organisasi kampus
Organisasi mahasiswa ekstrakampus adalah komunitas pergerakan baik di
bidang sosial, politik, maupun pemikiran yang tidak memiliki
tanggungjawab struktural terhadap Rektor atau Kemenristek-Dikti. Tim
Ruangbicara menyusun empat organisasi ekstrakampus terkuat di Indonesia,
yang diukur berdasarkan usia, persebaran alumni, jumlah anggota, dan
dampaknya pada pembangunan manusia maupun isu di Indonesia. Apa sajakah
itu?
1. Himpunan Mahasiswa Islam, atau HMI
Organisasi yang lahir tak lama setelah kemerdekaan ini hidup berkat
semangat keislaman mahasiswa yang kala itu mesti berbenturan dengan
kekuatan komunis, nasionalis, dan sosialis. Sebagai salah satu organ
tertua, HMI telah banyak menyaksikan atau bahkan menjadi pelaku sejarah.
Orang-orang seperti Amien Rais, Anas Urbaningrum, dan Akbar Tanjung
adalah alumnus penting organisasi ini.
HMI saat ini diketuai oleh Mulyadi P Tamsir, dan memiliki ratusan
ribu kader dalam berbagai jenjang di lebih dari 700 komisariat di
Indonesia. Ada sebuah pameo di kalangan aktivis, berbunyi; “Dari tukang
samappu sampai rektor di kampus, tidak ada yang bukan HMI” dan juga “HMI
masih menjadi Godfather di Indonesia. Dari Koruptor sampai KPK-nya
alumni HMI”. Pameo ini tercipta karena begitu legendarisnya HMI.
Organisasi ini pecah menjadi dua bagian pada saat diberlakukannya asas tunggal oleh Soeharto, menjadi MPO dan DIPO.
2. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Dari semua organ ekstra, KAMMI terbilang cukup unik. Ia selalu
dikaitkan dengan organisasi trans-nasional islam, yaitu Ikhwanul
Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al-Banna. KAMMI dianggap gerakan
mahasiswa islam yang paling keras bersama Gema Pembebasan.
Diketuai oleh Kartika Nur Rakhman, KAMMI memiliki 400 komisariat dan
merajalela selama belasan tahun menjadi pimpinan-pimpinan Badan
Eksekutif Mahasiswa, Lembaga Dakwah Kampus, maupun Lembaga Legislatif
Mahasiswa.
Berulangkali stigma radikal dilekatkan namun KAMMI tak pernah
bergeming. Alumni pentingnya, antara lain Fahri Hamzah dan Andi Rahmat.
Karena baru mencapai satu generasi sejak 1998 didirikan, organisasi ini
belum mencetak alumnus yang kuat, namun KAMMI begitu mengakar di kampus.
3. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Organisasi yang didirikan tahun 1960 ini, dipandang paling
bercitarasa “Indonesia”. Hubungannya dengan Nahdhatul Ulama (NU) begitu
erat. Ia lahir akibat pergolakan pemikiran yang hebat pada masa itu
antara golongan kanan dan kiri. Terutama, situasi politik ketika NU
berpisah dari Partai Masyumi.
PMII memiliki basis massa nyaris di seluruh Indonesia, terutama di
Jawa Timur. Karena dianggap paling moderat, maka PMII berhasil bertahan
dari serbuan labelling radikal dari berbagai kalangan. Kader-kader PMII
juga dianggap paling mampu membaur dengan masyarakat. Bersama HMI dan
KAMMI, PMII terlibat percaturan politik yang panjang memperebutkan kursi
pimpinan organisasi intra kampus.
Suryadharma Ali dan Ali Masykur Musa, beserta Muhaimin Iskandar dan
Nusron Wahid, menjadi alumni penting yang memainkan peran penting pada
pembangunan bangsa Indonesia.
4. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
Organisasi
ini bisa dibilang pewaris ideologi Bung Karno, karena sejak awal
semangat Marhaenisme menjadi nyawa pergerakan organisasi ini. Lahir pada
1954, organisasi ini langsung dalam beberapa tahun meluas ke seluruh
Indonesia bersama meluasnya pemikiran sosialisme dan marhaenisme,
terutama dengan pergulatan pemikiran Nasakom waktu itu.
Tahun 2001 hingga 2006 organisasi ini pernah terpecah kedalam dua
faksi namun berhasil disatukan kembali. Alumni-alumni organisasi ini
begitu banyak menjadi pengacara, aktifis, wartawan, dan kepala daerah,
apalagi mereka memang terbiasa mengadvokasi masyarakat marginal.
Di dalam kampus, organisasi ini tidak kalah bersaing seperti dugaan
beberapa kalangan. Mereka justru kini menjadi komandan-komandan pers
kampus, dan dianggap paling mewakili semangat pemikiran kampus.
Orang-orang GMNI dianggap paling kuat literasi dan diskusinya, serta
selalu menjadi agitator andal. GMNI adalah musuh alami HMI dan KAMMI di
dalam kampus, dan seringkali mengalami gesekan serius.
Aksi-aksi GMNI selalu dirancang keras, taktis, dan begitu penuh
perhitungan kajian. Ini menyebabkan GMNI masih dihitung sebagai kekuatan
besar kemahasiswaan di Indonesia.
Itulah empat besar gerakan mahasiswa ekstra kampus di Indonesia. Ada
banyak organisasi lain seperti Gema Pembebasan, PEMKRI, berbagai
organisasi berbasis keilmuan, dan lain-lain tetapi pengaruhnya belum
sebesar keempat organ di atas.
Jumat, 01 Juli 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar