Minggu, 02 November 2008

Bekerja dengan Hati

Bekerja dengan Hati

Oleh: Rina Eny Anawati SP

''Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan'.'' (QS Attaubah [9]: 105)

Setiap manusia pasti membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik itu menjadi tukang sapu, tukang parkir, pedagang, guru, penjahit, maupun pejabat sekalipun. Namun, tak banyak orang yang tahu esensi pokok dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan selain uang dan kedudukan dalam masyarakat.

Ayat di atas merupakan salah satu acuan bahwa bekerja mempunyai peranan yang sangat penting sebagai bagian dari amal shalih. Sungguh luar biasa jika semua orang dan semua lapisan masyarakat tahu bahwa keringat yang mereka kucurkan saat menarik becak, saat berjualan, saat naik kereta berdesak-desakan adalah sebuah jihad, perjuangan yang juga mempunyai nilai di hadapan Allah.

Bagaimanakah cara kita untuk menetapkan orientasi bahwa kerja adalah lahan jihad bagi kita? Salah satu solusi adalah bekerja dengan hati.

Bekerja dengan hati ialah mengoptimalkan segala sumber daya akal, yaitu kompetensi dan budi yang memegang peranan dalam perilaku. Bekerja dengan hati juga berarti memberikan dedikasi terbaik untuk mengukir sebuah karya dalam momentum sejarah. Bekerja dengan hati adalah menempatkan diri seadil-adilnya dalam posisi apa pun kita berperan dalam kehidupan.

Allah menciptakan kita dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada yang kaya dan yang miskin, ada yang pintar dan yang bodoh. Akan tetapi, semua itu adalah untuk menguji siapa di antara kita yang paling banyak amalnya di hadapan Allah. Siapa yang benar-benar, sungguh-sungguh menepati janjinya saat di alam ruh. Apa pun pekerjaannya, bila diniatkan sungguh-sungguh untuk beribadah kepada Allah maka Dia akan mencatatnya sebagai sebuah amal.

Suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang siapa-siapa saja yang terlebih dahulu masuk surga. Beliau menjawab dengan mengurutkan: Abu Bakar RA, Umar bin Khathab RA, dan sahabat-sahabat lain yang termasuk assabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam).

Ternyata, rahasia di balik para assabiqunal awwalun itu adalah orang-orang yang memberikan loyalitas dan kontribusi yang sangat besar untuk Islam. Mereka adalah orang-orang yang bekerja dengan hati sehingga potensi apa pun yang mereka miliki adalah sebuah perjuangan yang tiada pernah berhenti. Bagaimana dengan diri kita? Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar: