Minggu, 13 Juli 2014

Annisa



Annisa
Di dalam Al-Qur’an kata annisa banyak dijumpai, annisa artinya permpuan,  ia memiliki kedudukan yang istimewa dan mulia, sampai-sampai di dalam alQur’an ditulisabadikan tersendiri, yaitu pada surah yang ke empat. Pada riwayah awalnya annisa atau perempuan  diciptakan sebagai pendamping pria, demikian disampaikan dalam kisah nabi Adam sebagai pendamping kesendiriannya di surga. Siti Hawa namanya, ia diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam, yang memiliki makna bahwa wanita adalah pendamping suami. Tulang rusuk terdapat diantara jantung dan paru-paru, yang juga memiliki arti bahwa wanita sholehah dalam wujud nadi dan napas dalam membentuk keluarga sakinah-keluarga yang harmonis dan penuh berkah. Dan  karenanyalah kemudian manusia dapat membentuk rumah tangga sebagai bagian ibadah kepada Allah SWT. Qs 4: 1,

 Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Dalam perkembangan zaman, wanita pernah mendapat posisi yang rendah, tidak mendapatkan kedudukan yang layak, ia terpinggirkan  dan tidak dihargai, apa yang pernah disampaikan kholifah Umar bin Khathab  bahwa, “Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.”
Dalam sejarahnya, bentuk penindasan terhadap wanita tersebut di mulia sejak kelahiran sang bayi, aib besar bagi sang ayah bila memiliki anak perempuan. Sebagian mereka tega menguburnya hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi dalam keadaan rendah dan hina bahkan dijadikan sebagai harta warisan dan bukan termasuk ahli waris.
“Dan apabila seorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An Nahl: 58-59)

Diriwayahkan ketika Rasululloh Saw berkumpul dengan para sahabatnya, beliau bertanya ‘ siapa diantara kalian yang dapat membuat aku menangis ? saya ya Rasululloh jawab Umar bin Khottob. Rasululloh berkata kepada Umar ‘ ceritakan kepadaku hal yang membuat aku menangis, Umar-pun memulai ceritanya “ dahulu aku mempunyai seorang anak perempuan, aku ajak anak tersebut kesuatu tempat, tiba di tempat yang aku tuju aku mulai memnggali sebuah lubang, setiap kali tanah yang aku gali mengenai bajuku, maka anak perempuanku membersihkannya. Padahal dia tidak mengenatahuinya sesungguhnya lubang yang aku gali adalah untuk menguburnya hiduphidup untuk persembahan berhala. Setelah menggali lubang aku kubur anak perempuanku. Mendengar itu meneteslah air mata Rasululloh Saw, begitupun dengan Umar, ia menyesali perbuatan jahiliyahnya sebelum dia mengenal Islam.

Kemudian Islam mengangkat derajat wanita, seperti yang difirmankan Dalam Qs 2:228, Alloh SWT berfirman ‘ Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah: 228)

Demikian kemudian perubahan peranan wanita terus  berjalan dan dihormati di tengah-tengah kehidupan Islami, sampai pada  peranannya dalam rumah tangga yang  tak kalah besarnya. Rasulullah mengatakan bahwa wanita adalah juga pemimpin di rumah dan ia akan dimintakan pertanggungjawaban atas perannya tersebut. Dalam sejarah para muslimah telah memainkan perannya dalam berbagai bidang, di medan jihad, di masjid dan juga di rumah. Namun dengan tetap menjaga akhlaq dan adab Islami. Ini dilakukan dengan tetap menjaga perannya yang utama yaitu mendidik anak, menjaga keluarga yang dibangun atas mawaddah dan rahmah, juga tetap menciptakan suasana tenang dan damai dalam rumah tangga.

 “Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)

Tidak ada komentar: