Kamis, 13 November 2008

Menghadapi Kesulitan

Menghadapi Kesulitan


Oleh Rina Eny Anawati

''Maka, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.'' (QS Al-Insyirah [94]: 5-6).

Sejarah mencatat, krisis yang pernah terjadi di Indonesia pada 1960-an dan tahun 1998 memberi begitu banyak dampak negatif pada masyarakat. Inflasi yang luar biasa, kesenjangan sosial ekonomi yang bertambah lebar, kelaparan, tingkat pendidikan yang terus menerun, sampai kepada dampak psikis bagi masyarakat dan kesengsaraan dalam berbagai aspek kehidupan. Kini, krisis global yang terjadi memang belum tampak dampaknya pada sektor riil. Namun, beberapa pengusaha dan perusahaan skala internasional sedikit banyak terkena dampaknya. Beberapa karyawan kontrak juga kena imbasnya dengan adanya PHK.

Seringkali kesengsaraan membuat hidup terkadang lebih sulit, hati menjadi semakin sempit, dan jiwa semakin kerdil. Saat kesengsaraan datang, perasaan kita menjadi takut dan sedih sehingga hidup menjadi gelisah dan tak tenang. Beberapa orang mengalami disorientasi nilai-nilai kebenaran. Akhirnya, tidak jelas lagi apakah akan memihak nilai-nilai yang memenuhi idealisme nuraninya ataukah berdasarkan keuntungan materi yang didapatkannya.

Pernah suatu saat, Rasulullah sebagai manusia biasa mengalami kegelisahan dalam dakwahnya. Allah pun kemudian menurunkan firman-Nya untuk mengobati rasa gelisahnya tersebut. ''Dan Engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan engkau tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) kecuali kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat kami, maka mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada kami).'' (QS Ar-Ruum [30]: 53).

Ada begitu banyak cara kita menghadapi kesulitan hidup. Yang pertama adalah bekali diri dengan keimanan. Hanya dengan keimananlah seseorang punya kekuatan dan motivasi yang luar biasa dan dapat meningkatkan kualitas dirinya. Kemudian tawakal setelah berikhtiar. Karena tawakal adalah bukti dari kesabaran seorang Muslim atas takdir dan ketentuan Allah yang berlaku padanya.

Orang yang cerdas adalah orang yang mampu belajar dari pengalaman hidupnya, dan bangkit menyongsong hari esok dengan penuh semangat. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang terus terjatuh pada lubang yang sama. Kesengsaraan dan kesulitan adalah suatu kepastian dalam menjalani kehidupan. Namun, janji Allah adalah pasti, bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Hadapilah kesulitan-kesulitan hidup ini dengan sabar dan terus berikhtiar.mr-hikmahrepublika.

Tidak ada komentar: