Puasa Asyura
Sudah
sangat maklum, kalau puasa mengandung banyak kebaikan, baik di dunia atau di
akhirat kelak. Dengan puasa seseorang dapat mengendalikan syahwat hawa
nafsunya, menjadi lebih tenang dan dapat mengendalikan diri. Dengan puasa juga dijanjikan
Allah akan terhindar dari api neraka, karena dapat menghapus dosa-dosa yang
pernah dilakukannya, dan ia juga dapat memberikan syafaat di akhirat kelak.
Begitu
pPuasa di bulan Muharram atau Asyura, akan membawa kebaikan-kebaikan
tersendiri, dan Rasulullah selalu
melakukannya. Kebiasaannya ini bahkan
sudah dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam sejak sebelum diwajibkannya
puasa Ramadhan dan terus berlangsung sampai akhir hayatnya Shallallahu ‘alaihi
wassalam Al Imam Al Bukhari dan Al Imam Muslim meriwayatkan di dalam shahih mereka dari
Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
مَا
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومَ
فَضْلِهِ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا اليَوْمِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهذَا الشَّهْرُ
يَعْنِي شَهْرُ رَمَضَانَ
“Aku
tidak pernah mendapati Rasulullah menjaga puasa suatu hari karena keutamaannya
dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura dan bulan
ini yaitu bulan Ramadhan”.
pada
hari Asyura atau Muharram kebaikan mendapatkan kemenangan atas kebatilan, orang-orang
mukmin yang sedikit mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir yang banyak.
Pada hari itu pula Allah menyelamatkan Nabi Musa ‘Alaihis sallam dan kaumnya
dari kejaran Fair’aun. Maka berpuasalah Nabi Musa ‘Alaihis sallam sebagai wujud
syukur kepada Allah. Hal ini menandakan akan keutamaan besar yang terkandung
pada puasa di hari ini. Oleh karena itu ketika beliau Shallallahu ‘alaihi
wassalam ditanya pada satu kesempatan tentang puasa yang paling afdhal setelah
Ramadhan, beliau menjawab bulan Allah Muharram. Dan Al Imam Muslim serta yang
lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ
الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa
yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan
shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. Hr Muslim
puasa
‘Asyura menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu, dari Abu Qatadah
Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Saw bersabda
وَصَوْمُ
يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَنَة
َالتِيْ قَبْلَهُ
“ Dan puasa di hari ‘Asyura’, sungguh
saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu”.
Orang-orang
jahiliyah pada masa pra Islam dan bangsa Yahudi sangat memuliakan hari asyura.
Hal tersebut karena pada hari ini Allah Subhanahu wa Ta’ala selamatkan Nabi
Musa ‘alaihissalam dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. Bersyukur atas
karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, Nabi Musa ‘alaihissalam akhirnya
berpuasa pada hari ini. Tatkala sampai berita ini kepada Nabi kita Shallallahu
‘alaihi wassalam, melalui orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah beliau
bersabda,
“Saya lebih berhak
mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi)”.
Yang
demikian karena pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sampai di
Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah berpuasa pada hari ini, maka beliau
sampaikan sabdanya sebagaimana di atas. Semenjak itu beliau Saw memerintahkan
ummatnya untuk berpuasa, sehingga jadilah puasa ‘Asyura diantara ibadah yang
disukai di dalam Islam. Dan ketika itu puasa Ramadhan belum diwajibkan.
Adalah
‘Abdullah bin ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma yang menceritakan kisah ini kepada
kita sebagaimana yang terdapat di dalam Shahih Bukhari
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ
الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ
عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ
فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
“Ketika tiba di Madinah,
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa ’Asyura. Kemudian
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam bertanya, ”Hari yang kalian bepuasa ini adalah hari apa?” Orang-orang
Yahudi tersebut menjawab, ”Ini adalah
hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan
kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada
hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada
hari ini”. Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam lantas berkata, ”Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada
kalian.”. Lalu setelah itu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk
berpuasa.”
(HR Al Bukhari
Dan
dari Aisyah radiyallahu ‘anha, ia mengisahkan,
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ
فَلَمَّافُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
“Dahulu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura. Dan
ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura)
ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh
berbuka”. HR Al Bukhari
.
Mengenai
pelaksanaan puasa Asyura, Sebagian
ulama berpendapat berpuasa pada hari ke-9, 10, dan 11 Muharram. Inilah yang
dianggap sebagai tingkatan lain dalam melakukan puasa Asy Syura. Rasulullah Saw,
bersabda :
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ
وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ يَوْماً
“Puasalah
pada hari ’Asyura’ (10 Muharram, pen) dan selisilah Yahudi. Puasalah pada hari sebelumnya
atau hari sesudahnya.” wallhu’alam,
mr-Nop2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar