Jumat, 10 Oktober 2008

DEBUS EKSOTISME DAN NILAI RELIGIUS

DEBUS EKSOTISME DAN NILAI RELIGIUS

Debus merupakan kesenian yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Kesenian ini berasal dari Banten, salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Sebagian orang berpendapat orang Banten adalah orang Sunda karena kebudayaan yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Banten pada umumnya sama dengan orang Sunda.

Dalam kebahasaan, misalnya, orang Banten menggunakan bahasa yang mereka sebut sebagai Sunda-Banten yaitu bahasa yang menunjukkan beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan bahasa Sunda yang lain, terutama dalam intonasinya. Lepas dari masalah kesamaan dan perbedaan kebudayaan yang ditumbuhkembangkan oleh orang Sunda dan orang Banten, yang jelas Banten adalah sebuah suku bangsa yang ada di Provinsi Banten (Melalatoa, 1995).

Pada awalnya kesenian itu berfungsi menyebarkan ajaran Islam. Namun, pada masa penjajahan Belanda dan saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, seni itu digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat Banten untuk melawan Belanda. Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, kesenian ini hanya berfungsi sebagai sarana hiburan semata.

Nilai eksotisme dan religius Permainan debus biasanya dilakukan di halaman rumah saat diadakannya berbagai acara yang melibatkan banyak orang. Peralatan yang digunakan dalam permainan debus adalah debus dengan gadanya, golok dan pisau yang digunakan untuk mengiris tubuh pemain, bola lampu yang akan dikunyah atau dimakan (sama seperti permainan kuda lumping di Jawa Tengah dan Timur), panci yang digunakan untuk menggoreng telur di atas kepala pemain, buah kelapa, dan minyak tanah. Sementara itu, alat musik pengiringnya seperti gendang besar dan kecil, rebana, seruling, dan kecrek. Alat musik dalam permainan ini sebagai pengiring dalam sebuah permainan yang berlangsung sehingga pertunjukan kelihatan meriah.

Tidak ada komentar: