Kamis, 01 Mei 2014

Namanya Qona’ah



Namanya Qona’ah
Dalam arti yang sederhana, Qana’ah berarti merasa cukup, puas, dan ridha (menerima) terhadap bagian rezki atau apapun yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Dalam peterminasi lain, qona’ah dapat dimengerti sebagai selalu merasa berkecukupan, tidak merasa kurang dengan terus mengeluh, dan tidak juga serakah dalam meraih kekayaan, kedudukan, dan jabatan.
Dalam mencapai cita-cita duniawi manusia seringkali dilupakan akan hakekatnya sebagai makhluk ciptaan, dalam arti bahwa apa yang diberikan Allah SWT merupakan pemberian yang baik baginya. Hanya karena tipuan dunia, ia kemudian melupakannya dengan terus mengejarnya dengan berbagai cara, sekalipun itu cara yang tidak dibenarkan. Sampai-sampai tidak peduli lagi dengan cara haram yang dilarang syariat. Ia lupa akan memberian terbaik Allah SWT dan lupa juga mensyukurinya. Fitman Allah SWT Qs 100 : 8. “
Sabda Rasulullah Saw ““Jadilah engkau orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling ahli ibadah; dan jadilah engkau yang selalu merasa cukup (qana’ah), niscaya engkau menjadi orang yang paling pandai bersyukur. (HR Al-Baihaqi).
Rasulullah Saw,  lalu melanjutkan pesannya,
Sebab Allah SWT menegaskan, “Dan sedikit sekali hamba-hamba-Ku yang pandai bersyukur.” (QS Saba’ [34]: 13).

Dengan kata lain, firman tersebut di atas memberikan pengertian bahwa bersikap qana’ah merupakan kunci menjadi orang yang bersyukur. Hanya orang yang qona’ah lah orang yang pandai bersyukur, karena ia tahu dan mengerti bahwa yang diberikan Allah SWT adalah pemberian terbaik bagi Allah SWT untuknya. Jika sebelumnya ia mendapat rezeki yang banyak, kemudian berubah menjadi lebih sedikit, ia tetap menyikapinya bahwa itu adalah pemberian yang terbaik baginya, tidak lebih banyak tapi lebih baik.

Dalam kesempatan lain Rasulullah Muhammad SAW  bertanya kepada Abu Dzar Al-Ghifari. "Wahai Abu Dzar, apakah menurutmu banyaknya harta itu merupakan kekayaan? Abu Dzar diam saja, tidak menjawab. Pertanyaan itu lalu dijawab sendiri oleh Nabi: Kekayaan hakiki adalah kekayaan hati; dan kemiskinan sejati adalah kemiskinan hati. Siapa yang memiliki kekayaan hati, maka kondisi  duniawi apapun yang dialaminya tidak akan mendatangkan kemudharatan baginya. Sebaliknya, siapa yang miskin hati, maka  apapun yang melebihi isi dunia  tidak akan pernah mencukupinya." (HR Ibnu Hibban)

orang yang bersikap qonaah, hidupnya selalu dalam keadaan wajar, bila ia mendapatkan rezeki, tidak menjadikannya sombong, ia tahu yang ia terima merupakan titipan Allah SWT, sebaliknya ia bertambah bersyukur, amaliahnya semakin baik. Sebaliknya bila ia mendapat rexeki yang sedikit, tidak seperti biasanya ia tetap bersyukur, ia tahu yang demikian pemberian Allah SWT yang terbaik baginya.


Rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya, ia sikapi dengan  tidak diukur menurut tingkat pendidikan, kedudukan, dan jabatan. Ia tidak iri dan dengki terhadap kelebihan dan kekayaan yang diberikan kepada orang lain. Sebab iri dan dengki hanya akan menambah penderitaan jiwa dan pengikisan amal kebajikan si pendengki. Semuanya disikapinya  sebagai ujian baginya,  apakah dia bisa memanfaatkan dan mensyukurinya dengan baik atau justeru mengingkarinya. kecil maupun besar, sedikit maupun banyak, ia selalu  bersyukur, dan yakin bahwa yang membuat pemberian Allah itu bermakna dan bernilai tambah adalah syukur.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim [14]: 7).


Tidak ada komentar: