Isra’ mi’raj sebagai ujian
Peristiwa isra’ mi’raj dapat dikatakan juga sebagai ujian,
ujian bagi Rasululloh Saw, ujian bagi ummat muslim dalam menyikapinya, yang
saat itu masih belum sepenuhnya meyakininya.
Namun peristiwa tersebut yang terjadi di 14 abad yang lalu telah terukir
dalam sejarah Islam satu peristiwa yang sangat menakjubkan dan sulit diterima
oleh jangkauan akal manusia.
Para da’i sering menyampaikan
bahwa peristiwa tersebut Alloh SWT memiperlihatkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagian kecil dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan
Sang Penguasa alam semesta. Lepas dari itu semua dan runtutan peristiwa yang
ada, banyak hikmah yang dapat diambil.
sebelumnya, umat Islam dan Rasululloh Saw mendapatkan suatu
ujian yang sangat berat, berupa pemboikotan kaum kafir Quraisy dan sekutunya
terhadap umat Islam, wafatnya pendamping dan penyokong dakwah Nabi Muhammad Ssaw,
yaitu ummul mukminin Khadijah dan pamannya Abi Thalib serta penolakan dan
penghinaan oleh bani Tsaqif di Thaif. Kempat ujian tersebut merupakan ujian
yang berat bagi Nabi dan umat Islam saat itu.
Allah Subhanhu Wa Ta'ala memberikan penghibur pertama kepada
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berupa perjalanan yang menakjubkan
untuk ukuran zamannya. kedua kepada Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berupa perjalanan yang lebih dan sangat
menakjubkan lagi, yaitu perjalanan ke alam ghoib, lapisan langit yang tertinggi
dan gambaran masa depan sesudah mati berkenaan dengan balasan amal.
Setelah dua peristiwa tersebut, Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam khabarkan kepada segenap manusia di Makkah. Terjadi guncangan
dalam hati dan masyarakat, antara percaya dan tidak percaya bagi umat islam dan
keanehan serta kemustahilan bagi kaum kafir. Setidaknya ada tiga golongan yang
menyikapi peristiwa tersebut
Yang pertama, tidak percaya sama sekali. Peristiwa tersebut
sebagai peristiwa yang mustahil dapat dilakukan manusia. tidak masuk akal
seorang manusia dapat melakukannya dalam satu hari satu malam, dengan perjalanan
yang jauh dan sampai pada lapis langirt yang ke 7. Mereka semakin tidak percaya
dan mengatakan Muhammad Saw, semakin hilang ingatan.
Kedua, menyikapinya dengan keraguan, ia percaya bahwa
Rasulullah Muhammad saw, itu orang yang jujur. Siapapun yang menitip barang
dagangan kepadanya tidak ada keraguan sedikitpun akan dikhianatinya. Dan oleh karenanya ia diberi
gelar al amin, yang dipercaya. Peristiwa pemasangan hajar aswad yang menjadi
perselisihan kaum kuraisy pun dipercayakan kepadanya. Dan ia dapat memberi
solusi yang sangat memberi keadilan, dengan meletakkan hajar aswad pada surbah
dengan masing-masing kaum memegang ujungnya.
Kelompok ketiga, adalah yang percaya seratus persen. Ia
percaya apa yang dikatakan Rasulullah Saw pasti benar, tanpa ada keraguan sedikitpun, kendatipun saat
itu, peristiwa yang dialami Rasulullah Saw, tidak bisa diterima oleh akal
pikiran. Yang pasti apa yang disampaikan
Rasululloh Saw pasti benar, mereka yakin itu pasti terjadi. Diantara keimanan
yang kuta akan peristiwa ini shahabat karib beliau Abu Bakar yang menerima
dengan ucapannya yang mantap, sehingga
beliau mendapat gelar As Shidiq (yang jujur) jujur menerima kenyataan iman. Wallohu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar