Selasa, 21 Oktober 2008

FENOMENA WARGA BANTUL

FENOMENA WARGA BANTUL

Layaknya di zaman koloni, Sejak dahulu Bantul dikenal sebagai kota pinggiran DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), perkembangan tata kotanyapun sangat lamban dan perekonomiannyapun kurang mendukung. Tetapi ada ciri khas tersendiri bagi masyarakatnya yang mengenal budaya koloni, yaitu bertahannya pengguna sepeda ontel.

Sejarah pelaju dari Bantul diperkirakan bermula dari tahun 1970-an, ketika kebijakan pembangunan dan penciptaan lapangan kerja mulai memusat di kota- kota besar saja, sedangkan daerah-daerah pinggiran tertinggalkan. Saat itulah orang-orang di desa-desa mulai menyerbu kota untuk bekerja. Untuk menempuh jarak puluhan kilometer dari rumah ke tempat kerja, mereka memilih sepeda kayuh sebagai alat transportasi karena dianggap efektif dan murah. Hingga kini sejarah para pelaju itu tetap berlanjut meski jumlah pelaju terus menyusut.

Bagi masyarakat Yogyakarta, rombongan orang-orang bersepeda dari Bantul itu adalah cerita lama yang demikian akrab. Sebab, setiap hari sejak puluhan tahun lalu mereka selalu memberikan nuansa unik pada jalur-jalur utama yang menghubungkan Bantul dengan Kota Yogyakarta, seperti Jalan Raya Bantul, Jalan Parangtritis, Jalan Imogiri Barat, dan Jalan Imogiri Timur.

Penampilan mereka begitu khas. Dengan pakaian kerja kelas bawah yang bersahaja, para pelaju itu bersepeda sambil membawa cangkul, peralatan pertukangan, atau menggendong buntalan kain di punggungnya. Ada juga perempuan-perempuan yang bersepeda sambil mengangkut dua keranjang bambu di boncengan belakangnya.

Tidak ada komentar: