Awalnya rahmah
Dalam banyak ceramah di bulan ramadhan, di musholah atau di
masjid yang biasa dilakukan di sela-sela sholat taraweh adalah keutamaan
orang-orang yang berpuasa. Para penceramah pada umumnya mengelompokkanya
menjadi tiga, awalnya rahmah-yaitu sepuluh hari pertama, pertengahannya
magfirah-sepuluh hari yang kedua, dan di
akhirnya itqun minannar-dibebaskan dari api neraka-di sepuluh hari terakhir.
Berkenaan dengan pengelompokkan tersebut, bersandar kepada
hadist, diantaranya, hadist dari Abu
Hurairah Ra “Awal bulan Ramadan adalah
rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan
dari neraka).”
Kemudian hadist dari Salman
Al-Farisi Ra. Diceritakan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkhotbah menjelang Ramadan. Di antara isi khotbah
beliau, “Siapa saja yang memberi buka
kepada orang yang puasa dengan seteguk susu, sebiji kurma, atau seteguk air,
dan siapa yang mengenyangkan orang puasa maka Allah akan memberi minum dari
telaga dengan satu tegukan, yang menyebabkan tidak haus sampai masuk surga.
Inilah bulan, yang awalnya adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan
akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan dari neraka). Perbanyaklah melakukan 4
hal dalam bulan Ramadan ….”
Dikatakan rahmah,
awalnya puasa dari sebelumnya di bulan-bulan dimana orang tidak berpuasa, mengawali bulan ini orang diuji dengan awal
kelelahan, dan ini terjadi di sepuluh hari pertama. Mereka diuji dengan
kesabaran dalam melaksanakan amalan ramadhan. Para ulama menyebutnya sebagai
rahmah bagi yang dapat melewatinya, yaitu dibukakan pintu rahmah kepada hamba
pilihan Alloh SWT yang dapat menyelesaikannya dengan penuh kesabaran. Oleh
banyak pada da’i suka diistilahkan dengan periode penyisihan atau babak
penyisihan. Dimana banyak orang yang dapat mudah melewatinya, masjid-masjid
atau mushollah masih penuh dengan jama’ah, dan mereka masih sangat kuat
berpuasa, dan bahkan anak keilpun masih mampu untuk tidak membatalkan puasanya.
Jadi Sepuluh hari pertama adalah merupakan keistimewaan karena diturunkannya
Rahmat kepada hamba-hamba yang telah ikhlas dan ridha menunaikan puasa Ramadhan
dengan penuh kesabaran dan keimanan kepada Allah
Kepadanya layak mendapatkan surga
lewat pintu khusus yaitu rayyan, seperti sabda Rasululloh Saw, “Dari Sahal bin Sa’ad Radhiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda “Sesungguhnya di Surga ada
salah satu pintu yang dinamakan Rayyan; masuk dari pintu tersebut ahli
shaum/puasa di hari kiamat, tidak ada yang masuk dari pintu itu selain ahli
shaum, lalu diserukan “Manakah para ahli shaum?’, Maka berdirilah para ahli
shaum dan tak ada seorangpun yang masuk dari pintu itu kecuali mereka yang
tergolong para ahli shaum, dan apabila mereka sudah masuk, maka pintu surga
tersebut segera tertutup, dan tak ada satupun yang diperbolehkan masuk setelah
mereka .”(H.R. Bukhari dan Muslim).
Kemudian magfiroh, ampunan.
Keistimewaan yang diberikan Alloh SWT adalah diterimanya segala do’a yang
dipanjatkannya. Selain itu diampuni segala dosa-dosa yang telah lalu. Periode
atau fase ini sering juga dimaknai sebagai Magfirah nya segala dosa-dosa yang
telah lalu oleh Alloh SWT. Pada fase ini sering distilahkan dengan periode semi
final, sudah mulai ada yang tidak puasa, tidak kuat lagi dan berguguran. Masjid
atau musholah-pun sudah mulai berkurang
dari jama’ah sholat tarawih berjama’ah.
Yang terakhir adalah dibebaskan dari
api neraka. Siapa saja yang dapat melalui fase ini ia berhak mendapat “Itqun
Minan Nar” (dibebaskan dari Api Neraka). Rasulullah Saw, jika memasuki sepuluh
hari terakhir ramadhan, beliau semakin
memaksimalkan ibadah. Beliau menghidupkan malam harinya untuk bertaqarrub
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Fase ini disebut juga
waktunya final, hanya hamba-hamba pilihan yang dapat mencapainya. Layaknya
sebuah pertandingan, pesertanya tinggal
sedikit pilihan dari yang lolos dari babak penyisihan dan semi final.
Diriwayatkan Dari `Aisyah Radhiyallahu Anha. Bahwa”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam “Apabila memasuki sepuluh malam
terakhir bulan Ramadhan, Beliau menghidupkan malam dan membangunkan anggota
keluarganya dan beliau kencangkan pakaiannya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
“Diriwayatkan Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, (dia
berkata), “Adalah Rasulullah Saw bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah
masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada
malam-malam lainnya.” (HR. Muslim ).
Rasulullah Saw pada sepuluh malam terakhir di bulan
ramadhan selalu beri’tikaf. Demikian juga para sahabat dan isteri Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam selalu beri’tikaf, baik di masa Rasulullah masih
hidup, maupun sesudah Rasulullah wafat.Karena I’tikaf adalah merupakan
penyempurnaan ibadah shaum di bulan ramadhan, terlebih “Itqun Minan Nar” yaitu
“Pembebasan dari Api Neraka”.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Diriwayatkan Dari `Aisyah Radhiyallahu Anha. Bahwa” Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam selalu Beri`tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan
hingga ajal menjemputnya, kemudian sunnah ini dihidupkan lagi oleh
isteri-isteri Rasulullah selepas kematiannya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Jadi sepuluh hari terakhir malam bulan ramadhan
merupakan keutamaan yang dipilih Allah Subhanahu wa Ta’ala. karena disaat
itulah datangnya malam Lailatul Qadar didalamnya penuh dengan keutamaan yang
bisa didapatkan diantaranya :
Allah berfirman : “Sesungguh Kami menurunkan Al Quran
pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar) tahukah engkau apakah malam Lailatul
Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, Pada malam
itu turunlah malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabb mereka
(untuk membawa) segala urusan, Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit
fajar.” (Q.S. Al Qadar : 1-5)
Demikian hadist dari Hadis dari Abu Hurairah RA, “Awal bulan
Ramadan adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya ‘itqun minan nar
(pembebasan dari neraka).” Wallohu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar