Selasa, 30 September 2008

i'tikaf di London Timur

0 I'tikaf di London Timur


Lingkungan di luar The East London Mosque terlihat hiruk-pikuk khas kesibukan rutinitas di Ibu kota Inggris itu. Namun di dalam masjid suasana jauh berbeda. Puluhan Muslim berdiam diri dan tinggal di dalam ketenangan masjid untuk melakukan I'tikaf dalam sepuluh hari terakhir Ramadan.

"Lihat sekitar anda. Orang-orang ini datang dari latar belakang dan etnis berbeda. Anda dapat menemukan orang Arab, India, Pakistan dan Somalia," ujar Ayoub Khan, sekretaris jendral masjid seperti yang dikutip oleh IslamOnline.com.

Hanya saja masjid yang menjadi landmark di jantung Timur London itu hanya dapat mengakomodasi 100 Muslim yang ingin melakukan i'tikaf. Ketika lebih dari dua ratus lelaki ingin mendaftar untuk melakukan i'tikaf, pihak masjid pun melakukan pemungutan untuk menentukan siapa yang bakal mendapat jatah di dalam masjid.

Berdiam diri selama sepuluh hari lebih dalam masjid membantu para jamaat i'tikaf untuk melepaskan diri dari urusan dunia dan menghabiskan waktu khusus untuk beribadah dan bermohon.

"Pihak masjid memberikan makanan tiap hari, Al Qur'an dan buku-buku Islami," ujar Ayoub yang juga bertanggung jawab atas program i'tikaf.

Aula masjid yang digunakan untuk i'tikaf dibagi dalam ruang-ruang yang sama sebagai ruang pribadi setiap 100 lelaki Muslim. Semua ruang tersebut mengarah ke ruang aula pusat dimana para jamaah melakukan sholat.

"Saya harap pada akhir Ramadan, saya akan khatam (selesai membaca satu kitab penuh) membaca Al Qur'an," harap Mohamed Malik yang duduk di salah satu sudut aula. Seperti jamaah lain, Malik mulai beri'tikaf di dalam masjid setiap hari seusai pulang kerja.

"Saya pergi bekerja setiap hari pada pukul 8 dan kembali ke masjid setelah pukul 5," ungkap pria asal Bengali berusia 41 tahun itu. "Sisa setiap hari dan malam saya gunakan untuk berdoa dan membaca Al Qur,an,"

Sementara bagi Usama Al Aazami, waktu untuk melakukan i'tikaf adalah waktu yang paling berharga di sepanjang tahun. "I'tikaf memberimu prespektif hidup yang sama sekali berbeda," ujar pria berusia 24 tahun itu. "Anda menjauh dari hal-hal duniawi dan mencurahkan hidup, badan, pikiran dan jiwa untuk berdoa kepada Allah dan meminta pengampunan. Pengalaman batin yang luar biasa" kata Usama lagi./it.mr-republika

Tidak ada komentar: