Minggu, 11 Januari 2009

Shalat Khusyuk

Shalat Khusyuk

Oleh Ruslani

Khusyuk dalam shalat adalah buah keimanan dan hasil keyakinan akan keagungan Allah SWT. Shalat khusyuk akan mampu membersihkan karat-karat yang ada di hati.''Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.'' (QS Almu'minun [23]: 1-2).

Lalu, bagaimana caranya agar kita dapat merasakan kekhusyukan dalam beribadah? Khusyuk dalam beribadah, terutama shalat, ditimbulkan adanya keyakinan bahwa Allah melihat segala gerakan hamba-Nya.Seperti ditegaskan oleh Rasulullah SAW, ''Beribadahlah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihat-Nya. Maka, jika engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.'' (HR Muslim).

Menurut Imam Ghazali, untuk menuju shalat khusyuk, paling sedikit harus mengandung enam keadaan jiwa. Pertama, adanya kehadiran hati, yaitu mengosongkan hati dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Timbulkanlah rasa malu, mengapa hati kita dapat hadir pada saat berhadapan dengan pejabat-pejabat tinggi negara, tapi lalai pada waktu menghadap Allah SWT yang Mahatinggi.

Kedua, adanya pemahaman yang mendalam mengenai makna yang diucapkan. Karena, dengan cara inilah, hati mempunyai pekerjaan sehingga tidak sempat mengingat hal-hal lain.Ketiga, adanya rasa takzim, yaitu keyakinan tentang keagungan Allah SWT dan keyakinan tentang kehinaan diri. Rasa takzim inilah yang menimbulkan kepasrahan, kerendahan hati, dan kekhusyukan beribadah.

Keempat, adanya rasa takut disertai pengagungan. Semakin kita mengenal sifat-sifat Allah, semakin bertambah pula rasa ini. Kelima, adanya rasa pengharapan, yaitu mengharapkan shalatnya dapat diterima dan diberi balasan di sisi Allah SWT. Terakhir, rasa malu yang disebabkan kelalaian dalam menaati perintah-perintah-Nya.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa untuk dapat menuju shalat khusyuk, terlebih dahulu harus menutup penyebab kesibukan hati. Usahakanlah paling sedikit setengah atau sepertiga dari shalat itu dilakukan dengan kesadaran sehingga kita masih tetap dapat memperoleh pahala.

Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, ''Adakalanya seseorang bershalat, namun tidak diterima darinya setengahnya, seperempatnya, seperlimanya, seperenamnya, ataupun sepersepuluhnya. Sesungguhnya, shalat yang diperhitungkan bagi seseorang hanyalah sekadar yang dikerjakannya dengan sadar.''Mudah-mudahan, kita tidak termasuk dalam kategori orang-orang yang banyak mengerjakan shalat, sementara bagian yang didapatkan hanyalah lelah dan payah.mr-republika

Tidak ada komentar: