Berserah Diri
By M Baharun
Namun yang harus diingat dalam berserah diri ini, tawakal adalah batas akhir upaya. Bukan tawakal namanya bila seseorang belum mencoba dan berusaha. Dan sikap seperti inilah yang selalu dinasihatkan Nabi SAW kepada sahabatnya. Suatu kali, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Hibban, ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW. ''Ya Rasulullah, saya melepaskan onta milik saya, kemudian setelah itu bolehkah saya bertawakal?'' tanyanya. ''Ikat dan tambatkan (ontamu) dulu,'' jawab beliau, ''lalu bertawakallah.'' Dengan kata lain, Nabi SAW melarang orang tadi bertawakal sebelum mengikatkan onta yang mau ditinggalkan. Kalau dibiarkan lepas, ada kemungkinan onta itu akan lari dan kemudian hilang.
Diriwayatkan oleh Said bin Musyayyab, sebagaimana dikutip Shekh Muhammad bin Abu Bakr dalam kitabnya al-Mawaidh al-'Usfuriyah, bahwa suatu hari Rasulullah bertandang ke rumah Ali bin Abi Thalib dan menanyakan kesehatan sahabat dan sekaligus menantunya itu. Ali pun menjawab, ''Aku berada dalam empat kesedihan: Di rumahku tak ada makanan selain air. Aku memikirkan anak-anakku. Aku memikirkan Allah dan hari kemudian. Dan aku memikirkan malaikat maut.'' Baginda Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan, ''Ketahuilah wahai putra Abi Thalib, rezeki manusia itu di tanganNya. Sedangkan kesedihan itu tak bisa membawa mudlarat ataupun manfaat. Karena itu bertawakallah, niscaya engkau menjadi teman Allah.''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar