Minggu, 26 Oktober 2008

Orientasi Hidup

Orientasi Hidup

Oleh: M Bambang Edi Susyanto

Seorang modern selalu berpandangan ke depan. Nasihat yang menarik untuk topik kali ini adalah, ''Mulailah dari yang akhir!'' Nasihat ini mengingatkan kita semua agar kita selalu memikirkan tujuan jangka panjang sebelum memulai langkah-langkah kecil kita.

Dalam bahasa manajemen, visi dan tujuan suatu organisasi atau pribadi harus dicanangkan sebelum program kerja jangka pendek ditetapkan. Islam menuntun kita untuk mampu menunda keinginan. Ramadhan, misalnya, menyiratkan kita untuk memupuk dan memanen masa depan, tak hanya menikmati hari ini.Visi dibentuk melalui aktivitas visioning, bagaimana seseorang melihat lingkungannya, menatap masa depannya, dan menerjemahkan filosofi hidupnya menjadi orientasi dan cita-cita hidupnya.

Bagaimana visi seorang Muslim atau visi kolektif umat Islam? Dalam Alquran, disebutkan idealitas hidup berupa dua macam keunggulan (Ihasanatain), yakni hasanah fid-dun-ya dan hasanah fil-akhiroh. Dua keunggulan tersebut didudukkan dalam formula yang unik bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia (walal akhirotu khoirul laka minal ula) dan juga lebih kekal (wal akhirotu khoiruw wa abqo. Namun, manusia tidak boleh melupakan dunia (wa laa tansa nashibaka minaddun-ya). Orientasi ini sangat jelas sehingga seorang Muslim akan menggenggam dunia di tangannya, bukan di hatinya, karena hatinya penuh dengan akhirat. Dengan demikian, kekayaan bagi seorang Muslim adalah alat ibadah, sebagaimana mukena atau sajadah yang biasanya direpresentasikan sebagai alat ibadah.

Dengan hartanya, Nabi dan sahabatnya menebus dan membebaskan budak, membebaskan saudaranya dari ekonomi, menyembelih korban, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji. Demikian pula generasi sesudahnya.Secara kolektif, visi umat dapat dirumuskan dari ungkapan menjadi khoiru ummah, umat terbaik. Tiap pribadi Muslim seharusnya maju dan mandiri di semua bidang. Unggul secara ekonomi dan kebudayaan. Sehat secara jasmani dan rohani.

Seorang Muslim, karena tidak pernah berpikir jangka pendek, langkahnya jauh ke depan dengan berpijak pada masa kininya serta belajar dari pengalaman masa lalunya. Nabi Muhammad SAW mengajak umatnya untuk selalu memperbaiki kualitas dengan ungkapannya yang terkenal, ''Merugilah orang yang keadaan hari ini sama dengan kemarin dan celaka bagi mereka yang hari ini lebih jelek daripada kemarin.'' Ini sesungguhnya konsep continous improvement dalam ilmu manajemen.Ajaran Islam menuntun umatnya menjadi seorang yang futuristik dan dinamis. Umat harus bekerja keras, tapi juga cerdas untuk mengkreasikan masa depan. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar: