Jumat, 14 November 2008

Mengintip Mesir Nan Elok

Mengintip Mesir Nan Elok

By Republika Contributor
Mengintip Mesir Nan Elok

KETIKA CINTA BERTASBIH: Syuting di antara satu keelokan Mesir

Laporan Rusdy Nurdiansyah dari Kairo -- SENJA luruh di sepanjang Sungai Nil. Matahari merah tembaga. Sinarnya menjilati pucuk pohon kurma, cemara, limau, dan zaitun. Angin bertiup semilir. Beberapa burung gagak berkelebat di antara hembusan angin. Pun di antara gedung-gedung yang menjulang.

Dari ketinggian nun jauh di atas sana. Di lantai 11, kamar 1124, Hotel Shepheard, Kairo, Mesir, Kamis (6/11) ada suasana kesibukan syuting film Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Tampak Andy Arsyil, pemeran utama sosok Furqon dalam film KCB sedang berakting di depan kamera.

Tepuk tangan sutradara dan para kru bergemuruh ketika Andy sukses menyudahi enam scene dari tujuh scene yang harus diselesaikan. Scene terakhir, pengambilan gambar (Blocking Angle) suasana Sungai Nil di senja hari dari atas ketinggian hotel. Syuting di lokasi hotel yang memiliki view langsung ke Sungai Nil ini berlangsung dari pukul 01.00-17.30 waktu Kairo, Mesir.

Keindahan Sungai Nil ini, salah satu pesona Mesir yang akan dihadirkan di film KCB. Setting pesona Mesir lainnya yang digambarkan agar filmnya seindah kisah dalam novel berjudul sama karya Habiburrahman El Shirazy ini adalah kemegahan Benteng Qaitbai dengan keindahan Pantai Alexandria, peradaban dunia Piramida & Sphinx, Arsitektur Islam Universitas & Masjid Al Azhar, Masjid Amru bin Ash, dan pusat keramaian Pasar Khan Khalili yang berada di dekat Masjid Husain yang megah.

Menurut Dani Sapawie, line producer film KCB, proses syuting di Mesir akan berlangsung dari 31 Oktober sampai 26 Nopember. ''Di Mesir saat ini sedang musim dingin dengan temperatur rata-rata hanya sekitar 15 derajat. Cuaca yang sejuk dan sangat bersahabat ini tentu cukup bagus untuk pencahayaan,'' ujarnya.

Selama proses syuting di negeri seribu menara ini, SinemArt Pictures bekerjasama dengan perusahaan film Mesir, Mr Mohamed Ashoob's Film Company. ''Kami membawa 12 pemain dan 25 kru,'' ungkap Dani yang menambahkan dari pihak perusahaan film Mesir menerjunkan 15 kru dan dibantu 30 figuran Mesir serta 20 figuran dari mahasiswa Indonesia di Mesir.

Diungkapkan Dani, proses shooting KCB akan dilanjutkan di Semarang dan Yogyakarta pada pertengahanl Desember mendatang. Film produksi SinemArt Pictures ini akan dibuat dua session dengan masing-masing durasi 2,5 jam. Film KCB 1 yang diperkirakan menghabiskan biaya Rp 20 milyar ini rencananya akan diputar di bioskop pada Maret 2009.

***

PESONA Mesir melatarbelakangi film KCB yang dibintangi Cholidi Asadil Alam, Oki Setiana Dewi, Andy Arsyil, Alice Norin, dan Meyda Sefira ini mengisahkan tentang kehidupan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar, Kairo.Film bergenre drama romantik ini menyajikan kisah Abdullah Khairul Azzam (Cholidi Asadil Alam) yang berhasil memperoleh bea siswa untuk belajar di universitas Islam paling tersohor itu. Azzam, pemuda berusia 28 tahun, tampan dan taat beribadah ini kuliah sambil bekerja membuat tempe dan bakso guna membiayai hidupnya dan keluarganya di Jawa Tengah.

Suatu saat Azzam berkenalan dengan puteri Duta Besar, namanya Eliana Pramesthi Alam (Alice Noorin). Kecantikan Eliana yang sedang mengambil S-2 di American University in Cairo, Mesir ini membuat Azzam menaruh hati padanya. Tetapi Azzam urung menjalin hubungan lebih dekat dengan Eliana, karena kehidupannya yang bertolak belakang.

Azzam justru tertarik dengan gadis cantik berjilbab yang sedang mengambil S-2 di Kuliyyatul Banaat Universitas Al Azhar, bernama Anna Althafunnisa (Oki Setiana Dewi). Tapi Azzam terlambat karena Anna telah dikhitbah oleh mahasiswa S2 dari keluarga kaya bernama Furqon (Andy Arsyil). Hati Azzam perih.

Menurut Chaerul Umam, sutradara KCB, film ini mengandung banyak konflik dramatik. Azzam diceritakan sebagai pusat perhatian (center of attention) atau tokoh sentral, untuk kemudian tergambar hubungan dengan Eliana, Anna dan Furqon serta dengan teman- teman satu flat yang masing-masing memunculkan konflik.

''Tugas beratnya, bagaimana mengatur beragam konflik dramatik itu agar tidak tumpang tindih,'' tutur sutradara yang akrab disapa Mamang mengenai film yang skenarionya ditulis Imam Tantowi ini. Agar filmnya tidak terlalu panjang, ungkap Mamang, ada bagian cerita di novelnya dipadatkan dan yang tidak terlalu penting dihilangkan.

''Menerjemahkan barisan kalimat dalam novel menjadi sebuah tontonan yang menarik dan sempurna merupakan tugas yang cukup berat. Tentunya, jangan sampai mengecewakan pembaca novelnya yang kemungkinan besar akan menonton film ini,'' ujarnya.

Mengenai adegan dialog bahasa Arab, para pemain tidak menemukan banyak masalah. Sebelumnya, baik saat di Indonesia maupun di Mesir, para pemain dua jam sehari belajar bahasa Arab Aniyah atau bahasa Arab sehari-hari orang Mesir.

''Mungkin ada sedikit masalah yakni membentuk karakter para pemain KCB yang sebagian besar adalah pendatang baru. Perlu kesabaran,'' tegas sutradara kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 4 April 1943 yang optimistis film KCB akan mampu menyedot hingga lima juta penonton.

Dubes Indonesia untuk Mesir, AM Fachir menyambut positif dan berharap nantinya film KCB dapat diputar di Mesir dan negara-negara Arab lainnya. ''Saya berharap film ini dapat dijadikan wahana dalam upaya menjalankan misi dakwah, pendidikan, budaya dan promosi Indonesia dengan pencitraan yang lebih baik di dunia internasional,'

Tidak ada komentar: