Minggu, 10 Februari 2013

Musafir


Musafir
Dalam sebuah riwayah, Rasulullah pernah mengkiaskan tentang kehidupan dunia ibarat musafir yang pergi jauh dari kampung halamannya, dan sekali waktu pasti ingin kembali, yaitu kembali ke surga sebagai kampung halamannya , dimana Nabi Adam As sebagai manusia pertama tinggal. Untuk bisa kembali ia harus sungguh-sungguh bekerja dan membawa bekal yang cukup, yaitu amal kebaikan berupa pahala.
Dari Ibnu Umar rodhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundakku dan bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau penyeberang jalan.” Ibnu Umar rodhiallahu ‘anhu berkata, “Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu pagi hari, dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore, manfaatkanlah masa sehat. Sebelum datang masa sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)*1.
Dalam riwayah lain, Ibnu Umar berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku”, hal ini menunjukkan perhatian yang besar pada beliau, dan saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata: “beliau pernah memegang kedua pundakku”. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang jalan”. Jika manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat penting yang sesuai dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam) memulai kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing. Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga. Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang penuh cobaan di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana yang disabdakan oleh Al Musthofa shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagai musafir, ia tidak akan dapat kembali ke kampung halamannya sehingga dia beramal dengan amalan yang menjadi syarat untuk dapat kembali. Syaratnya adalah senantiasa menghadirkan hukum syariat di hatinya dalam setiap keadaan kemudian melaksanakan konsekuensi hukum tersebut. Jika lalai dan terjerumus dalam dosa segera istighfar dan bertaubat sehingga keadaannya lebih baik dibanding sebelum berdosa. Itulah manusia yang dapat kembali ke kampung halamannya dalam keadaan yang paling sempurna.



Demikianlah hakikat dunia, tempat musafirnya manusia seperti  Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun.Qs Al Ankabut 14 : “Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS Al Ankabut: 14)
Kemudian zaman itu  selesai dan telah berlalu, datang lagi sebuah kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu kembali. Kemudian setelah mereka,  datang  lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 50 tahun 40 tahun dan seterusnya. Semakin lama semakin pendek jaraknya, dan kematian akan menghampiri setiap orang dan kembali ke kampung halamannya  dengan selamat bagi yang cukup bekal.  karena itu Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma mengatakan:“Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)
Karenanya  setiap orang wajib untuk memberikan perhatian pada dirinya dan sadar betul akan kedudukannya di dunia, bahwa dunia adalah negeri yang asing, negeri yang penuh ujian, negeri tempat berusaha, negeri yang sementara dan tidak kekal, dengan demikian  niscaya hati  akan menjadi sehat, tidak khilap dengan segala cobaan dunia. Qs 3: 14 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Ali Imron: 14.

 “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada pagi hari jangan menunggu datangnya sore.”mr- feb2013

---------
*1. Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press

Tidak ada komentar: