Yang
memperkenalkan Maulud Nabi
Peringatan kelahiran Rasulullah Saw, atau disebut
maulid nabi, merupakan peringatan yang sudah sangat lazim di tanah air.
Walaupun dibeberapa negara lain tidak dikenal, dan tidak ada peringatan semacam
itu. Siapakah yang mengenalkannya pertama kali, inilah yang menjadi coretan
kali ini.
Menurut beberapa catatan sejarah, orang atau kelompok
yang pertama kali memperkenalkannya adalah Bani Tathiniyah, ia menamakan
dirinya sebagai Bani Fatimiyah, yang maksudnya Fatimah keturunan Nabi Saw.
Secara keselurhan Bani Bathiniyah memiliki enam peringatan, 1. Maulid Nasi Saw,
2. Maulid Ali bn Ali Thalib, 3. Maulid Fatimah, 4. Maulid Hasan, 5. Maulid
Husen, 6. Maulid penguasa mereka. Bani bathiniyah berkuasa pada abad ke 4 H,
melewati abad sebelumnya, masa para
sahabat Nabi Saw, Tabi’in dan para Tabi’in. Sebelumnya tidak perayaan maulid
Nabi Saw.
Dalam sebuah riwayah, yang perlu diteliti lagi, bahwa tujuan utama daulah ini mengadakan peringatan
maulid Nabi Saw adalah dalam rangka menyebarkan aqidah dan kesesatan mereka.
Mereka mengambil simpati kaum muslimin dengan kedok cinta ahli bait. Siapakah
kelompok Bani Bathiniyah ini, bukan lain adalah kelompok syiah pengikut dari
Ubaid Maimun Al Qoddah.*1 Dengan menyebut dirinya sebagai Bani Fatimiyah karena
menganggap bahwa pemimpin mereka adalah keturunan Fatimah putri Nabi Saw.
Kelompok ini memiliki paham Syiah Rafidhah , yang pada musim haji tahun 317 H melakukan
kekacauan di tanah haram dengan membantai para jama’ah haji, merobek-robek kain
penutup pintu ka’bah, dan merampas hajar aswad serta menyimpannya di daerahnya
di kawasan teluk Persia selama 22 tahun.
Pimpinannya saat itu Abu Thahir Al Qurmuthy, dengan mengerahkan anak buahnya
sebanyak 700 orang bersenjata. Pada tahun 339 H, setelah 22 tahun hajar aswad
dikembalikan lagi ke Ka’bah dengan tebusan 30.000 dinar oleh yang berkuasa
Khalifah Abbasiyah Al Muthi’lillah. *2
Kini peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, sudah
menjadi biasa dan setiap tahunnya diadakan. Di samping untuk syiar dengan
berkumpulnya ummat di suatu tempat, juga mendengarkan kisah perjuangan dan
keteladanan Rasulullah Saw. Yang penting untuk diambil sebagai pelajaran
selanjutnya adalah bagaimana seseorang muslim dapat mengambil intisarinya dari
peringatan tersebut. Kalau keteladanan Rasulullah Saw –salah satunya adalah
jujur, maka itu diambil sebagai pelajaran dan teladan, bagaimana ummat
melaksanakannya. Bagaimana ia bisa berlaku jujur, sebagai pedagang yang jujur,
yang menjual dagangannya dengan tidak menipu, dengan memasukkan atau mencampur
dengan yang busuk, dengan harapan dapat terambil pembeli. Begitu seterusnya
dengan akhlaknya yang agung*2, atau keteladanan Rasulullah Saw selanjutnya.*3
|
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Qs 33:21
|
--------------m
*1. Abu Ubaid
Al Qoddah, Nama aslinya Ubaidillah bin Maimun, digelari dengan Al Qoddah
yang artinya mencolok, karena orang ini suka memakai celak sehingga matanya
kelihatan mencolok.. Dia menanamkan aqidah batiniyah. Dimana setiap ayat
Alquran itu memiliki makna batin yang hanya diketahui oleh orang-orang khusus
di antara kelompok mereka. Dia adalah pendiri dan sekaligus orang yang pertama
kali memimpin Bani Fatimiyah. Pengikutnya menggelarinya dengan Al Mahdi Al Muntazhar (Al Mahdi
yang dinantikan kedatangannya). Berasal dari Iraq dan dilahirkan di daerah
Kufah pada tahun 206 H.
*2.
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan
sungguh engkau ( Muhammad SAW ) berada pada akhlak yang agung”.
*3. Jangan sampai memperingati Maulid Nabi sampai
larut malam, kemudian esoknya telat sholat subuh, atau malah tidak sholat. Atau begitu semangatnya
mengadakan peringatan, tapi tdak melaksanakan sunnahnya.
*4. Drs. Umay m Dja’far Siddiq M.A, Hajar Aswad, CV Al
Guraba, Jakarta 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar