Air Kencing Unta
Saat citytour ke peternakan onta, entah di mana posisi dan letaknya, tapi
yang pasti dari keterangan pimpinan rombongan, ini perkampungan baduy, yang
sampai sekarang mempertahankan peternakan ontanya dengan menjual susunya.
Bedanya kalau dulu ia yang menjual dengan mendatangi temat keramaian perkotaan
kini banyak rombongan haji atau umroh yang memprogramkan kunjungan ke
daerahnya. kini dia tidak perlu susah-susah lagi dengan berjalan kaki jauh untuk
menjualnya. Tiap hari hampir tidak berhenti setiap waktu ada rombongan yang
datang, dari berbagai negara dari pagi sampai sore.
Setelah ramai-ramai membeli dan meminum susu onta, yang sudah dalam kemasan botol kecil
berwarna putih, rasanya tawar, tidak manis dan juga tidak asam. Saat baru
diminum tidak enak tanpa rasa tapi kalau diteruskan, lama-lama menjadi
enak,mungkin karena sudah beradaptasi. Saat minum dan photo bersama ontanya,
ada yang bilang kencingnya kan bisa buat obat, katanya. Ditimali lainnya ia
obat harus di padang pasir, semua nyengir-nyengir,,,, sambil bergantian ambil momen photo bersama onta.
Beberapa lama berselang, pembicaraan
kencing onta sebagai obat kembali muncul, katanya obat berbagai macam penyakit.
Bukan susunya yang disinyalir memiliki kandungan lebih tinggi dari pada susu
sapi nutrisinya. Kontas saja pembimbing ibadah romobongan menjelaskannya, saat
ia ditanyakan berkaitan kehalalal meminumnya sebagai obat. Katanya singkat ada
beberapa pendapat, setidaknya dua yang pernah membahasnya. Pertama bagi mazhab
Maliki dan Hambali, berdpat membolehnya bila itu memang untuk pengobatan, bukan
tujuan lainnya. Air kencing binatang yang halal tidak najis, dan boleh diminum.
Pendapat lain, mazhan Hanafi dan syafi’i,
setiap kotoran dan kecing itu najis, sehingga kencing onta pun termasuk
yang tidak boleh diminum, termasuk kategori benda yang haram sikonsumsi.
Perjalanan terus melaju pembicaraannya pun terputus begitu saja. Tapi sesekali
masih ada yang membicarakannya, kalau darurat untuk mengobatan kan jadi boleh,
celotehnya, dan yang lain diam tidak menanggapinya.