Senin, 27 Oktober 2008

Ginseng Merah dalam Samgethang

Ginseng Merah dalam Samgethang

The Premium Samgethang, sup ayam spesial ginseng merah


Bukan rahasia lagi ginseng mengandung banyak manfaat bagi kesehatan. Sejak sejak ribuan tahun yang lalu telah dikenal sebagai raja obat. Selain meningkatkan stamina, ginseng juga bisa memperbaiki kondisi mental dan gangguan kejiwaan. Negara penghasil ginseng yang terkenal adalah Korea dan China.

Dalam kesehariannya, penduduk Korea lazim mengkonsumsi ginseng yang dicampur dalam aneka makanan yang lezat. Samgethang, sup dengan bahan dasar ginseng merupakan masakan favorit di Korea.

Siang itu, saya mencicipi Samgethang di Ginseng Garden, restoran yang menyajikan menu tradisional Korea di Plasa Fx, Jakarta. Ada dua macam ginseng yang bisa dipilih, ginseng merah atau ginseng putih. Ginseng merah yang berusia delapan tahun menjadi pilihan saya, karena khasiatnya lebih manjur meski dengan konsekuensi harga dua kali lipat dari harga sup dengan ginseng biasa (putih) yang berusia empat tahun.

"Ginseng kami khusus didatangkan dari Korea karena yang dibutuhkan adalah ginseng segar, bukan yang kering. Susah menemukannya di Jakarta," kata Manajer Restoran, Christina Dwi.

Selain sup, saya memesan Jeon alias martabak Korea, penganan kecil yang bikin penasaran. Tapi itu belum cukup. Bulgogi Dolsotbibimbap, nasi campur khas Korea wajib dicoba. Untuk minuman, pilihan jatuh pada Sikhye (beras ketan) dan Yujacha (sejenis jeruk).

Samgethang disajikan panas-panas lengkap dengan seekor ayam utuh di dalamnya. Wow, porsi yang sangat besar untuk kapasitas perut saya. Awalnya, saya mengira sup ayam dengan ginseng merah disajikan sama dengan sup pada umumnya, potongan-potongan ayam.

Dwi menjelaskan, ayam dikeluarkan dulu isi jeroannya, digantikan dengan beras ketan, angco (semacam kurma), bawang putih dan ginseng merah, kemudian direbus hingga tiga jam agar bumbu meresap dan ayam menjadi empuk. Untuk kuahnya, diambil dari kaldu yang berasal dari campuran tulang punggung ayam, ceker, bawang putih dan merica hitam.

"Sup disajikan tawar. Kami menyediakan garam dan merica. Jadi masing-masing orang bisa mencampurnya sesuai dengan selera. Disini semua makanan tanpa MSG, jadi sehat" terangnya.

Hmmm...rasa supnya benar-benar spesial. Dengan bumbu sederhana, sup tetap segar dan ayamnya benar-benar lembut dan gurih dengan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging. Sementara itu Bulgogi Dolsotbibimbap terdiri dari taoge, lobak, cukini (timun Korea), potongan daging sapi, telur setengah matang yang disusun diatas nasi putih lalu dicampur dengan Gochujang (saus pedas) dan minyak wijen.

Sebelum menyantap, semua itu diaduk menjadi satu hingga nasi berwarna kemerahan bercampur saus dan telur setengah matang. Perpaduan unik itu menghasilkan rasa yang menarik. Pedas, manis dan gurih. Nasi campur Korea ini disajikan dengan kimchi (asinan sawi pedas), acar dan sup bumbu taucho.

Berbeda dengan martabak yang sering kita temui di pinggir jalan, Jeon alias martabak Korea adalah aneka goreng-gorengan yang disajikan dalam bersama dalam satu wadah. Ada bakwan udang dan sayur, kimchi goreng, bakwan jagung dan ikan goreng tepung.

Kenikan lain saya temui di Yujacha. Minuman tradisional Korea ini mirip dengan jeruk nipis, tetapi tidak terlau kecut dan meninggalkan after taste yang agak-agak langu, tetapi tetap segar. Sedangkan Sikhye, rasanya mirip dengan es tape ketan hijau tetapi lebih manis.

Ternyata, ada beberapa makanan Korea yang mirip dengan makanan Indonesia...

Tidak ada komentar: