Kamis, 23 Oktober 2008

Selamat Datang Tamu Allah


Selamat Datang Tamu Allah

Musim dingin di Saudi Arabia, menjadi tantangan bagi jamaah haji Indonesia yang hidup di daerah tropis.


Pelaksanaan Ibadah Haji 2008 Masehi atau 1429 Hijriah, boleh jadi adalah sebuah barometer. Pelaksanaan ibadah Haji akan menjadi semacam tolok ukur sampai sejauhmana realisasi reformasi pelaksanaan ibadah haji yang digulirkan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni.

Sejak menjabat sebagai Menteri Agama Oktober 2004 lalu, Basyuni menggulirkan serangkaian perubahan dalam penyelenggaraan haji, serta membangun suatu sistem yang transparan, adil dan berkualitas. Basyuni seperti ingin menghilangkan ‘kerikil dalam sepatu’ pada penyelenggaraan ibadah haji sekaligus membangun sebuah citra baru bagi departemen yang dipimpinnya. Ujung dari perubahan yang digulirkan adalah meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan kepada jamaah haji. Departemen Agama sebagai penyelenggara mampu memberikan pelayanan yang optimal dan profesional kepada para Tamu Allah dari Indonesia.

Profesionalisme, barangkali ini sebuah catatan kaki dalam ranah birokrasi kita. Pasalnya, birokrat yang memiliki tugas melayani masyarakat dalam praktik justru minta dilayani. Birokrat yang seharusnya lebih tahu dari masyarakat yang dilayani, seringkali justru dipandu orang yang dilayani saat akan memberikan
pelayanan.

Dalam konteks pelayanan kepada jamaah haji, setidaknya ada tiga tugas utama pemerintah yakni menyediakan transportasi, akomodasi, serta menjaga kesehatan jamaah haji. Pemerintah memiliki pengalaman yang panjang dalam menangani ibadah haji. Karena itulah, secara teoritik tiga tugas utama tadi bisa dilaksanakan
dengan baik.

Di luar tiga tugas utama tadi, satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah fungsi komunikasi, informasi dan edukasi. Departemen Agama sebagai penyelenggara ibadah haji harus lebih proaktif dalam melakukan fungsi komunikasi, informasi maupun edukasi kepada jamaah haji. Mengingat beragamnya latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya jamaah haji, dan tidak semua jamaah haji tergabung dalam kelompok bimbingan ibadah haji. Menjadi tugas Departemen Agama menjadi pemandu, sekaligus pembimbing, jamaah haji yang tidak atau belum memiliki pemahaman memadai mengenai Saudi Arabia dari berbagai aspek. Sementara jamaah haji yang telah bergabung dalam kelompok bimbingan ibadah haji, biarkanlah menjadi tugas kelompok bersangkutan untuk memberikan panduan dan bimbi ngan.

Satu masalah mendasar yang harus dipahami jamaah haji adalah cuaca. Musim dingin di Saudi Arabia, menjadi tantangan tersendiri bagi jamaah haji Indonesia yang hidup di daerah tropis. Praktis, jamaah harus melakukan penyesuaian diri sejak awal kedatangan di Tanah Suci. Oleh karenanya, edukasi mengenai cuaca di Saudi Arabia—selama musim haji—, harus intens dilakukan terhadap calon jamaah haji.

Setidaknya, calon jamaah haji harus mendapatkan informasi yang cukup bagaimana mensikapi cuaca. Edukasi tak sekadar memberikan informasi mengenai pakaian apa yang dikenakan di musim dingin. Lebih dari sekadar pakaian, perlu informasi yang lebih luas kepada jamaah bagaimana mensikapi musim dingin. Harapannya, jamaah sehat dan mampu melaksanakan seluruh rukun haji dengan baik. Kebugaran tubuh akan menjadi kata kunci bagi jamaah, apakah mampu melaksanakan Rukun Haji dengan baik dan benar.

Musim haji tahun ini, pemondokan jamaah haji di Makkah relatif jauh dibandingkan dengan pemondokan tahun sebelumnya. Jarak, tentu saja akan menimbulkan persoalan baru yang tidak bisa diselesaikan begitu saja dengan menyediakan bus dalam jumlah memadai. Bagaimana mengatur pergerakan jamaah—dari pemondokan ke Masjidil Haram dan sebaliknya—, butuh perhatian tersendiri. Bagaimana mengedukasi jamaah, agar mereka mengikuti aturan main yang ada, tentu saja membutuhkan seni tersendiri.

Kecenderungan jamaah haji membawa uang cash dalam jumlah besar, masih mewarnai penyelengaraan ibadah haji. Membawa uang cash dalam jumlah besar, sangat berisiko. Bagaimana mengubah kebiasaan ini, agar jamaah mau me manfaatkan layanan perbankan di Saudi Arabia, lagi-lagi membutuhkan satu edukasi.

Tidak ada komentar: