Rabu, 14 September 2016

Menembus langit



Menembus langit

Dari berbagai kesempatan dan berbagai ceramah agama, sesorang sering mendapat muzakarah berkaitan dengan ibu yang doanya dapat menempus langit. Karenanya jika seorang anak sukses dalam hidupnya, disana ada bagian do’a ibu. Untuk itu siapapun diperintahkan untuk selalu menghormatinya, Al-Qur’an menyerukannya, bukan hanya dalam satu surah, tapi dibanyak surah Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)

Dalam  kisah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang pernah ditanya oleh sahabatnya mengenai orang yang wajib kita hormati. Beliau menjawab “Ibumu”*1,  hingga tiga kali kemudian barulah menjawab “Ayahmu” setelahnya. Begitu mulianya seorang Ibu sehingga harus dihormati hingga tiga kali lebih besar dibandingkan dengan seorang ayah. Setelah bersusah payah mengandung selama sembilan bulan, kemudian menyusui hingga sang anak berumur dua tahun dan kemudian membesarkannya hingga dewasa dan mampu mengurus diri sendiri dan berumah tangga

Namun banyak orang yang mengeluh akan orang tuanya-khususnya ibu, padahal ia tahu ridha Allah  ridha orang tua, dan doa ibu itu sungguh tanpa hijab di hadapan Allah sampai  menembus langit. Sehingga doa seorang ibu yang ia dipanjatkan untuk anaknya boleh jadi sangat mudah untuk Allah kabulkan.

Keluhan yang sering muncul berkisar sifat yang tidak sesuai keinginannya, menurutnya. Dikatakannya orang tua cerewet, suka menyuruh, mengatur jangan ini jangan itu, ketinggalan zaman, kurang gaul dst, yang kesemuanya merupakan kekuarangan yang tidak seberapa dibandingkan dengan begitu banyak kebaikan dan do’a yang selalu ia panjatkan, tapi ia lupakan.

Setelah besarm, dewasa bahkan berumah tangga dan menjadi ibu, barulah sadar, barulah menyelami perasaan ibu yang sebenarnya. Ia baru mengerti kenapa dulu ibunya suka cerewet, harus begini,  harus begitu, ternyata kesemuanya demi kebaikan anaknya yang dilandasi kehawatiran. Ia baru tahu kalau ibunya tanpa diminta selalu mendoakanya, sampai ada istilah disetiap tarikan napasnya ia selalu mendoakan kebaikan anaknya.
Saat anaknya pergi sekolah, selalu ada doa. Bahkan di sepertiga malam tidak jarang ia bangun, sholat tahajjud untuk anaknya. Kemudian mendatangi anaknya yang sedang tidur pulas “ nak maafkan ibu ya..... ibu belum bisa menjadi ibu yang baik bagimu”. 
Saat anaknya sakit, ia yang gelisah kebingunan, kalau boleh dipindahkan penyakitnya, ia rela untuk menggantikannya, “ ibu saja yang sakit dst” ia rela tidur dilantai menungguinya, agar anaknya bisa tidur nyenyak di kasur empuk berselimut tebal dst. Saat bintang sedang mereduk, persediaan habis,  harapan yang ditunggu tidak kunjung datang, ibu menyiapkan makanan untuk anaknya, ia rela kalau sampai tidak ada yang tersisa untuknya, yang penting anak dapat makan kenyang, begitu ujarnya dalam hati. Kesemuanya baru tersadar saat sudah menjadi ibu dan ibunya sendiri sudah tiada.

Kalau tidak percaya, cobalah tanyakan kepada mereka yang di sana, di kolong jembatan yang sudah tidak beribu lagi. Mereka suka mengeluh bukan karena ibunya cerewet, melainkan karena mereka tidak mempunyai ibu lagi. Bagaimana rasanya tidak mempunyai ibu. Tidak ada lagi yang menyanyikannya saat ia gundah, tidak ada lagi yang membelai rambutnya saat ia butuh kasih sayang dst. 

Ada baiknya mengenang kembali kapan terakhir bersama, saat kesal dan memarahinya. Meski itu dilarang agama , Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’Al-Israa’ : 23-24
bertobatlah dan yang masih mempunyai ibu, sepatutnya  taat dan menghormatinya, Jangan sampai pernah menyakiti hatinya, karena doa seorang ibu mampu menggetarkan arsy Alloh dan membuahkan ijabah dari Allah Azza wa Jalla. Karenanya “ muliakanlah” .



الْجَنَّة تَحْت أَقْدَام الْأُمَّهَات قَالَ رَوَاهُ أَحْمَد وَالنَّسَائِيّ وَابْن مَاجَهْ وَالْحَاكِم

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu.” (HR. Ahmad, an-Nasaai, Ibn Maajah dan al-Hakim)...............mr------
-----------
*1. lengapnya " Dalam hadis disebutkan, Abu Hurairah bercerita: Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW, lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya pergauli dengan sebaik-baiknya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapakah?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu sekali lagi bertanya, “Kemudian siapakah?” Beliau menjawab lagi, “Ibumu.” Orang tadi bertanya pula, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ayahmu.(HR Al-Bukhari dan Muslim).

 hadis disebutkan, Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq bercerita: Ibuku datang ke tempatku sedang dia adalah seorang musyrik di zaman Rasulullah SAW, yaitu di saat berlangsungnya perjanjian Hudaibiyah antara beliau dan kaum musyrikin. Kemudian saya meminta fatwa kepada Rasulullah, “Ibuku datang padaku dan ia ingin meminta sesuatu, apakah boleh saya hubungi ibuku itu, padahal ia musyrik?” Beliau bersabda, “Ya, hubungilah ibumu” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Tidak ada komentar: