Musafir
Dalam sebuah riwayah, Rasulullah pernah mengkiaskan
tentang kehidupan dunia ibarat musafir yang pergi jauh dari kampung halamannya,
dan sekali waktu pasti ingin kembali, yaitu kembali ke surga sebagai kampung
halamannya , dimana Nabi Adam As sebagai manusia pertama tinggal. Untuk bisa
kembali ia harus sungguh-sungguh bekerja dan membawa bekal yang cukup, yaitu amal
kebaikan berupa pahala.
Dari Ibnu Umar rodhiallahu
‘anhu berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundakku dan
bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini
seperti orang asing atau penyeberang jalan.” Ibnu Umar rodhiallahu ‘anhu
berkata, “Jika kamu berada di sore
hari, jangan menunggu pagi hari, dan jika engkau di pagi hari janganlah
menunggu sore, manfaatkanlah masa sehat. Sebelum datang masa sakit dan masa
hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)*1.
Dalam riwayah lain, Ibnu Umar berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa
sallam pernah memegang kedua pundakku”, hal ini menunjukkan perhatian yang
besar pada beliau, dan saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata:
“beliau pernah memegang kedua pundakku”. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang
jalan”. Jika manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat
penting yang sesuai dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam) memulai
kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka
manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan
manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing.
Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam
masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga.
Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas
perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka
engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa
mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat
tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang
penuh cobaan di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana
yang disabdakan oleh Al Musthofa shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagai musafir, ia tidak akan dapat kembali ke kampung halamannya
sehingga dia beramal dengan amalan yang menjadi syarat untuk dapat kembali.
Syaratnya adalah senantiasa menghadirkan hukum syariat di hatinya dalam setiap
keadaan kemudian melaksanakan konsekuensi hukum tersebut. Jika lalai dan
terjerumus dalam dosa segera istighfar dan bertaubat sehingga keadaannya lebih
baik dibanding sebelum berdosa. Itulah manusia yang dapat kembali ke kampung
halamannya dalam keadaan yang paling sempurna.
Demikianlah hakikat dunia, tempat musafirnya manusia seperti Nabi Adam
telah menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama
1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun.Qs Al Ankabut 14 : “Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun
kurang lima puluh tahun” (QS Al Ankabut: 14)
Kemudian zaman itu selesai dan telah berlalu, datang lagi sebuah kaum yang hidup
selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu kembali. Kemudian setelah mereka, datang lagi kaum
yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 50 tahun 40 tahun dan seterusnya. Semakin lama semakin pendek jaraknya, dan kematian akan menghampiri
setiap orang dan kembali ke kampung halamannya dengan selamat bagi yang cukup bekal. karena itu Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma mengatakan:“Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum
mati” (HR. Bukhori)
Karenanya setiap orang wajib untuk memberikan perhatian
pada dirinya dan sadar betul akan kedudukannya di dunia, bahwa dunia adalah negeri yang
asing, negeri yang penuh ujian, negeri tempat berusaha, negeri yang sementara
dan tidak kekal, dengan demikian niscaya
hati akan menjadi sehat, tidak khilap dengan segala cobaan dunia. Qs 3: 14 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga). Ali Imron: 14.
“Jika engkau berada
di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada pagi
hari jangan menunggu datangnya sore.”mr- feb2013
---------
*1.
Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar