Sabtu, 16 Januari 2016

Kami tidak takut



Kami tidak takut


Kamis 14 januari 2016, terjadi beberapa ledakan yang diduka betul merupakan ulah teroris.  Beberapa ledakan yang menggelegarkan diprediksi banyak orang sebagai serangan yang menakutkan, dan bertujuan untuk membuat teror takut masyarakat kesecara keseluruhan.
Namus suasana malah berubah arah, tercipta suasana yang sebaliknya secara spontan melawan rasa ketakutan itu dengan slogan “ kami tidak takut”. Sebuat gerakan yang mengajak warga-khususnya jakarta untuk tidak takut dan sebaliknya melawan teror. Atas wujud solidaritas teros Thamrin, mereka bergerak untuk membela dan mempertahankan kota. Menurutnya teror akan berhasil jika disikapi warga yang diteror merasa takut, makanya harus dilawan dengan ketidak takutan, dengan aktivitas seprti biasa dengan tetap waspada.
Dengan demikian , kebencian yang dipeliharan dan dipraktekkan dalam bentuk intoleransi dan diskriminasi  dalam keseharian tidak boleh ditoleransi, kalau tidak ingin membuka kejahatan yang lebih luar biasa yang bernama tterorisme. Karenanya secara bersama-sama harus menentang bentuk terorisme, bangkit dan menunjukkan bahwa mereka tidak takut dalam kemasan “ kami tidak takut”
Ledakan teror itu sendiri kabarnya menewaskan 7 orang dan 24 lainnya luka-luka, 5 diantaranya adalah pelaku teror, satu warga kanada dan satunya lagi dari Indonesia.
Selanjutnya maka yang muncul diberbagai media adalah bentuk kebencian yang mendalam terhadap terorisme, dalam bentuk apapun itu dilakukan, terlebih dengan teror bom.  Semua orang mengutuk, mencaci maki, bersumpah serapah, mengumpat dengan sebutan binatang yang bermukim di ragunan. Polisi, BIN bersama Pemerintahpun meradang tidak terima kalau dikatyakan kecolongan. Alasan gampangnya teroris sulit ditebak.
Namun disisi cemooh yang begitu membenci, ada tanggapan yang menggelitik, mereka mengatakan  peristiwa teror thamrin merupakan bentuk kegagalan pemerintah dalam merekrut pemuda gagah, cerdas dan pemberani untuk dijdikan pembela negara.
Mereka adalah anak bangsa yang memiliki kecerdasan,  kemampuan dan keberanian lebih, dan pemerintah telah gagal mengambilnya sebagai tiang pancangan negara. Mereka malah direkrut orang-orang dan kelompok dengan janji-janji hero kepahlawanan. Dimanpaatkan debagai martil dalam memuaskan keinginan  dalang intelektual di belakangnya. Sungguh kasihan anak bangsa yang gemilang harus jatuh kepada orang-orang yang congkak dalam menebar kebencian dan  kepuasan batinnya.
Mereka diracuni dengan bentuk jihad yang sektarian, menurut seleranya, dengan menyodorkan dalil-dalil seperti,
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja) sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman?” (QS 9:16)

Dalam al-Quran, kata jihad hampir selalu diikuti dengan kalimat fi sabilillah (di jalan Allah), menjadi jihad fi sabilillah, yaitu berjuang melalui segala jalan dengan niat untuk menuju keridhaan Allah SWT (mardhatillah) dalam rangka mengesakan Allah SWT (menegakkan tauhidullah), dan bahwa jihad harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah serta norma-norma yang telah ditentukan Allah SWT.
Memang tidaklah keliru tapi yang salah adalah bagaimana mereka membelokkan jihad itu sesuai keinginannya semata. Paham yang diyakininya sesuai seleranya sendiri, dan pemuda gagah, pemberani itulah yang kena sirepnya, begitu  saja menelan keinginan sang dalang. Mereka hanya tahu satu pemahaman kebencian kepada orang yang tidak sepaham dengannya. Menurut mereka hartanya halal, yang telah diambil, dan harus diambil  kembali-fardu ‘ain hukumnya.  ilmunya tidak sah, hidupnya tidak sah, kafir, najis  dan mereka harus diperangi, dst-dst, wallohu’alam.

Tidak ada komentar: