Seandainya bisa kembali lagi
Dalam hadist Rasulullah Saw,
disabdakan bahwa jika saja manusia tahu apa yang dipertanggungjawabkan di
akhirat saat amaliahnya sedikit, ia memohon minta kembali lagi ke dunia,
walaupun sesaat untuk melakukan kebajikan dengan amaliah yang baik dan banyak.
Kalau saja ia punya uang banyak, ia ingin mengamalkan semuanya sampai tidak
tersisa dengan bersedekah, infak, berjariah dst. Ia tahu kalau yang demikian jalan yang terbaik
dan tidaklah merugi, bahkan sebaliknya membawa kebaikan padanya. Sementara saat
didunia ia selalu menghematnya – sayang, kalau uang yang ia usahakan dengan
susah payah dengan begitu saja disedekahkan. Walaupun ia tahu apa yang ia
dapatkan itu merupakan titipan saja, yang sewaktu-waktu bisa saja diambil
kembali, atau harus dipertanggung jawabkan untuk apa saja dipergunakan.
Penyesalan tersebut baru
disadari ketika tidak ada lagi punya kesempatan, sedetikpun Alloh Swt tidak
mengabulkannya, penyesalan tinggallah penyesalan dan harus dipertanggung
jawabkan, bukankah seruan kebajikan sudah banyak disampaikan selagi masih hidup.
Hanya saja ia lalai untuk melaksanakannya. Allah SWT Ta’ala berfirman,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ
ارْجِعُونِ (٩٩)لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا
كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
(١٠٠)
“Hingga
apabila telah datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata,
“Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang
telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada
barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al Mukminun: 99-100)
Ibnu Katsir menafsirkan, Allah
Ta’ala menceritakan keadaan orang kafir dan orang-orang yang meremehkan
perintah Allah Ta’ala, ucapan mereka ketika itu adalah permintaan kembali ke
dunia agar memperbaiki apa yang mereka rusakkan/lalaikan selama hidup”
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa
beliau bersabda:
مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ
إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ
يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا
يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ
“Tidak seorangpun yang
masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai
sedikit harta di bumi, kecuali orang
yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang
lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati
syahid).”
Ibnu Batthal rahimahullah berkata, Hadits ini temasuk
yang paling agung mengenai keutamaan mati syahid dan pengkhususan serta
motivasi. Mereka berangan-angan agar terbunuh sampai sepuluh kali karena mereka
mengetahui hal tersebut diridhai Allah dan bisa mendekatkan diri kepada-Nya.
Karena ini bentuk penghinaan diri dalam rangka menegakkan dan menolong agama
Allah maka tidak ada lagi puncak selain jihad dan tidak ada amal kebaikan yang
lain (yang lebih) berupa penghinaan diri selain jihad.”
Kesemuanya ingin kembali ke
dunia setelah ia tahu bahwa apa yang disampaikan Al Qur’an dan Al Hadist
melalui Rasulullah Saw, merupakan kebenaran yang mutlak dan hakiki. Dan iapun
mengakuinya, hanya saja lalai dan tidak atau kurang menyakininya yang dilandasi
keimanan yang kurang. Firman Alloh SWT dalam hal ini “Dan (alangkah ngerinya),
jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan
kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), "Wahai Rabb kami, kami
telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan
mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin
[as-Sajdah/32:12], Dan Alloh SWT berfirman
أَسْمِعْ
بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا
Alangkah
terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari
mereka datang kepada Kami [Maryam/19:38]
Maksud perkataan ini, sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Katsîr rahimahullah,
"Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah
kami ke dunia untuk melakukan amal shaleh, sesungguhnya kami sekarang telah
yakin bahwa janji-Mu adalah benar dan perjumpaan dengan-Mu adalah benar."
mereka tidak berharap dikembalikan ke dunia untuk
menjumpai keluarga dan kaum kerabat,anak atau istrinya yang sangata ia
sayangi, akan tetapi ia kembalikan ke
dunia untuk melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla. Beramal dan
beribadah sebanyak-banyaknya sebagai bekal di akhirat.
Mereka juga
menyesali perbuatan mereka dengan cara menyalahkan diri mereka sendiri, seraya
mengatakan ;
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Andaikata
kami dahulu mau mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami
tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala [al-Mulk/67:10]
Ini menunjukkan
betapa besar penyesalan mereka atas tingkah laku buruk mereka ketika di dunia.
Akan tetapi, pada saat itu, penyesalan mereka sudah tidak berguna lagi. Ibarat
nasi yang telah menjadi bubur. Andaikata penyesalan itu sebelum siksa berada di
depan mereka (yaitu pada waktu mereka hidup di dunia), maka penyesalan itu akan
bermanfaat bagi mereka. Mereka akan selamat dari siksa pada hari itu
Begitulah
keadaan mereka pada hari Kiamat, malang tak dapat ditolak, mereka akan
mengalami penderitaan siksa yang amat pedih akibat perbuatan mereka di dunia.
Semoga Allâh Azza wa Jalla melindungi semua muslim dunia, dari semasa
Rasulullah Saw hidup ila yaumil kiyamah. Dan termasuk Orang-orang shalih ingin
segera di bawa ke kuburannya setelah
meninggalnya.
إِذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى
أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي وَإِنْ
كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا
يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهَا
الْإِنْسَانُ لَصَعِقَ
Jika jenazah diletakkan lalu
dibawa oleh para laki-laki di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk
orang shalih (semasa hidupnya) maka dia berkata, “Bersegeralah kalian (membawa
aku)!” Jika ia bukan orang shalih, dia akan berkata, “Celaka, kemana mereka
hendak membawanya ?” Jeritan jenazah itu akan didengar oleh setiap makhluk
kecuali manusia. Seandainya manusia bisa mendengarnya, tentu mereka akan
pingsan.
Hadist
senada disampaikan Dari Abu Said, al Khudri, Rasulullah saw bersabda, Apabila
jenazah telah siap, kemudian dipikul oleh kaum laki laki di atas punggungnya, apabila dia jasad yang shalih,
akan berkata, Dahulukanlah aku, dahulukanlah aku. Apabila tidak shalih, dia, Celaka, ke mana mereka hendak pergi? Suara itu
didengar oleh siapapun kecuali manusia, dan seandainya saja mereka dapat
melihat, pastim akan goncang. (HR. al Bukhari
dan an Nasai)
dia
berharap tidak kembali ke dunia dan berharap kiamat segera tiba,
sebab
mereka melihat derajatnya yang begitu mulia di jannah. Dia ingin
segera
masuk ke dalam kenikmatan yang kekal. Rasulullah saw telah menceritakan kepada
kita saat seorang mukmin ditanya oleh dua malaikat di dalam ubur,Tiba tiba terdengar suara yang memanggil dari langit, hamba-Ku
benar, maka persilahkan dia menempati tempat tidurnya di Jannah, pakaikanlah
pakaian Jannah, bukakanlah baginya pintu menuju Jannah. Kemudian arwahnya
datang beserta bau harum, kuburnya diluaskan sejauh mata memandang, lalu datang
seorang laki laki berwajah tampan, berpakaian bagus
dan harum, dia berkata: saya datang memberi kabar gembira untukmu, ini adalah
harimu yang telah dijanjikan. Dia berkata: Siapakah
kamu? Laki
laki itu berkata: Saya adalah amal shalihmu. Dia berkata: Ya
Rabbku bangkitkanlah hari Kiamat, ya Rabbku bangkitkanlah hari Kiamat, sehingga
saya dapat kembali menemui keluarga dan hartaku
(HR.
Abu Dawud, al Hakim, Ibnu Khuzaimah)
sebaliknya
orang-orang kafir atau munafiq, akan berdoa: Wahai
Rabbku, janganlah Engkau bangkitkan hari Kiamat.
Sebab dia tahu apa yang akan terjadi setelah alam kubur itu lebih dahsyat dari
apa yang tengah dialaminya.