Senin, 15 September 2008

Buah Haji Mabrur Orang yang hajinya mabrur memancarkan manfaat bagi dirinya maupun orang lain.


Setiap orang yang pergi menunaikan ibadah haji berharap menggapai haji yang mabrur. Dalam bahasa yang sederhana, haji mabrur artinya adalah haji yang diterima oleh Allah SWT.

Haji mabrur merupakan puncak kesempurnaan ibadah haji seseorang. Rasulullah menegaskan bahwa haji mabrur itu balasannya adalah surga. ''Siapa orang yang hajinya mabrur, tiada balasan baginya kecuali surga.''

Bagaimanakah ciri orang yang hajinya mabrur? Yang jelas, buah haji mabrur itu tidak hanya berdampak pada dirinya, melainkan juga bagi orang lain. Dia memancarkan manfaat bagi dirinya maupun orang lain. ''Orang yang hajinya mabrur itu cirinya setelah pulang haji ada perubahan dalam hidupnya menjadi lebih baik. Maksiat dia tinggalkan. Bahkan perbuatan yang tidak bermanfaat pun dia tinggalkan. Dulu shalatnya kurang lengkap, sekarang lengkap, bahkan ditambah dengan shalat sunnah,'' papar ulama kondang, KH Ma'ruf Amin.

Pembimbing ibadah Saudi Wisata Travel, Ustadz M. Kosasih M. Ag mengatakan, ''Orang yang hajinya mabrur itu ada perubahan yang tampak jelas dalam kehidupan sehari-harinya. Ada perubahan ke arah yang lebih baik. Pendek kata, segala macam segi ibadah berubah ke arah yang lebih baik. Perilakunya juga berubah menjadi lebih baik.''

Dia mencontohkan, shalat fardhu. ''Orang yang hajinya mabrur selalu berusaha menjaga shalat fardhu tepat pada waktunya. Tidak hanya shalat sendiri, melainkan berjamaah. Tidak hanya shalat fardhu, tapi juga shalat sunnah, baik qabliyah dan ba'diyah, Tahajud dan Witir, Dhuha dan lain sebagainya. Jadi, tidak hanya selama di Tanah Suci dia rajin shalat fardhu berjamaah dan shalat-shalat sunnah utama, melainkan juga setelah kembali ke Tanah Air, ibadah yang berkualitas itu dia tunaikan setiap hari,'' papar Kosasih.

Ciri lainnya adalah sedekah. ''Orang yang hajinya mabrur ringan tangan untuk bersedekah, terutama membantu anak-anak yatim dan orang miskin. Kalau sedekah yang sunnah saja dia tunaikan, apalagi zakat yang hukumnya wajib,'' tandas Ustadz Kosasih.

Pengasuh Pengajian Bani Adam Boyolali, Jawa Tengah, Ustadz Matyoto Fahruri menyebutkan beberapa ciri orang yang hajinya mabrur. Pertama, ibadah yang dilakukannya di Tanah Suci dia bawa ketika kembali ke Tanah Air, terutama shalat lima waktu. Begitu mendengar adzan, atau bahkan sebelum adzan terdengar, dia sudah bersiap-siap untuk melakukan shalat. Shalatnya pun berjamaah, bukan shalat sendirian.

Kedua, sebagaimana yang Rasulullah tegaskan, orang yang hajinya mabrur selalu berupaya menjaga lisannya agar jangan sampai menyakiti orang lain. Ketiga, dia menjadi hamba Allah yang dermawan. Kalau dia berilmu, maka dia dermawan dengan ilmunya. Dia selalu siap berdakwah kapan saja dan di mana saja. Dia tidak pilih-pilih orang yang mengundang. Ada amplopnya atau tidak, tidak dia jadikan pertimbangan untuk memenuhi undangan tersebut atau tidak. Orang yang punya harta, dermawan dengan hartanya. Dia gemar bersedekah untuk menolong orang-orang miskin dan anak-anak yatim yang butuh bantuan. Orang yang punya tenaga, dermawan dengan tenaganya. Dia selalu ringan tangan membantu berbagai kegiatan yang berguna bagi masyarakat, maupun membantu tenaga tetangga dan orang-orang lain yang memerlukannnya.

Keempat, orang yang hajinya mabrur selalu berusaha meninggalkan larangan Allah dan perbuatan yang sia-sia. ''Ia meninggalkan maksiat dan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat,'' papar Ustadz Matyoto Fahruri.
Tentu saja, tidak mudah untuk meraih haji mabrur itu. Hal itu harus dimulai jauh sebelum ritual haji itu sendiri dilaksanakan. Salah satu hal terpenting adalah harta yang dipakai untuk pergi haji haruslah harta yang halal. ''Salah satu yang terpenting adalah harta yang digunakan untuk pergi haji itu harta yang halal. Kalau hartanya haram, bagaimana mungkin dia akan meraih haji mabrur? Allah itu Mahabaik dan hanya menerima yang baik

Setiap orang yang pergi menunaikan ibadah haji berharap menggapai haji yang mabrur. Dalam bahasa yang sederhana, haji mabrur artinya adalah haji yang diterima oleh Allah SWT.

Haji mabrur merupakan puncak kesempurnaan ibadah haji seseorang. Rasulullah menegaskan bahwa haji mabrur itu balasannya adalah surga. ''Siapa orang yang hajinya mabrur, tiada balasan baginya kecuali surga.''

Bagaimanakah ciri orang yang hajinya mabrur? Yang jelas, buah haji mabrur itu tidak hanya berdampak pada dirinya, melainkan juga bagi orang lain. Dia memancarkan manfaat bagi dirinya maupun orang lain. ''Orang yang hajinya mabrur itu cirinya setelah pulang haji ada perubahan dalam hidupnya menjadi lebih baik. Maksiat dia tinggalkan. Bahkan perbuatan yang tidak bermanfaat pun dia tinggalkan. Dulu shalatnya kurang lengkap, sekarang lengkap, bahkan ditambah dengan shalat sunnah,'' papar ulama kondang, KH Ma'ruf Amin.

Pembimbing ibadah Saudi Wisata Travel, Ustadz M. Kosasih M. Ag mengatakan, ''Orang yang hajinya mabrur itu ada perubahan yang tampak jelas dalam kehidupan sehari-harinya. Ada perubahan ke arah yang lebih baik. Pendek kata, segala macam segi ibadah berubah ke arah yang lebih baik. Perilakunya juga berubah menjadi lebih baik.''

Dia mencontohkan, shalat fardhu. ''Orang yang hajinya mabrur selalu berusaha menjaga shalat fardhu tepat pada waktunya. Tidak hanya shalat sendiri, melainkan berjamaah. Tidak hanya shalat fardhu, tapi juga shalat sunnah, baik qabliyah dan ba'diyah, Tahajud dan Witir, Dhuha dan lain sebagainya. Jadi, tidak hanya selama di Tanah Suci dia rajin shalat fardhu berjamaah dan shalat-shalat sunnah utama, melainkan juga setelah kembali ke Tanah Air, ibadah yang berkualitas itu dia tunaikan setiap hari,'' papar Kosasih.

Ciri lainnya adalah sedekah. ''Orang yang hajinya mabrur ringan tangan untuk bersedekah, terutama membantu anak-anak yatim dan orang miskin. Kalau sedekah yang sunnah saja dia tunaikan, apalagi zakat yang hukumnya wajib,'' tandas Ustadz Kosasih.

Pengasuh Pengajian Bani Adam Boyolali, Jawa Tengah, Ustadz Matyoto Fahruri menyebutkan beberapa ciri orang yang hajinya mabrur. Pertama, ibadah yang dilakukannya di Tanah Suci dia bawa ketika kembali ke Tanah Air, terutama shalat lima waktu. Begitu mendengar adzan, atau bahkan sebelum adzan terdengar, dia sudah bersiap-siap untuk melakukan shalat. Shalatnya pun berjamaah, bukan shalat sendirian.

Kedua, sebagaimana yang Rasulullah tegaskan, orang yang hajinya mabrur selalu berupaya menjaga lisannya agar jangan sampai menyakiti orang lain. Ketiga, dia menjadi hamba Allah yang dermawan. Kalau dia berilmu, maka dia dermawan dengan ilmunya. Dia selalu siap berdakwah kapan saja dan di mana saja. Dia tidak pilih-pilih orang yang mengundang. Ada amplopnya atau tidak, tidak dia jadikan pertimbangan untuk memenuhi undangan tersebut atau tidak. Orang yang punya harta, dermawan dengan hartanya. Dia gemar bersedekah untuk menolong orang-orang miskin dan anak-anak yatim yang butuh bantuan. Orang yang punya tenaga, dermawan dengan tenaganya. Dia selalu ringan tangan membantu berbagai kegiatan yang berguna bagi masyarakat, maupun membantu tenaga tetangga dan orang-orang lain yang memerlukannnya.

Keempat, orang yang hajinya mabrur selalu berusaha meninggalkan larangan Allah dan perbuatan yang sia-sia. ''Ia meninggalkan maksiat dan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat,'' papar Ustadz Matyoto Fahruri.
Tentu saja, tidak mudah untuk meraih haji mabrur itu. Hal itu harus dimulai jauh sebelum ritual haji itu sendiri dilaksanakan. Salah satu hal terpenting adalah harta yang dipakai untuk pergi haji haruslah harta yang halal. ''Salah satu yang terpenting adalah harta yang digunakan untuk pergi haji itu harta yang halal. Kalau hartanya haram, bagaimana mungkin dia akan meraih haji mabrur? Allah itu Mahabaik dan hanya menerima yang baikmr-republika

Tidak ada komentar: