Minggu, 13 Juli 2014

7 lapis langit



7 lapis langit
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba‑Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda‑tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isra’ : 1).
Ayat tersebut merupakan tanda kebesaran Alloh SWT, yang mengisra’mi’rajkan nabi-Nya, Rasululloh Saw. Di sampaikan bahwa Rasulullah Saw, dalam peristiwa isra’ mi’raj sampai pada langit ke 7. Yang mengandung arti bahwa langit terdiri atas 7 lapis. Namun belum ada penjelasan yang rinci mengenagi lapisan langit dari yang pertama sampai yang ke tujuh.

Di dalam kisah peristiwa Isra’ mi’raj disebutkan bahwa Sidratul Muntaha dilihat oleh Rasululloh Saw  setelah mencapai langit ke tujuh. Dari kisah itu orang mungkin bertanya-tanya di manakah langit ke tujuh itu. Apakah itu artinya bahwa  langit di atas itu berlapis-lapis sampai tujuh dan Sidratul Muntaha ada di lapisan teratas.
Di sampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan Isra’ dan mi’raj dengan menggunakan “buraq”. Di dalam hadits hanya disebutkan bahwa buraq adalah ‘binatang’ berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan mata. Ini menunjukkan bahwa “kendaraan” yang membawa Nabi SAW dan Malaikat Jibril mempunyai kecepatan tinggi. Dengan buraq itu Nabi melakukan Isra’ dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Setelah melakukan shalat dua rakaat Nabi melanjutkan perjalanan mi’raj ke Sidratul Muntaha.
Di sampaikan juga bahwa Rasululloh Saw, menjumpai Nabi Adam yang di kanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya baitul Ma’mur, tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya.
Sepintas dapat dibayangkan, bahwa langis nampaknya berlapis-lapis, dan jumlahnya sampai 7, yaitu 7 lapis langit. Dan kisah Isra’ mi’raj dan sebutan “sab’ah samawat” (tujuh langit) di dalam Al-Qur’an sering dijadikan alasan untuk mendukung pendapat adanya tujuh lapis langit itu.

Dari sejarah langit, orang-orang dahulu –jauh sebelum Al-Qur’an diturunkan — memang berpendapat adanya tujuh lapis langit. Ini berkaitan dengan pengetahuan mereka bahwa ada tujuh benda langit utama yang jaraknya berbeda-beda. Benda-benda langit yang lebih cepat geraknya di langit dianggap lebih dekat jaraknya. Di langit pertama ada bulan, benda langit yang bergerak tercepat sehingga disimpulkan sebagai yang paling dekat. Langit ke dua ditempati Merkurius (bintang Utarid). Venus (bintang kejora) berada di langit ke tiga. Sedangkan matahari ada di langit ke empat. Di langit ke lima ada Mars (bintang Marikh). Di langit ke enam ada Jupiter (bintang Musytari). Langit ke tujuh ditempati Saturnus (bintang Siarah/Zuhal). Dan mereka  menganggap bumi sebagai pusat alam semesta.

Dalam Al-Qur’an ungkapan ‘tujuh’ atau ‘tujuh  puluh’ sering mengacu pada jumlah yang tak terhitung. Misalnya, di dalam Q.S. Al‑Baqarah:261 Allah menjanjikan Siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ibarat menanam sebiji benih yang menumbuhkan 7 tangkai yang masing‑masingnya berbuah seratus butir.  Mengambil makna dari ini, timbul pendapat bahwa ‘tujuh lapis langit’ dipahami sebagai tatanan benda‑benda langit yang tak terhitung banyaknya, bukan sebagai lapisan‑lapisan langit.

Kisah Isra’ Mi’raj banyak menimbulkan pemahaman yang berbeda,  Muhammad Al Banna dari Mesir menyatakan bahwa beberapa ahli tafsir berpendapat Sidratul Muntaha itu adalah Bintang Syi’ra. Tetapi sebagian lainnya, seperti Muhammad Rasyid Ridha dari Mesir, berpendapat bahwa tujuh langit dalam kisah Isra’ mi’raj adalah langit ghaib. Wallahu’alam.

Tidak ada komentar: