Ahmad Syafii Maarif:
Bahaya Gravitasi Mumpungisme
GRAVITASI mumpungisme yang melanda berbagai sektor kehidupan di Indonesia saat ini merupakan gelombang besar yang harus dilawan. Sebab, pada perlawanan itu terletak masa depan Indonesia."Bangsa Indonesia jangan menyerah kepada kekumuhan dan kekeruhan budaya karena kita orang merdeka,” kata mantan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif saat memberi sambutan dalam acara syukuran atas penghargaan Ramon Magsaysay Award 2008 dan silaturahim masyarakat Sumatra Barat di Padang, akhir pekan lalu.
Dalam acara ini hadir pula Gubernur Sumatra Barat, Gamawan Fauzi, muspida, dan tokoh masyarakat. Dalam kesempatan ini, Gubernur memberikan cincin penghargaan Pemrov Sumbar terhadap Syafii Maarif.
Syafii Maarif menilai Indonesia saat ini memerlukan orang-orang yang mau berjibaku, artinya pemimpin yang mampu menyerempet bahaya untuk kepentingan lebih besar. “Pentingnya pemimpin yang mau berjibaku karena dengan cara itulah untuk memecahkan masalah Indonesia. Sehingga negeri ini tidak dibiarkan seperti kampung tidak bertuan," katanya.
Menurutnya untuk bisa keluar dari berbagai persoalan, pelaksanaan good governance harus dilakukan secepatnya. Ia mengakui sebagian kabupaten dan kota sudah mulai melakukan hal ini dan perlu menjadi pedoman secara nasional, karena "pola umum" yang korup, kumuh dan rusak harus dihapus.
"Sesungguhnya bangsa ini masih bisa diperbaiki, dunia masih bisa dibenahi asal mau, tentu dengan kepemimpinan yang mempunyai visi jauh ke depan, tajam, sopan, beradab," katanya.
Ia mencontohkan presiden ketiga Filipina Ramon Magsaysay menjadi legendaris bukan karena nasibnya malang yang menyebabkan nyawanya tak tertolong saat pesawat yang ditumpangi menabrak sebuah gunung di Sebu 17 Maret 1957. Tetapi, karena keberaniannya melakukan penyimpangan dari pola umum untuk membela orang miskin dan menegakan demokrasi. Korupsi dilawannya rakyat kecil benar-benar dibelanya melalui kebijakan yang pro-orang miskin. Kebijakan yang seperti itulah, kata Maarif, yang dinantikan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Lebih jauh, tokoh kelahiran Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumbar, berharap seluruh komponen bangsa tidak terjebak dalam tindak kekerasan dengan mengatasnamakan agama dan kebenaran dengan meningkatkan toleransi, kearifan dan menghormati kemajemukan dalam memperjuangkan nilai-nilai agama dan kebenaran. Hal ini diungkapknya terkait dengan pro kontra pengesahan UU Pornografi. "Jika nantinya masih dapat kekurangan dalam UU Pornografi, UU itu bisa direvisi untuk disempurnakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar