Minggu, 27 Juli 2014

Isra’ mi’raj sebagai ujian



Isra’ mi’raj sebagai ujian

Peristiwa isra’ mi’raj dapat dikatakan juga sebagai ujian, ujian bagi Rasululloh Saw, ujian bagi ummat muslim dalam menyikapinya, yang saat itu masih belum sepenuhnya meyakininya.  Namun peristiwa tersebut yang terjadi di 14 abad yang lalu telah terukir dalam sejarah Islam satu peristiwa yang sangat menakjubkan dan sulit diterima oleh jangkauan akal manusia.

Para da’i sering menyampaikan bahwa peristiwa tersebut  Alloh SWT  memiperlihatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagian kecil dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan Sang Penguasa alam semesta. Lepas dari itu semua dan runtutan peristiwa yang ada, banyak hikmah yang dapat diambil.
sebelumnya, umat Islam dan Rasululloh Saw mendapatkan suatu ujian yang sangat berat, berupa  pemboikotan kaum kafir Quraisy dan sekutunya terhadap umat Islam, wafatnya pendamping dan penyokong dakwah Nabi Muhammad Ssaw, yaitu ummul mukminin Khadijah dan pamannya Abi Thalib serta penolakan dan penghinaan oleh bani Tsaqif di Thaif. Kempat ujian tersebut merupakan ujian yang berat bagi Nabi dan umat Islam saat itu. 

Allah Subhanhu Wa Ta'ala memberikan penghibur pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berupa perjalanan yang menakjubkan untuk ukuran zamannya.  kedua kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berupa perjalanan yang lebih dan sangat menakjubkan lagi, yaitu perjalanan ke alam ghoib, lapisan langit yang tertinggi dan gambaran masa depan sesudah mati berkenaan dengan balasan amal.
Setelah dua peristiwa tersebut, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam khabarkan kepada segenap manusia di Makkah. Terjadi guncangan dalam hati dan masyarakat, antara percaya dan tidak percaya bagi umat islam dan keanehan serta kemustahilan bagi kaum kafir. Setidaknya ada tiga golongan yang menyikapi peristiwa tersebut

Yang pertama, tidak percaya sama sekali. Peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang mustahil dapat dilakukan manusia. tidak masuk akal seorang manusia dapat melakukannya dalam satu hari satu malam, dengan perjalanan yang jauh dan sampai pada lapis langirt yang ke 7. Mereka semakin tidak percaya dan mengatakan Muhammad Saw, semakin hilang ingatan.

Kedua, menyikapinya dengan keraguan, ia percaya bahwa Rasulullah Muhammad saw, itu orang yang jujur. Siapapun yang menitip barang dagangan kepadanya tidak ada keraguan sedikitpun akan  dikhianatinya. Dan oleh karenanya ia diberi gelar al amin, yang dipercaya. Peristiwa pemasangan hajar aswad yang menjadi perselisihan kaum kuraisy pun dipercayakan kepadanya. Dan ia dapat memberi solusi yang sangat memberi keadilan, dengan meletakkan hajar aswad pada surbah dengan masing-masing kaum memegang ujungnya.

Kelompok ketiga, adalah yang percaya seratus persen. Ia percaya apa yang dikatakan Rasulullah Saw pasti benar,  tanpa ada keraguan sedikitpun, kendatipun saat itu, peristiwa yang dialami Rasulullah Saw, tidak bisa diterima oleh akal pikiran.  Yang pasti apa yang disampaikan Rasululloh Saw pasti benar, mereka yakin itu pasti terjadi. Diantara keimanan yang kuta akan peristiwa ini shahabat karib beliau Abu Bakar yang menerima dengan ucapannya yang mantap,  sehingga beliau mendapat gelar As Shidiq (yang jujur) jujur menerima kenyataan iman. Wallohu’alam

Tidak ada komentar: