Minggu, 12 Oktober 2008

Plus-Minus Alat Kontrasepsi Hormonal

Plus-Minus Alat Kontrasepsi Hormonal

Pil KB termasuk alat kontrasepsi hormonal yang efektif. Namun, tak semua wanita cocok memakainya. Mengapa?

Alat kontrasepsi apa yang paling banyak dipakai pada masa kini? Menurut Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, mayoritas perempuan menikah di Indonesia, utamanya yang tinggal di perkotaan, memilih pil dan suntik KB untuk merencanakan kehamilan.

Lain lagi dengan mereka yang tidak tinggal di perkotaan. Buat mereka, kontrasepsi implan (sering disebut juga susuk KB) lebih menarik minat. ''Hanya saja, mereka terkendala oleh harga implan yang belum terjangkau,'' ujar Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Sugiri Syarief MPA dalam media edukasi menyongsong Hari Kontrasepsi Dunia 2008 beberapa waktu lalu.

Sementara itu, kondom yang dulu sempat populer, belakangan merosot jumlah penggunanya. Begitu juga dengan Intra Uterine Device (IUD). ''Malahan, kini, vasektomi yang mulai menjadi tren,'' imbuh Sugiri.

Itu adalah gambaran nasional. Namun, alat kontrasepsi yang tepat boleh jadi akan berbeda untuk tiap individu. ''Alat kontrasepsi yang dipasangkan dokter kandungan atau bidan sangat tergantung pada perspektif klien,'' ungkap Sugiri.

Sebagai pengguna, perempuan menikah usia reproduksi punya sederet tuntutan terhadap alat kontrasepsi. Mulai dari daya gunanya yang tinggi, efek samping yang rendah, cepat mengembalikan kesuburan, gampang tersedia, dan bisa digunakan sendiri. Meski banyak yang memenuhi keinginan konsumen, memilih alat kontrasepsi ada pedomannya.

Seperti tema Hari Kontrasepsi Dunia 2008, pakem Your Life, Your Body, Your Choice harus diutamakan saat memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan. Betapa pun, hidup ini Anda yang menjalani, badan Anda yang akan merasakan khasiat dan efek sampingnya. Karena itu, Andalah yang memegang keputusan. ''Sayangnya, sampai sekarang, masih banyak pasangan usia subur yang belum mendapat pilihan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan pilihannya secara rasional,'' sesal Sugiri.

Dalam pantauan BKKBN, pemakaian metode kontrasepsi di Indonesia cenderung tidak rasional. Mereka belum menyesuaikan pilihannya dengan tujuan penggunaan, yakni penundaan kelahiran, menjaga jarak kelahiran, atau pembatasan kelahiran. ''Perlu diingat, kontrasepsi rasional bukan saja harus mempertimbangkan aspek efektivitas dan tujuan penggunaan tetapi juga aspek medisnya,'' Sugiri mengingatkan.

Ingin tahu lebih jelas tentang plus-minus kontrasepsi hormonal? Mari kenali satu per satu:

Pil KB
Prinsipnya, pil KB bekerja dengan mencegah pematangan dan pelepasan sel telur. Dua hormon kunci penyebab terjadinya pembuahan yakni Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH), dihambat produksinya oleh pil KB. Dalam keadaan normal alamiah, kedua hormon tersebut diproduksi saat progesteron dan estrogen sedang berada pada tingkat yang rendah. ''Berhubung kedua zat tersebut ada dalam pil KB, siklus produksi FSH dan LH tidak dapat dimulai,'' jelas Prof Biran Affandi SpOG (K) MD PhD.

Pada pil KB terdapat estrogen yang membuat stabil siklus haid 28 hari. Di dalam pil tersebut juga ada progestin yang menghambat matangnya telur dalam indung telur (ovarium). Pil KB mengentalkan lendir leher rahim hingga sperma sulit masuk. Begitu juga kuman penyebab infeksi. ''Dengan cara kerja yang seperti itu pil KB dipercaya dapat memperkecil kemungkinan terkena kanker sel telur,'' papar profesor obstetri dan ginekologi dari Universitas Indonesia ini.

Pil KB diberikan saat haid berlangsung. Sebab, pada masa itu, produksi estrogen sedang dalam kadar terendah dan dapat dipastikan tidak ada kehamilan. Bila ragu-ragu, dianjurkan untuk melakukan uji kehamilan dulu sebelum memakai kontrasepsi.

Apa yang kemudian terjadi di dalam tubuh begitu pil KB dikonsumsi? Kandungannya akan mengambil alih fungsi hormon tubuh dengan target indung telur. Estrogen selanjutnya akan memblokir produksi LH dan FSH, hormon yang terlibat dalam proses pembuahan dan pematangan sel telur. Alhasil, kehamilan pun bisa dicegah.

Pil KB termasuk kontrasepsi hormonal yang efektif. Angka kegagalannya sekitar 2 sampai 2,5 persen. ''Namun, untuk mendapatkan manfaatnya, pil KB tak boleh lupa diminum,'' cetus dr Judi Januadi Endjun SpOG dalam kesempatan terpisah.

Agar tidak lupa, sebaiknya pil KB diminum malam hari menjelang tidur. Anda memiliki waktu toleransi kurang dari 12 jam jika lalai mengonsumsinya. ''Pasang alarm sebagai pengingat waktu minum pil KB,'' saran Judi.

Betapapun, pil KB adalah benda asing bagi tubuh. Otomatis, tubuh akan bereaksi terhadap kehadirannya. ''Saat obat diminum, pengguna bisa saja mengalami bengkak di mulut atau mata akibat reaksi alergi, sakit kepala hebat, mual, muntah, atau tekanan darah meningkat,'' papar dokter yang mengajar mahasiswa dan koasisten dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yarsi, UKRIDA, dan Universitas Pelita Harapan ini.

Pada awal mengonsumsinya, pengguna juga dapat merasakan sedikit ketegangan pada payudara. Lantas, apa yang harus dilakukan jika menjumpai efek samping seperti itu? ''Tak perlu khawatir jika rasa nyerinya tak mengganggu aktivitas. Biasanya, nyeri tersebut akan hilang dalam waktu satu atau dua hari. Tetapi, jika hari kedua nyerinya tak juga hilang atau nyerinya semakin bertambah berat, segera hentikan pemakaian dan konsultasi ke dokter,'' saran Judi.

Pil KB terdahulu bersifat menahan cairan (retensi cairan) di dalam intra sel. Alhasil, berat badan penggunanya bisa bertambah setelah mengonsumsinya. Kabar baiknya, kini tersedia bermacam pil KB dengan manfaat ekstra. Ada yang dapat menghilangkan jerawat. Ada pula yang tak membuat gemuk karena tak memiliki efek samping retensi aciran di dalam sel tubuh.

Pil KB sejatinya dapat meregulasi haid. Namun, itu baru bisa terjadi jika organ kandungan dan sistem hormonal tubuh berada dalam kondisi normal. ''Bila ada tumor jinak dari otot rahim atau mioma uteri maupun kista dari indung telur, hilangkan terlebih dulu, baru pakai pil KB,'' ucap Judi.

Suntik
KB suntik juga termasuk kontrasepsi hormonal. Yang satu ini tersedia dalam beberapa pilihan yakni suntik sebulan sekali, dua bulan sekali, dan tiga bulan sekali. ''Namun, yang paling banyak digunakan adalah suntikan tiga bulanan yang mengandung depo medroksi progesteron asetat (DMPA),'' ungkap Judi.

KB suntik bulanan ditujukan untuk ibu yang tidak dalam masa menyusui. Sedangkan KB suntik tiga bulanan ditargetkan untuk ibu menyusui. ''Meski murah, harga netto-nya sekitar Rp 7.800 sampai Rp 15 ribu per kali suntik, masih ada wanita yang enggan memilih KB suntik. Yang namanya suntik kan menyakitkan.''

Cara kerja KB suntik sama dengan pil KB. Akan tetapi, efek sampingnya sering menimbulkan kekhawatiran calon akseptor. ''Salah satunya, jika dipakai dalam jangka panjang, bisa membuat gemuk.''

KB suntik tiga bulanan yang memiliki angka kegagalan lima persen bekerja dengan cara menekan pembentukan selaput lendir rahim. Akibatnya, selaput lender rahim senantiasa tipis sehingga hasil pembuahan (embrio) tak dapat ditanam dalam rongga rahim. ''Hal lain yang membuat tak nyaman akseptor KB suntik tiga bulanan ialah kontrasepsi ini membuat vagina lebih kering hingga dapat menimbulkan nyeri saat berhubungani intim,'' kata pengurus Persatuan Ahli Obstetri dan Ginekologi Indonesia ini .

Dampak lain dari penggunaan KB suntik ialah haid yang lama berupa flek. Ini membuat akseptor KB merasa tidak nyaman dan suami ikut terganggu karena tidak dapat berhubungan intim selama ada darah di vagina. Keluhan ini umumnya menghilang setelah suntikan kedua. ''Bila menetap, mungkin Anda dapat memilih kontrasepsi lainnya.''

Meski cukup praktis, KB suntik membuat penggunanya mesti bolak-balik ke dokter untuk mendapatkan suntikan ulangan. Selain itu, KB suntik cenderung lebih lama dalam memulihkan kesuburan. ''Kembalinya kesuburan cukup lama antara satu sampai dua tahun. Sedangkan, pil KB begitu dihentikan pemakaiannya, pengguna bisa langsung subur lagi,'' urai dokter yang menjadi pengasuh konsultasi ginekologi di sebuah tabloid ini.

Implan
Di Indonesia, KB implan cukup banyak peminatnya. Terutama, di daerah. Peminatnya menganggap implan praktis ketimbang kontrasepsi lainnya. Implan dipasarkan dengan harga sekitar Rp 500 ribuan. ''Padahal, implan tak pula enak, sebab pemasangannya harus melalui operasi kecil dengan bius lokal.''

Implan ditanam di lengan yang tak aktif digunakan. Mereka yang kidal, implannya ditanam di lengan kanan atas. Begitu sebaliknya. Alat kontrasepsi ini, jelas Judi, berbentuk mirip selongsongan terbuat dari plastic inert (tidak bereaksi dengan jaringan tubuh), berisi hormon yang dilepaskan secara perlahan, dan ditaruh di bawah kulit.
Implan memiliki efektivitas yang bagus. Kontrasepsi hormonal yang satu ini dapat bertahan dua sampai tiga tahun. Persoalannya, mencabut implan bukan perkara mudah. ''Pencabutan implan harus dilakukan oleh dokter yang terlatih,'' kata penulis buku Mempersiapkan Kehamilan Sehat yang diterbitkan di Indonesia dan Malaysia ini.

Semua kontrasepsi hormonal harus dihentikan pemakaiannya ketika usia si pengguna menjelang 40 tahun. Ini harus dilakukan agar hati (lever) tidak terlalu terbebani. ''Selanjutnya, bisa ganti kontrasepsi nonhormonal seperti spiral atau menjalani sterilisasi (tubektomi atau vasektomi),'' saran salah seorang pengurus Perhimpunan Ultrasonografi Kedokteran Indonesia (PUSKI) ini. Tubektomi adalah pemotongan dan pengikatan saluran telur. Sedangkan, vasektomi adalah pemotongan dan pengikatan saluran sperma.

Koyo
Koyo juga termasuk kontrasepsi hormonal. Di luar negeri, ini cukup populer lantaran kepraktisan penggunaannya. Koyo KB cukup ditempelkan di pantat. Namun, peminat yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia mesti mempertimbangkan ulang ketertarikannya pada koyo KB. Sebab, keringat bereaksi dengan bahan koyo.

Keringat juga dapat membuat koyo KB mudah lepas. Selain itu, bahan kandungan koyo KB juga belum tentu bisa diterima oleh mereka yang sensitif atau alergi. ''Dalam praktik sehari-hari, belum banyak wanita Indonesia yang menggunakan koyo KB ini.''


Tak Semua Cocok

Tak semua orang cocok memakai pil KB. Karenanya, pil ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. ''Saat berkonsultasi, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan calon pengguna,'' tutur dr Judi Januadi Endjun SpOG.

Pil KB merupakan obat yang dimetabolisme di hati. Pil KB hanya boleh digunakan oleh perempuan yang tidak memiliki penyakit hati yang berat seperti sakit kuning atau sirosis (pengecilan hati akibat rusaknya jaringan hati). Calon pengguna juga tak boleh mengalami perdarahan dari kemaluan yang tak diketahui penyebabnya. Mereka yang memiliki riwayat darah tinggi, pelebaran pembuluh darah, semisal varises atau wasir pun tidak disarankan mengonsumsinya. ''Sebab, pil KB yang dikonsumsi akan memperberat penyakit-penyakit tersebut,'' ucap dokter dari Divisi Feto Maternal Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSPAD Gatot Subroto, Jakarta ini.

Perempuan yang sedang menderita tumor payudara atau organ kandungan tak diizinkan dokter untuk menggunakan pil KB. Sedangkan mereka yang pernah terkena tumor jinak atau mioma yang sudah diangkat, bila tidak ada pilihan kontrasepsi lainnya, dapat saja memilih alat kontrasepsi yang satu ini. ''Tetapi, ini dicatat sebagai faktor risiko,'' ungkap dokter yang juga praktik di RS Hermina Jatinegara ini.

Selain itu, dokter akan menelusuri riwayat alergi obat, contohnya alergi antibiotik penisilin. Jika sampai terkonsumsi, mereka yang alergi KB hormonal bisa sakit kepala hebat, mengalami pembengkakan tubuh, atau muntah. ''Stop pemakaian jika ternyata tubuh tak tahan terhadap kontrasepsi hormonal ini,'' tegas Judi.

Di Indonesia, ada dua pil KB yang bisa dipilih oleh ibu menyusui. Kedua produk tersebut tidak mengandung estrogen. Pil KB untuk ibu menyusui tersedia dalam paket berisi 28 butir obat yang terdiri dari 21 buah tablet aktif yang mengandung hormon dan tujuh tablet yang tidak mengandung hormon (placebo).

Sementara itu, untuk pengguna yang sedang tidak menyusui dapat mengonsumsi pil KB selama 21 hari dengan tujuh hari masa istirahat. Biasanya, saat tujuh hari tak menggunakan pil KB, perempuan akan mengalami masa haid. ''Pil KB juga kerap dipakai sebagai bagian dari pengobatan sindrom ovarium polikistik atau mengatur haid pada saat menjalankan ibadah haji.''

Tidak ada komentar: