah seorang pengelola yang sedang berjaga, pada dasarnya, Ledok Sambi memang didesain sebagai training centre yang melibatkan aktivitas fisik dan dinamika kelompok. Sebagai contoh, achievement motivation training bagi para mahasiswa, pelajar hingga para karyawan.

Di sini disediakan sejumlah paket layanan, yang didesain sesuai kebutuhan pengunjung. Untuk paket layanan ini ditetapkan sejumlah biaya (tabel). Ini merupakah konsekuensi dari layanan yang melibatkan tempat aktivitas, perlengkapan maupun jasa fasilitator. Outbond misalnya, memerlukan sejumlah peralatan games dan tenaga instruktur.

Secara garis besar, untuk mengikuti sebuah paket / outbond rata-rata setiap peserta dibebani biaya antara 50-90 ribu. Biaya ini dapat menjadi lebih ringan kala rombongan peserta cukup besar, seperti siswa satu sekolah. Tentu saja, harus lebih banyak antri dan berbagi.

Kegiatan yang ditawarkan beraneka ragam, tergantung paket yang dipilih. Paket ini disesuaikan dengan usia peserta dan tujuan kegiatannya. Beberapa permainan disediakan di sana, seperti flying fox, panjat tebing, tangkap ikan, berdayung di kolam, dan aneka games kelompok seperti Tom & Jerry. Ada pula permainan tradisional seperti egrang, gobag sodor, jamuran dan engklek. Salah satu paket yang ditawarkan termasuk acara menanam/memotong padi dan memerah susu sapi.

Mau yang "murmer" alias murah meriah, ya tiga ribu itu. Namanya Suasana Senang Santai dan Sehat di Sambi atau dikenal sebagai 5S. Ini cocok untuk mereka yang tidak mau dilayani dan ingin bebas bermain. Ada pinjaman tikar gratis pula. Syaratnya memang harus mandiri dan kreatif, serta membawa bekal sendiri, seperti makanan, minuman atau alat permainan. Di lokasi ini memang disengaja tidak ada warung. Jadi jika ingin makan, bisa masak dengan paket bahan dan alat dari pengelola (untuk peserta paket), atau membawa bekal sendiri (untuk pengunjung bebas).

Pengunjung 5S memang harus membuat agenda sendiri; bisa ‘rujakan’ sekelompok sambil melingkar di rerumputan di tepi kali, membuat games kelompok atau ngobrol-ngobrol sambil makan. Anggap saja makan di luar dalam arti yang sebenarnya.

Ya, makan ‘di luar’ rumah, berlantai rumput hijau dan beratap langit. Suasana seperti ini sangat mengasyikkan untuk seluruh keluarga. Anak-anak bisa berlarian atau berguling-guling bebas sepuasnya. Sambil berlibur, bercengkerama dengan keluarga, anak kita bisa sekaligus praktikum Biologi.

Bayangkan saja...!. Di sana ada komunitas rerumputan, hutan desa, kolam dan sungai. Ada ikan-ikan kecil, tanaman sayur, serta beberapa hewan yang sengaja dipelihara untuk belajar. Anak-anak pasti suka melihat angsa, bebek, kambing, atau sapi.

Jika datang sendirian, suasana desa ini bisa menjadi sarana melepas kebosanan dari kerumunan banyak orang. Seorang bisa juga sekedar ingin duduk merenung di bawah pohon, atau napak tilas Isaac Newton waktu menemukan teori gravitasi. Ekstrimnya, ingin numpang tidur di bawah pohon dibelai angin, silakan saja.

Singkat kata, desa wisata cukup layak menjadi arena bermain yang mendidik, menyalurkan stimulus untuk melatih motorik kasar maupun halus bagi anak, dan melatih kecakapan sosial dengan permainan kelompok. Sejumlah ketrampilan seperti memasak juga bisa disalurkan di sini. Bagi keluarga, tentu bisa menjadi sarana menguatkan keakraban.

Memang tak ada tempat yang sempurna yang bisa memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Jika ada anggota keluarga yang difabel, seperti menggunakan kursi roda, tampaknya sulit untuk bisa bermain di sini.mr-republika

Tidak ada komentar: