Senin, 13 Oktober 2008

Gerakan Pan Islamisme

Gerakan Pan Islamisme

By Alwi Shahab

Masih dalam suasana Idul Fitri saya akan mengangkat sejarah pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Penulis Barat, Karel A Steenbrink, mengindentifikasi empat faktor penting yang mendorong gerakan perubahan Islam di Indonesia pada permulaan abad ke-20. Pertama, faktor keinginan untuk kembali kepada Alquran dan Hadist. Kedua faktor semangat nasionalisme dalam melawan penjajah. Ketiga, faktor memperkuat basis gerakan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Keempat,faktor pembaharuan pendidikan Islam.

Dari sudut pandang ide secara umum gerakan pembaharuan di Indonesia dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran dan usaha tokoh-tokoh pembaharu Timur Tengah pada akhir abad ke-19, khususnya Sayid Jamaluddin Al-Afghani dan Sheikh Muhammad Abduh.Kedua tokoh tersebut menyentakkan umat Islam bahwa kemunduran Islam, karena umatnya telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Pemikiran dan usaha mereka bertumpu pada keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sangat mendorong penggunaan akal sehingga keharusan ijtihad tidak pernah tertutup. Meskipun sikap politik mereka secara tegas menunjukkan anti Barat karena praktek penjajahan terhadap negara-negara Islam,Jamaluddin dan Mohammad Abduh memberi dukungan kepada umat Islam untuk mempelajari pengetahuan yang lebih luas sebagaimana telah dilakukan lebih dulu oleh sebagian besar negara Barat. Dalam kaitan itulah, mereka menyerukan penataan sistem kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan pendidikan.

Gerakan Jamaluddin Al-Afghani dengan Pan Islamismenya mempunyai dua tujuan utama,yaitu membangun dunia Islam di bawah satu pemerintahan dan mengusir penjajahan dunia Barat atas dunia Islam (Masyhur Amin, Sejarah Peradaban Islam). Al-Afghani melihat di antara sebab kemunduran Islam adalah lemahnya persaudaraan antara sesama umat Islam. Karena itu harus dibangun solidaritas umat Islam sedunia (Pan Islamisme) sehingga umat Islam berada dalam
pemerintahan yang demokratis. Dengan cara demikian umat Islam akan memperoleh kemerdekaannya kembali dari penjajah Barat.Tentang dunia Nasrani, Al-Afghani berpendapat sekalipun mereka berlainan keturunan dan kebangsaan, namun mereka bersatu dalam menghadapi dunia Islam. Mereka sengaja meng halang-halangi kebangkitan umat Islam. Apa yang dika takan nasionalisme dan patriotisme serta cinta tanah air bagi Barat, untuk dunia Islam mereka katakan sebagai
fanatisme, ekstremisme dan chauvinisme.Oleh sebab itu, seru Al-Afghani, Tidak ada jalan lain bagi umat Islam, kecuali bersatu melawan penjajah Barat tersebut.

Seperti juga Jamaluddin, murid dan kawan seperjuangannya, Shaikh Mohamamd Abduh berpendapat bahwa Islam adalah ibadah dan muamalah. Dalam soal ibadah tidak perlu dilakukan ijtihad. Tetapi dalam soal muamalah diperlukan interpretasi baru sesuai dengan perubahaan zaman.Ilmu pengetahuan modern (Barat) berdasarkan sunnatullah (hukum alam), karenanya tidak bertentangan dengan Islam. Untuk itu, umat Islam harus merombak sistem pendidikan, baik metode maupun kurikulumnya.Gagasan Jamluddin dan Abduh mendapat respon dari Sayid Rashid Ridha dengan menerbitkan majalah Al-Manar. Dinamika dalam Islam, menurut Rashid Didha, mengambil bentuk jihad, yaitu kerja keras dan rela berkorban demi mencapai keridhaan Allah.

Di Indonesia, hampir berbarengan dengan Gerakan Pan Islam berdiri perkumpulan Jamiatul Kheir di Pekojan, Batavia, pada 1901 sebagai organiasi sosial yang membawa semangat tolong menolong. Jamiatul Kheir dibentuk dengan tujuan utama mendirikan satu model sekolah modern yang terbuka luas untuk umat Islam.
Perkumpulan ini lebih menitikberatkan pada semangat pembaruan melalui lembaga pendidikan modern. Pramudya Ananta Toer dalam bukunya, Rumah Kaca, menyebut Jamiatul Kheir yang didirikan sejak 1901 merupakan organisasi politik yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan yang telah menginspirasi lahirnya Boedi Oetomo.Jamiat Kheir membangun sekolah bukan semata-mata bersifat agama, tapi sekolah dasar biasa dengan kurikulum agama, berhitung,sejarah, ilmu bumi dan bahasa pengantar Melayu. Bahasa Inggris merupakan pelajaran wajib, pengganti bahasa Belanda.Sedangkan pelajaran bahsa Arab sangat ditekankan sebagai alat untuk memahami sumber-sumber Islam.

Keberadaan Jamiatul Kheir yang kemudian disusul dengan Al-Irsyad, setidak-tidaknya sebagai penggerak dunia Islam baru yang pertama kali di Indonesia. Deliar Noer menulis,....pentingnya Jamiat Kheir terletak pada kenyataan bahwa ialah yang memulai organiasi dalam bentuk modern dalam masyarakat Islam
(dengan anggaran dasar, daftar anggota tercatat,rapat-rapat berkala), dan yang mendirikan sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern (kurikulum,kelas-kelas, dan pemakaian bangku-bangku,papan tulis dan sebagainya).Menurut H.Agus Salim banyak anggota Budi Utomo dan Sarikat Islam sebelumnya adalah anggota Jamiatul Khair.

Dalam kaitan dengan gerakan kemerdekaan,pada 4 Oktober 1934, pemuda keturunan Arab se Nusantara berkongres di Semarang, dipelopori oleh AR Baswedan, mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab: Indonesia adalah tanah airnya, bersumpah untuk turun kelas dari bangsa Timur asing menjadi pribumi.
Kongres itu juga membentuk Persatuan Arab Indonesia (PAI), yang bertujuan meraih kemerdekaan Indonesia. Ketika Indonesia merdeka, PAI membubarkan diri karena tujuannya telah tercapai. Seperti anak-anak bangsa lainnya mereka lalu menyebar dan aktif dalam berbagai bidang di masyarakat.mr-republika

Tidak ada komentar: