Kamis, 01 Mei 2014

Sholat berhadiah



Sholat berhadiah

Koran tempo terbitan kamis ini berjudul Di Bengkulu Ada Lomba Salat Jamaah Berhadiah Mobil. Warga berbondong-bondong memadati masjid At Taqwa di Kota Bengkulu, Rabu 12 Februari 2014. Mereka tidak hanya berniat melaksanakan salat Dzuhur berjemaah, tapi mendaftar dan ikut berpartisipasi dalam perlombaan salat berjamaah yang berhadiah mobil, berangkat haji dan umroh. Pemerintah Kota Bengkulu, melalui Kementerian Agama, mulai Rabu 12 Februari 2014 membuka stan pendaftaran bagi masyarakat yang ingin ikut salat berjemaah 'berhadiah.

Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan untuk menciptakan Bengkulu sebagai Kota Religius dengan cara meramaikan masjid pada waktu salat. Hadiah tersebut diberikan sebagai motivasi dan pengharagaan bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah. Pemerintah Kota Bengkulu mengalokasikan anggaran Rp 2,3 miliar. Jika anggaran untuk hadiah itu kurang, wali kota yang akan menanggung selebihnya. 
Tentu saja kebijakan tersebut membuahkan pro-kontra, ada yang setuju namun juga banyak yang tidak. Namun kalau kita kembali pada masa awal penyebaran agama di Jawa, pada masa wali songo, ada semacam persamaan dalam tujuan akhirnya. Di masa itu wali songo melihat masyarakat yang gemar pada kesenian, seperti wayang, pasar malam, gamelan, dan kesenian-kesenian lainnya yang berbau budaya lokal. Hal ini kemudian menjadi alat dakwah mereka untuk mengajak masyarakat masuk islam, menyembah, Allah dan meninggalkan kemusyrikkan. sebelum mengajak untuk shalat berjamaah, wali songo menggelar kesenian gamelan di pelataran masjid untuk mengumpulkan masyarakat. Setelah masyarakat berkumpul, mereka diajak untuk campursarinan, gendhingan, dan disajikan pagelaran wayang kulit. Setelah itu mereka kemudian diajak untuk bersyahadat dan akhirnya diajak untuk shalat berjamaah yang baik dan benar. 

Kaitan dalam sholat jamaah berhadian saat ini digelindingkan, antara si penggagas shalat berjamaah berhadiah dengan wali songo nampaknya memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin meningkatkan jumlah jamaah masjid. Namun dalam strateginya berbeda. Kalau wali songo mengajak "dolanan" dahulu kemudian "sembahyang" tapi kalau si penggagas shalat berjamaah berhadiah mengajak sembahyang biar dapat "dolanan". satu semangat namun dua strategi yang berbeda inilah yang seharusnya menjadi bahan renungan khususnya para mubaligh yang berusaha untuk membina umat menjadi lebih baik. Makna lebih baik bukan berarti meningkatkan kualitas spiritual secara lahiriyah namun juga bathiniyah, karena hakikat dari beragama adalah untuk meningkatkan kualitas bathiniyah sehingga bisa dekat dengan ALlah. 

Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Provinsi Bengkulu, "Niat Wali Kota bagus, namun harus diperhatikan kesetaraan beragama, bagaimana dengan penganut agama lain selain muslim, harus ada solusi, sehingga tidak ada diskriminasi.

Dalam syarat untuk mendapatkan hadiah tersebut, warga harus melakukan shalat dzuhur berjemaah di Masjid At-Taqwa sebanyak 42 kali berturut-turut untuk mendapatkan hadiah umrah, dan selanjutnya 52 kali diberangkatkan haji. Jika konsisten, warga akan mendapatkan mobil pribadi milik Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan, yaitu Toyota Innova
.


Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak 27 derajat.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Shalat jama’ah itu senilai dengan 25 shalat. Jika seseorang mengerjakan shalat ketika dia bersafar, lalu dia menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, maka shalatnya tersebut bisa mencapai pahala  50 shalat.
 “Kadang keutamaan shalat jama’ah disebutkan sebanyak 27 derajat, kadang pula disebut 25 kali lipat, dan kadang juga disebut 25 bagian. Ini semua menunjukkan berlipatnya pahala shalat jama’ah dibanding dengan shalat sendirian dengan kelipatan sebagaimana yang disebutkan.”

Tidak ada komentar: