Jumat, 01 Juli 2016

organisasi kampus

organisasi kampus

Organisasi mahasiswa ekstrakampus adalah komunitas pergerakan baik di bidang sosial, politik, maupun pemikiran yang tidak memiliki tanggungjawab struktural terhadap Rektor atau Kemenristek-Dikti. Tim Ruangbicara menyusun empat organisasi ekstrakampus terkuat di Indonesia, yang diukur berdasarkan usia, persebaran alumni, jumlah anggota, dan dampaknya pada pembangunan manusia maupun isu di Indonesia. Apa sajakah itu?
1. Himpunan Mahasiswa Islam, atau HMI

Organisasi yang lahir tak lama setelah kemerdekaan ini hidup berkat semangat keislaman mahasiswa yang kala itu mesti berbenturan dengan kekuatan komunis, nasionalis, dan sosialis. Sebagai salah satu organ tertua, HMI telah banyak menyaksikan atau bahkan menjadi pelaku sejarah. Orang-orang seperti Amien Rais, Anas Urbaningrum, dan Akbar Tanjung adalah alumnus penting organisasi ini.
HMI saat ini diketuai oleh Mulyadi P Tamsir, dan memiliki ratusan ribu kader dalam berbagai jenjang di lebih dari 700 komisariat di Indonesia. Ada sebuah pameo di kalangan aktivis, berbunyi; “Dari tukang samappu sampai rektor di kampus, tidak ada yang bukan HMI” dan juga “HMI masih menjadi Godfather di Indonesia. Dari Koruptor sampai KPK-nya alumni HMI”. Pameo ini tercipta karena begitu legendarisnya HMI.
Organisasi ini pecah menjadi dua bagian pada saat diberlakukannya asas tunggal oleh Soeharto, menjadi MPO dan DIPO.
2. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Dari semua organ ekstra, KAMMI terbilang cukup unik. Ia selalu dikaitkan dengan organisasi trans-nasional islam, yaitu Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al-Banna. KAMMI dianggap gerakan mahasiswa islam yang paling keras bersama Gema Pembebasan.
Diketuai oleh Kartika Nur Rakhman, KAMMI memiliki 400 komisariat dan merajalela selama belasan tahun menjadi pimpinan-pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa, Lembaga Dakwah Kampus, maupun Lembaga Legislatif Mahasiswa.
Berulangkali stigma radikal dilekatkan namun KAMMI tak pernah bergeming. Alumni pentingnya, antara lain Fahri Hamzah dan Andi Rahmat. Karena baru mencapai satu generasi sejak 1998 didirikan, organisasi ini belum mencetak alumnus yang kuat, namun KAMMI begitu mengakar di kampus.
3. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Organisasi yang didirikan tahun 1960 ini, dipandang paling bercitarasa “Indonesia”. Hubungannya dengan Nahdhatul Ulama (NU) begitu erat. Ia lahir akibat pergolakan pemikiran yang hebat pada masa itu antara golongan kanan dan kiri. Terutama, situasi politik ketika NU berpisah dari Partai Masyumi.
PMII memiliki basis massa nyaris di seluruh Indonesia, terutama di Jawa Timur. Karena dianggap paling moderat, maka PMII berhasil bertahan dari serbuan labelling radikal dari berbagai kalangan. Kader-kader PMII juga dianggap paling mampu membaur dengan masyarakat. Bersama HMI dan KAMMI, PMII terlibat percaturan politik yang panjang memperebutkan kursi pimpinan organisasi intra kampus.
Suryadharma Ali dan Ali Masykur Musa, beserta Muhaimin Iskandar dan Nusron Wahid, menjadi alumni penting yang memainkan peran penting pada pembangunan bangsa Indonesia.
4. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
Organisasi ini bisa dibilang pewaris ideologi Bung Karno, karena sejak awal semangat Marhaenisme menjadi nyawa pergerakan organisasi ini. Lahir pada 1954, organisasi ini langsung dalam beberapa tahun meluas ke seluruh Indonesia bersama meluasnya pemikiran sosialisme dan marhaenisme, terutama dengan pergulatan pemikiran Nasakom waktu itu.
Tahun 2001 hingga 2006 organisasi ini pernah terpecah kedalam dua faksi namun berhasil disatukan kembali. Alumni-alumni organisasi ini begitu banyak menjadi pengacara, aktifis, wartawan, dan kepala daerah, apalagi mereka memang terbiasa mengadvokasi masyarakat marginal.
Di dalam kampus, organisasi ini tidak kalah bersaing seperti dugaan beberapa kalangan. Mereka justru kini menjadi komandan-komandan pers kampus, dan dianggap paling mewakili semangat pemikiran kampus. Orang-orang GMNI dianggap paling kuat literasi dan diskusinya, serta selalu menjadi agitator andal. GMNI adalah musuh alami HMI dan KAMMI di dalam kampus, dan seringkali mengalami gesekan serius.
Aksi-aksi GMNI selalu dirancang keras, taktis, dan begitu penuh perhitungan kajian. Ini menyebabkan GMNI masih dihitung sebagai kekuatan besar kemahasiswaan di Indonesia.

Itulah empat besar gerakan mahasiswa ekstra kampus di Indonesia. Ada banyak organisasi lain seperti Gema Pembebasan, PEMKRI,  berbagai organisasi berbasis keilmuan, dan lain-lain tetapi pengaruhnya belum sebesar keempat organ di atas.

Tidak ada komentar: