Tauhid, Tobat, dan Mabrur
Berhentilah menggunjing, mengadu domba, dan berbuat yang menyakiti orang lain -- itulah beberapa kunci menjaga kemabruran haji.Para calon jamaah haji kini tinggal menghitung hari. Kurang dari dua minggu lagi mereka mulai bertolak ke Tanah Suci untuk menunaikan rukun Islam kelima.
Idealnya, seluruh persiapan, baik fisik maupun mental, sudah selesai. Salah satu hal yang terpenting adalah manasik haji.
Menurut Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail, memahami manasik haji sangat penting sebagai bekal bagi setiap calon jamaah haji untuk melaksanakan haji dengan baik dan benar secara mandiri. Ia menegaskan, pengetahuan jamaah terhadap manasik haji sangat penting dalam melaksanakan ibadah haji.
Tata cara haji yang cukup banyak syarat, rukun dan wajib haji, masing-masing harus diketahui jamaah. ''Jangan sampai hanya mengejar yang sunnah, justru melupakan yang wajib, apalagi rukun haji. Tertinggal satu wajib haji, maka ia akan dikenakan dam (denda). Sedangkan tertinggal satu rukun haji, maka tidak sah hajinya dan ia wajib menggantinya di tahun berikutnya,'' tegas Ahmad Satori Ismail belum lama ini.
Pentingnya menguasai ilmu berhaji juga dikemukakan oleh Ketua Umum Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FK-KBIH), Prof Dr H Abdul Madjid. ''Mengerjakan ibadah haji tidak semata-mata mampu menyediakan biaya untuk pergi ke Tanah Suci. Yang juga tak kalah pentingnya adalah mampu dari segi keilmuan, yaitu mengetahui syarat, wajib dan rukun haji. Tahu tata cara mengenai yang harus dikerjakan dan yang harus ditinggalkan,'' tegas Madjid, beberapa waktu lalu.
Setiap orang yang pergi berhaji pasti mendambakan mampu menggapai haji mabrur. Seperti ditegaskan oleh Nabi, balasan haji mabrur adalah surga.
Dalam buku 10 Langkah Mudah Haji & Umrah Cara Rasulullah, Didin Hafidhuddin dan Jejen Musfah mengutip pendapat Imam Hasan Al-Bashri yang menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan haji mabrur adalah perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Para jamaah haji mampu menjadi panutan bagi masyarakat. Dalam riwayat lain diungkapkan, ciri haji mabrur adalah kesediaan memberikan harta kepada yang membutuhkan, dan semakin memiliki kemampuan mengendalikan setiap ucapan dan tindakan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Hakim, Rasulullah ditanya tentang haji mabrur, ''Ucapannya baik, tidak menyakiti orang lain dan suka memberi makan kepada orang yang membutuhkan,'' jawab Nabi.
Lebih lanjut dijelaskan, sebagai tanda seseorang telah memperoleh haji mabrur adalah adanya peningkatan yang signifikan dari ibadah vertikal dan horizontalnya (hablumminallah wa hablumminannas). Tidak saja kuantitas dan kualitas ibadah ritualnya yang meningkat, tetapi ia juga semakin peduli terhadap nasib sesama. Perbuatannya bermanfaat untuk kebaikan dirinya dan masyarakat. Lisan dan hatinya berdzikir kepada Allah SWT. Ia juga lebih mengutamakan kehidupan akhirat dibandingkan dengan kehidupan di dunia ini.
Tidak mudah meraih haji mabrur. Lebih sulit lagi mempertahankannya. Abu Umar an-Nadwi Abdul Aziz bin Fathi, dalam bukunya Panduan Lengkap Ibadah Haji dan Umroh memaparkan sejumlah langkah yang harus dilakukan oleh setiap orang yang pulang haji dan berharap dapat terus memelihara kemabrurannya. Ia mengemukakan, setidaknya ada tiga hal yang saling berkaitan, yakni tauhid, tobat, dan mabrur.
''Anda harus bersungguh-sungguh menegakkan tauhidullah di hati Anda dan ikhlas beribadah kepada Allah semata serta bertaubat kepada-Nya dengan tulus dari beragan dosa dan kemaksiatan. Janganlah Anda kembali menganiaya orang, atau melanggar larangan agama. Hindarilah ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), memberikan kesaksian palsu, menuduh zina kepada orang lain, mabuk-mabukan, terlibat kegiatan narkoba, merokok, bersumpah dengan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, durhaka kepada kedua orang tua, memutuskan silaturahim, dusta, khianat, menzalimi orang, makan harta mereka dengan cara bathil dan sejenisnya. Hindarilah semua itu.''
Ia menambahkan, ''Hendaklah Anda berlaku jujur, amanah, menundukkan pandangan, menjaga kesucian diri (iffah), birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua), menghidupkan silaturahim, suka tilawah Alquran, senantiasa dzikir, memelihara shalat wajib dan kewajiban-kewajiban dari Allah lainnya. Dengan begitu Anda memperoleh apa yang dijanjikan Allah Ta’ala dan meraih pahala yang ditetapkan-Nya untuk orang yang menunaikan ibadah haji dengan haji yang mabrur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar