Rabu, 12 November 2008

Dilema Seorang Perawan

Dilema Seorang Perawan











"Wanita itu seperti gelas kristal, jika cacat sedikit maka sudah tidak ada artinya. Oleh karena itu, jagalah kesucianmu nak, jangan sampai hilang sebelum waktunya." Begitulah sepenggal kalimat yang selalu diucapkan oleh ibu saya setiap kali memberikan nasihat soal keperawanan.

Zaman yang semakin 'edan' ini membuat arti keperawanan seorang wanita sepertinya sudah tidak dinomorsatukan lagi. Bahkan, dari hasil pembicaraan saya dengan banyak teman yang berasal dari berbagai kalangan, saya mendapatkan sebuah kesimpulan yang bunyinya sama, "hari gini yang namanya keperawanan itu cuma bonus." Ibarat promosi kartu kredit 'buy 1 get 1 free' kira-kira begitulah arti keperawanan saat ini di kalangan muda.

Saya selalu memegang teguh apa yang menjadi nasihat ibu saya, dan saya sangat serius dalam menjaga harta paling berharga dari seorang perempuan itu, walaupun banyak sekali godaan yang datang pada saya. Tidak jarang saya juga harus mendapat ledekan-ledekan tidak menyenangkan ketika berkumpul dengan teman-teman, karena saya menjadi satu-satunya yang masih perawan.

Kadang-kadang saya berpikir, apakah saya terlalu kolot? Atau memang zaman sudah jauh berubah dan saya adalah orang yang tidak bisa mengikuti arus perubahan itu? Terkadang muncul dilema di dalam hati, namun saya berusaha tetap teguh dengan pendirian saya, karena saya yakin keperawanan tetaplah sesuatu yang paling suci dan berharga yang dimiliki oleh setiap wanita, oleh karenanya harus dijaga dengan sebaik-baiknya sampai benar-benar menemukan orang yang tepat untuk menyerahkannya.mr-mediaindonesia.

Tidak ada komentar: