Senin, 12 Januari 2009

mema'afkan

Alinsan mahallul khoto'i wannisyan - manusia itu tidak luput dari kesalahan dan lupa. Disadari atau tidak dalam keseharian beraktivitas seseorang sering melakukan kesalahan  kepada orang lain. Untuk menebus kesalahan itu, ia harus minta ma'af, namun sering kali untuk memulainya terasa sulit, karena itu pertanda mengakui kalau dirinya salah dan keliru. Katika ia berani, orang lain justru tidak mema'afkannya, karena untuk mema'afkan seseorang memang perlu jiwa besar, perlu keikhlasan yang tulus.

Sahabat nabi sekaliber Abu Bakar as-Shiddiq RA, sahabat terdekat Rasullah SAW, sempat bersumpah untuk tidak memaafkan kesalahan  Misthah bin Utsatsah dan tak lagi memberi nafkah kepadanya untuk selamanya, karena dianggap telah menuduh putrinya, Aisyah RA, yang juga istri Rasulullan SAW, berzina.  Atas sikapnya yang tak mau memaafkan itu, maka turunlah firman Allah SWT :

''...Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian?Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.'' Qs An-Nuur ayat 22. Setelah turun ayat itu, Abu Bakar kemudian berkata, ''Ya, demi Allah, sesungguhnya aku senang jika Allah mengampuniku.' Ia lalu kembali memberikan nafkah kepada Misthah seperti sebelumnya.

Rasulullah SAW -pun berkali-kali mengalami penyiksaan, pengkhianatan, percobaan pembunuhan, dan serangkaian rangkaian rencana buruk dari kaum kafir, Seperti diriwayatkan Anas RA,  suatu hari, seorang perempuan Yahudi mendatangi Rasulullah SAW, dengan membawakan daging kambing yang telah diberi racun. Nabi SAW pun memakan daging kambing itu. Akhirnya, terungkaplah bahwa daging kambing itu telah dibubuhi racun oleh wanita tersebut.Namun Rasulullah dengan keagungan akhlaknya tetap mea'afkannya.

Abdullah al-Jadali berkata, ''Aku bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab, 'Beliau bukanlah orang yang keji (dalam perkataan ataupun perbuatan), suka kekejian, suka berteriak di pasar-pasar atau membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan orang yang suka memaafkan.'' (HR Tirmidzi; hadis sahih).
Umat Islam diperintahkan untuk memaafkan kesalahan orang lain kepadanya. Rasulullah SAW  bersabda, ''Orang yang hebat bukanlah orang yang menang dalam pergulatan. Sesungguhnya orang yang hebat adalah orang yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah.  Memaafkan  dan mengampuni juga merupakan perbuatan yang diperintahkan Sang Khalik kepada umatnya.

Dalam surah al-A'raaf ayat 199, Allah SWT berfirman, ''Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.''  Pada surah al-Hijr ayat 85, Allah SWT kembali berfirman, ''Maka maafkanlah -mereka- dengan cara yang baik.''
muchroji m ahmad

Tidak ada komentar: