Selasa, 30 September 2008

Ketika Penglihatan Itu Hilang Oleh:Dian Syarief

Ketika Penglihatan Itu Hilang Oleh:Dian Syarief

Banyak hikmah yang dipetik ketika lupus merenggut 95 persen penglihatan saya. Merasakan hangatnya mentari, hembusan angin, dan belajar membedakan gelap terang menjadi hal penting yang sebelumnya terabaikan ketika penglihatan masih berfungsi normal. Bahkan, kini suara nyamuk pun terdengar nyaring dan bau terbakar pun cepat tercium.

Ada kesedihan yang menyergap ketika pertama kali meraba huruf timbul braille. Diperlukan ketekunan untuk meraba huruf demi huruf agar dapat membaca sebuah kata. Betapa mudahnya dahulu ketika masih dapat melihat, kalimat demi kalimat cepat terserap, serta membaca terasa begitu cepat dan nikmat. Alangkah kikuknya ketika pertama kali harus menggunakan tongkat putih sebagai alat bantu untuk berjalan dan mendeteksi yang ada di sekeliling. Tidak mudah memang membiasakan diri menjadi orang tanpa penglihatan.

Ironisnya, justru dahulu saya paling takut ketika tengah malam terbangun dari tidur dalam keadaan gelap gulita karena listrik padam. Menyenggol, menumpahkan, atau memecahkan suatu barang telah menjadi hal biasa. Bahkan, ketika tanpa sadar mendekatkan wajah terlalu dekat ke kompor. Lemari pakaian yang semula rapi, kini kerap berantakan seusai berjuang mencari pakaian yang ingin dikenakan. Pun, ketika nyaris menginjak seekor kalajengking karena tak terlihat.

Namun, selalu saja ada pertolongan dari-Nya. Sungguh, memang Dia selalu menjaga dan memelihara makhluk-Nya.
Kini, saya bukan melihat TV, tapi mendengarkan TV. Bukan membaca buku, tetapi mendengar buku melalui audio book. Tidak membaca Alquran, tapi mendengarkan Alquran. Tidak melihat warna baju, tapi meraba seratnya dan membayangkan modelnya.

Ada satu aset yang masih dapat dimanfaatkan, yaitu isual memory yang akan menuntun untuk berasosiasi dan membayangkan apa yang seharusnya terlihat. Masih ada satu lagi pertolongan yang Maha Pengasih dan Penyayang, yaitu Dia menggetarkan hati para relawan yang ikhlas berbuat sesuatu bagi sesama dengan berfungsi sebagai reader(pembaca), penunjuk arah, penunjuk jalan, dan lain-lain. Betapa berharganya penglihatan baru saya sadari ketika penglihatan itu hilang. Maka, di pengujung Ramadhan ini, sudahkah Anda mensyukuri nikmat melihat dengan menggunakan mata Anda untuk hal-hal yang bermanfaat?mr-republika

Tidak ada komentar: