Rabu, 12 November 2008

Adakah Obamanomics?

Adakah Obamanomics?


Iman Sugema
(InterCAFE, Institut Pertanian Bogor)

Terpilihnya Barack Hussein Obama menjadi Presiden Amerika Serikat menimbulkan sebuah harapan baru. Tidak hanya bagi masyarakat di negara adikuasa tersebut, tapi juga bagi masyarakat di seluruh dunia. Obama kini telah diberi embel-embel sebagai pemimpin transformasional yang diharapkan akan membawa perubahan-perubahan yang sangat mendasar. Ada dua masalah pelik yang diwariskan oleh pemerintahan Presiden Bush, yakni perang Irak dan krisis keuangan.

Sebagaimana diulas di berbagai media internasional, persoalan ekonomi tampaknya merupakan salah satu faktor yang menentukan kemenangan Obama. Tetapi, sejatinya yang diungkapkan oleh Obama barulah janji-janji yang bersifat umum saja. Kita belum tahu persis langkah spesifik apa yang akan dilakukannya nanti. Mungkin, itu pula yang mendorongnya mengumpulkan para penasihat ekonomi untuk segera merumuskan detailed plan mengenai jalan keluar dari krisis.

Sejauh ini, yang dilakukan oleh The Fed dan Pemerintah Amerika hanya mencakup empat hal, yakni pengenduran likuiditas, peningkatan penjaminan simpanan, bail out lembaga keuangan yang bermasalah, serta pembelian dan restrukturisasi toxic assets (aset beracun). Keempat langkah ini merupakan resep generik yang juga dilakukan oleh negara-negara maju lainnya.

Ternyata, krisis terus berlanjut dan semakin menjalar ke berbagai belahan dunia dan secara tidak langsung mengindikasikan bahwa keempat resep tersebut kurang efektif. Implikasinya, Obama harus menemukan 'jalan baru' untuk menyelamatkan perekonomian dari keterpurukan lebih lanjut. Kalau ternyata dia berhasil menemukan jalan tersebut, suatu saat pasti dikenal dengan Obamanomics.

Pertanyaannya, apakah jalan tersebut akan pernah ditemukan? Sulit untuk melihatnya dari sekarang, tapi mudah-mudahan itu bisa dia lakukan. Ada beberapa alasan strategis yang membuat dunia sangat mengharapkan solusi efektif dari Obama.

Pertama, Amerika merupakan sebuah kekuatan ekonomi terbesar di dunia sehingga kecepatan pemulihan ekonomi akan sangat membantu negara-negara lainnya. Sebaliknya, kalau ternyata nantinya Obama gagal, keterpurukan ekonomi dunia akan semakin menjadi-jadi. Saat ini, Amerika, Eropa, dan Jepang sudah memasuki resesi dan kemungkinan masih akan berlangsung sampai akhir tahun depan. Tugas Obama yang paling berat adalah bagaimana resesi itu tidak menjadi lebih dalam.

Kedua, krisis keuangan global saat ini sudah merambah ke hampir semua negara. Tak ada satu pun yang bisa menghindarinya. Karena itu, dibutuhkan sebuah koordinasi antarsemua negara untuk mengatasinya. Ada dua PR berat bagi Obama, yakni memimpin koordinasi global dan memberi solusi melalui keteladanan.

Dunia saat ini membutuhkan seorang pemimpin global yang bisa diterima oleh berbagai negara untuk membawa dunia keluar dari krisis. Seorang koboi, seperti Bush, jelas tidak cocok karena hanya akan memajukan kepentingannya sendiri. Sistem keuangan dunia sekarang ini sudah sangat terintegrasi sehingga menjadi sangat sulit untuk mencari jalan keluar secara sendiri-sendiri.

Selain itu, aksi penyelamatan yang dilakukan oleh sebuah negara bisa jadi membahayakan negara lainnya. Contohnya adalah nasionalisasi cabang-cabang Fortis di Belanda telah mengakibatkan cabang-cabang di negara lainnya menghadapi kebangkrutan. Pilihan yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda adalah rasional untuk negaranya sendiri karena cabang Fortis di Belanda adalah cabang yang lebih sehat. Tapi, itu menutup kemungkinan bagi cabang Fortis yang sehat untuk melakukan penyelamatan cabang yang tidak sehat secara internal. Di sinilah peran seorang pemimpin global diharapkan.

Kepemimpinan tentunya tidak hanya sekadar dalam bentuk koordinasi global, tetapi juga memberikan teladan dalam penyelamatan ekonomi. Salah satu hal yang membuat dunia saat ini menjadi lebih terpuruk adalah Amerika Serikat sendiri yang belum memberikan 'contoh' yang efektif untuk keluar dari krisis. Tentunya, ide-ide brilian bisa saja datang dari negara lain. Tetapi, sepanjang Amerika belum pulih, dunia masih akan tertatih-tatih.

Ketiga, pusat keuangan terbesar di dunia berada di Wall Street yang oleh Soros dan kawan-kawan dituding telah menjadi kasino yang jauh lebih berbahaya dibanding Las Vegas. Lembaga-lembaga terbesar di dunia juga pada umumnya berdomisili di Amerika. Oleh karena itu, penataan kembali sistem keuangan global harus dimulai dari Amerika.

Adalah sulit untuk menciptakan sistem keuangan global yang lebih adil dan stabil tanpa melibatkan reformasi di pasar keuangan domestik Amerika. Dengan kata lain, kalau kelak dilakukan reformasi keuangan di Amerika, Obama harus mempertimbangkan dampaknya terhadap negara lain, terutama negara berkembang.

Saat ini, sistem keuangan di negara maju didesain untuk menyedot sumber daya finansial dari negara berkembang sehingga cenderung memperburuk ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Sistem keuangan dunia telah terlanjur menjadi vampir bagi negara berkembang.Terakhir, kita berharap semoga ada Obamanomics yang tidak hanya terbatas untuk mengatasi krisis keuangan di Amerika, tetapi juga bagi negara-negara lainnya. Kita boleh berharap mengenai ini, tetapi mungkin realitas yang akan bercerita lain.mr-republika

Tidak ada komentar: