Kamis, 06 November 2008

Hujan Es di Mekah

Hujan Es di Mekah

By Republika Contributor
Email EMAIL
Print PRINT
Hujan Es di Mekah

HUJAN ES: Mendung masih tampak menggantung di atas Masjidil Haram. Hujan deras turun di kota Mekah pada beberapa hari terakhir, termasuk hujan es.

Sejak hujan lebat pada tahun 2004 lalu, yang sempat membuat banjir di sejumlah titik di Mekah, baru semalam turun hujan lebat lagi di Mekah. Subhanallah. Bukan itu saja, bahkan hujan semalam juga berupa butiran-butiran es kecil sebesar satu buku jari kelingking orang dewasa. Hujan berlangsung sejak sekitar pukul 11 malam pada Rabu (5/11) hingga Kamis pagi (6/11). Dua hari sebelumnya, di Madinah juga diguyur hujan lebat, setelah sekian tahun tidak turun hujan besar.

Wartawan Republika, Rahmat Santosa Basarah, dari Mekah, melaporkan bahwa sejumlah Temus (Tenaga Musiman) yang bekerja sebagai petugas haji di Wisma Haji, Mekah, mengutarakan hujan kali ini merupakan hujan terbesar sejak hujan besar pada 2004 lalu. Menurut mereka, hampir setiap pergantian musim memang terkadang ada hujan, namun biasanya hanya sedikit dan sebentar.

Karena lebatnya hujan, saya dan enam rekan saya yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH), bagian dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Mekah, sempat tertahan sebentar ketika hendak berangkat ke Masjidil Haram untuk shalat subuh. Waktu subuh di Mekah sekitar pukul 05.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Karena hujan, kami baru berangkat dari Wisma Haji yang juga Kantor Daker Mekah sekitar pukul 04.40 WAS. Kami, tim MCH PPIH di Mekah, bertujuh. Yaitu saya, Mandala Yudi dan Rustian Al Anshori (RRI), Yuni Eko Sulistiono dan Brams Harwin (RCTI), Pandu Dewantara (Fotografer Antara)dan Azhar Aziz (Sindo).

Udara pagi usai hujan itu terasa lebih dingin jika dibanding hari-hari sebelumnya. Jika hari-hari sebelumnya suhu udara pada pagi hari sekitar 26 derajat Celcius, pagi itu saya perkirakan sekitar 22 hingga 24 derajat Celcius. Usai hujan agak reda, kamipun berangkat dengan menggunakan kendaraan oeprasional MCH ke Masjidil Haram yang dipiloti oleh Pak Deden, seorang mukimin yang menjadi Temus, asli Tasikmalaya. Perjalanan ke Masjidil Haram yang berjarak sekitar 2,5 kilometer ditempuh sekitar 10 menit.

Sesampai di Masjidil Haram, puluhan petugas kebersihan Masjidil Haram tampak sibuk mengeringkan pelataran dan lantai Masjidil Haram yang basah karena hujan. Baik dengan menggunakan alat dengan tangan maupun pengering dengan menggunakan kendaran mini. Ternyata, Masjidil Haram pun menurut sejumlah petugas kebersihan asal Indonesia, sempat tergenang semata kaki. Hanya saja karena mereka siap //standy by// 24 jam, tak lama lantai yang semula tergenang itupun kering.

Kamipun langsung masuk Masjidil Haram dan mengambil shaf di sekitar Ka'bah. Karena tampaknya sudah tidak keburu lagi untuk Tawaf Sunnah, karena sudah menjelang adzan subuh. Usai shalat Subuh, kami baru melakukan Tawaf sunnah. Saat Tawaf, rintik-rintik hujan pun mulai turun.

Mungkin karena belum terlalu padat jamaah, para jamaah bisa bebas mengambil gambar atau mungkin sedikit berpose dalam Masjidil Haram dengan latar belakang Ka'bah. Asalkan dengan kamera kecil atau kamera HP. Namun jika menggunakan kamera profesional yang besar, akan ditegur oleh askar. Saya belum bisa memastikan apakah sikap askar yang agak longgar itu juga berlaku nanti pada musim puncak haji atau saat sudah banyak jamaah dari seluruh dunia datang. Saya dan rekan-rekan juga sempat berfoto di depan Ka'bah.

Sekitar pukul 06.00 WIB kamipun berkumpul di satu titik, dekat hotel Al Massa, dekat Masjidil Haram untuk kemudian saya mengontak pengemudi kendaran kami untuk menjemput. Pasalnya di sekitar lokasi itu tidak diperbolehkan parkir mobil lama. Di sekitar tempat kami menunggu ini, banyak wanita-wanita kulit hitam yang biasanya mengenakan pakaian serba hitam, menawarkan biji-bijian untuk pakan burung merpati. Di sekitar Masjidil Haram memang banyak burung merpati yang jinak dan banyak jamaah yang sengaja membeli biji-ijian itu untuk memberi makan burung-burung tersebut.

Saat menunggu, hujan yang tadinya gerimis, semakin lebat. Mungkin perlu juga untuk jamaah nanti saat ke Masjidil Haram, untuk menentukan atau menyepakati bersama titik pertemuan di sekitar Masjid. Ini penting mengantisipasi jamaah yang bisa terpisah dari rombongan atau regunya, karena padatnya manusia dari seluruh dunia pada puncak musim haji nanti.mr-republika

Tidak ada komentar: